Senja di musim panas...
Kau menyukainya?
Aku bertanya, kau tertawa
Hei... Apa jawabannya?
Kau menyukainya?
Ataukah....
Kau membencinya?Lengan tua menutup buku sedang bersampul hitam, mata lelah dengan biji sewarna langit mengerjap beberapa kali. Memperhatikan seorang pria muda yang terus mengoceh hal ini itu, ia tidak mendengarkan. Alat bantu dengarnya ia matikan, menjadi kebiasaan beberapa tahun belakangan ini karena malas terus di ceramahi pria muda itu.
Desahan panjang pria berambut hitam itu meluncur mulus dari bibirnya, membawa langkah lalu berjongkok di hadapan yang lebih tua. Tangan si muda menangkup jemari panjang pria berambut putih tersebut yang terus mengelus buku yang terus berada di tangannya, dan sebuah pengecualian saat pergi ke kamar mandi. Pria tua itu akan meninggalkan bukunya sejenak.
"Jii-san...." Panggilnya lembut, si pria tua menatap wajah tampan cucunya. Satu tangannya terangkat lalu mengelus surai hitam anak dari anaknya ini.
Tangan si pria muda mengulur untuk membenarkan posisi alat bantu dengar kakeknya, "lain kali, kalau aku sedang bicara jangan di matikan alat bantu dengarmu." Gerutunya.
"Aku tidak punya waktu untuk mendengarkan ocehan tidak berguna milikmu, Suguru." Sahut pria tua tersebut, suaranya baritone itu goyah karena termakan usia.
"Jii-san, kau selalu saja begitu. Pantas saja Yuuhi meninggalkan dirimu. Kau tidak pernah mau mendengarkan orang lain." Ejek Suguru - nama pria muda tersebut- dan di hadiahi sebuah pukulan di kepalanya.
"Yuuhi dan dirimu berbeda! Jangan samakan dia!" Ketusnya tidak terima, Suguru terkekeh kecil.
"Hee... Benarkah seperti itu?" Goda Suguru.
"Tentu saja benar!" Sungut si pria tua, Suguru tergelak melihat wajah berkerut sang kakek yang tampak lucu.
"Apa Jii-san, tidak merasa kasihan dengan mendiang baa-chan?" Tanya Suguru tatapannya menyendu, pria tua itu berdiri lalu melenggang begitu saja menghiraukan pertanyaan satu-satunya cucu yang dimilikinya.
"Kau menanyakan itu lagi, pada kakek mu?" Tanya seseorang di belakang Suguru.
Pria muda itu menoleh, mendapati seorang wanita yang mengenakan kimono cokelat. "Um... Ya... Aku menanyakan itu lagi, aku masih penasaran bagaimana bisa Jii-san menikah dengan baa-san." Ungkapnya ragu.
Wanita berambut hitam itu menatap putranya lembut, "seperti yang di katakan mendiang baa-san, Jii-san tidak pernah bisa mencintainya. Dan itu terlihat jelas di matanya." Melepas sandal bakiak ia masuk ke dalam rumah, Suguru mengikuti dari belakang.
"Aku masih tidak mengerti, kaa-san." Wanita itu tersenyum.
"Hati Jii-san, hanya untuk cinta pertamanya. Dan... Kehadiran baa-san, hanya sebuah tuntutan di keluarga Gojo." Setelah mendapatkan penjelasan itu, Suguru tak bisa lagi berkata apapun.
-
7 Agustus 1989, kaisar Hirohito mengangkat Akihito sebagai kaisar baru di era yang baru juga. Era Heisei (1989), beritanya terdengar melalui radio di setiap sudut Jepang. Satoru mengabaikan itu, kulit keriput tangannya terus mengelus buku berkertas lapuk yang sudah bertahun-tahun ini menemani.
Mata pria berusia 67 tahun tersebut menerawang lurus ke depan, binar biru di iris indahnya mulai memudar dan kehilangan ketajamannya.
"Jii-san."
Seseorang memanggilnya, Satoru tidak menoleh tetap menatap lurus ke depan. Suguru duduk di sebelah sang kakek, melirik dan menatap cukup lama buku lusuh yang berada di pangkuan Satoru.
"Jii-san, Yuuhi itu orang yang seperti apa?" Tanya Suguru tiba-tiba, Satoru menoleh cepat. Selama ini cucunya tidak pernah penasaran dengan hal itu, matanya menyipit. Menatap selidik cucunya yang kini sibuk bekerja di perusahaan keluarga.
"Kenapa kau bertanya?"
Suguru menggaruk kepalanya tidak gatal, "aku hanya penasaran, memangnya tidak boleh aku tanya soal cinta pertama jii-san?" Suguru balik bertanya.
"Tadi, kau ribut soal nenekmu." Celetuk Satoru.
"Ya... Itu juga aku penasaran." Tambah Suguru, sesaat ia tidak mendapatkan jawaban apapun dari sang kakek.
"Tidak mau cerita?" Dalam pertanyaannya Suguru berharap sang kakek mau curhat.
"Namanya Yuuji bukan Yuuhi, lagipula siapa yang punya nama seperti itu." Dumel Satoru, si cucu terkekeh apalagi saat melihat wajah si kakek yang tampak bersemangat saat mengatakan hal itu.
"Kapan kalian bertemu?" Tanya Suguru, sang kakek terdiam cukup lama sampai terdengar Hela nafas panjang darinya.
"Di sebuah pantai, saat orang tua ku memaksaku untuk menjadi bagian dari militer." Jawab Satoru setelah cukup lama diam, dan Suguru paham... Mulai dari detik ini ia akan mendengarkan sebuah kisah dari sang kakek untuk pertama kalinya tentang pengalaman hidupnya.
BersambungIni hanya sebuah pelarian Ren(' . .̫ . ') selamat datang
KAMU SEDANG MEMBACA
05.30 PM | Sunset | Gojoita
FanfictionWarning : mengandung konten percintaan dua pria, untuk Homophobia sangat tidak di sarankan. Bahkan, ketika nuklir menghantam tanah Hiroshima dan membawa setiap detil dari hidupmu. Aku akan tetap menunggu, dan mencintaimu - Dr. Gojo Satoru ಥ‿ಥ Kita...