Bagian 01: Xavier Aghatias

29 2 0
                                    

Xavier, pemuda tampan yang menjadi rebutan wanita di SMA Garuda Mandala. Acasha dan kawan-kawan menempati posisi teratas penggemar beratnya. Sampai overdosis malah.

Di lain sisi, Draco tidak pernah menyukainya. Begitulah hidup, ada pujian dan kebencian. Kendati demikian, Xavier tak pernah ambil pusing hal tersebut.

Langit pagi tampak cerah, awan-awan bergumpal melindungi Xavier dari sengatan surya. Dia yang tengah duduk dengan buku tebalnya di taman sambil menyeruput kapucino. Kemudian ketenangannya diusik oleh kehadiran Acasha.

"Sweetie ... My bebep honey, kamu udah sarapan enggak?" Ucap Acasha dengan gaya khas berlebihannya kepada pemuda batu yang bergeming.

"Hei, Baby. Kamu enggak dengar ucapan aku barusan?" Ulang Acasha yang kali ini melayangkan aksi dengan menarik buku bacaan Xavier ke atas. Hingga Xavier tidak bisa mengelak untuk menatapnya.

"Kamu enggak lihat kapucino ini?" Balasnya dingin seraya mengangkat segelas kapucino hangat.

"Itu bukan sarapan, sweetie ... 'Kan benar kamu belum sarapan. Sekarang ikut aku ke kantin, kita sarapan  bareng?" Acasha meraih tangan Xavier yang sedetik kemudian ditepis olehnya.

"Aku enggak mau, maaf." Ucapan Xavier sebelum berbenah.

"Kamu mau kemana?" Acasha melongo.

"Bukan urusan mu!" Xavier berujar begitu menohok. Dia salah, Acasha bukan wanita yang gampang menyerah. Seberapa sering Xavier mencampakkannya. Di sana jauh di dalam lubuk hati Acasha semakin kuat mencintai Xavier.

"Kalau begitu, aku ikut!" Pinta Achasa dengan senyum sumringah. Dia dengan lancang merangkul lengan Xavier, kali ini sangat kencang sampai-sampai Xavier kesulitan melepasnya.

"Lepas, Ca!" Xavier berupaya melepas ikatan tangan Acasha.

"Aku enggak mau! Ayo buruan kamu mau kemana, biar aku ikut." Ujarnya dengan nada bersemangat.

"Aku mau ke perpus, Kamu enggak suka perpus 'kan? Jadi lepasin tanganku!" Kata Xavier yang berhasil membuat kuasa Acasha melemah. Dia wanita yang anti buku dan tidak ingin membuang tenaga untuk membaca apalagi belajar.

Alhasil rangkulan Acasha dapat dipatahkan beserta harapannya. Dia menelan ludah akibat kerongkongan yang mendadak kering.

Xavier berlalu dengan senyum kemenangan. Sementara Acasha masih berdiri sebal.

"Tu ... Tunggu, Xavier! Siapa yang bilang aku enggak suka perpus. Aku suka 'kok, sama kayak aku suka kamu. Jadi tunggu aku!" Pekik Acasha sedikit berlari mengejar langkah Xavier yang panjang.

Xavier mendelik kesal melihat gadis ini terus bertahan dengan asa yang tak tahu padam.

***

"'Kan sudah kubilang, kamu nggak suka perpus. lihat sekarang kamu tepar. Aku juga yang repot jadinya." Rutuk Xavier kepada Acasha yang merasa lemas dan mual setelah hampir sepuluh menit berada di dalam perpustakaan kampus.

"Aku kuat 'kok, Vier. Jangan ngomel begitu bisa enggak? Aku cuma sedikit pusing aja. Ke kantin yuk! Lapar nih." Rengeknya dari balik wajah yang tenggelam oleh  rambut yang terurai berantakan di atas meja. Kepalanya begitu berkunang melihat tumpukkan buku yang berjejer di hadapan, apalagi di sana terdapat rak buku matematika.

"Aku enggak mau. Kamu aja yang pergi. Punya kaki 'kan?" Tolak Xavier dengan santai sambil melanjutkan membaca buku yang ia pegang.

"Tadinya punya sekarang udah enggak. udah lemes, Vier. Ayolah gendong aku." Rengeknya paksa.

"Ogah!" Tepis Xavier.

"Kejam seperti biasanya." Ucap Acasha lirih. perutnya sudah keroncongan.

"Aku bisa mendengarnya." Xavier menyahut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

XavierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang