🇮🇩03. Hari Merdeka

16 4 0
                                    

Rahayu dan Janitra memutuskan untuk pergi ke hutan setelah mendapatkan informasi dari para santri bahwa Kiai Samsul sedang pergi menenangkan diri di sana. Karena tidak ada lagi kiai atau seseorang yang dirasa bisa menyembuhkan Slamet, akhirnya mereka nekat untuk pergi ke hutan meskipun itu sedikit beresiko sebab hutan yang akan mereka datangi merupakan tempat yang terkenal banyak dihuni oleh binatang buas.

Janitra menghentikan langkah kakinya. Mendadak rasa ragu menghinggap di hatinya kala dihadapkan sebuah jembatan yang menjadi penghubung antara hutan dengan perbatasan kampung.

Jembatan itu menggantung di atas jurang sedalam 50 meter. Janitra tidak bisa membayangkan bagaimana seandainya dirinya tergelincir dari jembatan itu lalu jatuh ke dalam jurang. Sudah pasti nyawa yang menjadi taruhannya.

Rahayu sudah mencapai seperempat dari jembatan saat dirinya merasakan kekosongan di belakang tubuhnya. Selama diperjalanan tadi, putrinyaㅡJanitra selalu mengoceh menceritakan kisah tentang kekonyolan Slamet yang mencuri buah mangga Pak Baharudin dan berakhir menemani kebonya mandi di kubangan lumpur. Bibir yang terus mengoceh itu tiba-tiba bungkam, menyebabkan keheningan di sekitar Rahayu.

Ibu dua anak itu pun menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang di mana anaknya sedang berdiri dengan wajah yang tampak pucat pasi dan tubuh yang bergetar. Dia bisa menangkap keraguan dari raut pucat Janitra. Sorot matanya terus menatap ketakutan pada hutan dan jurang yang berada di depannya.

"Biyung, apa biyung yakin akan masuk ke hutan ini?"

Rahayu tersenyum mendapatkan pertanyaan tersebut dari putrinya. Dia kembali menghampiri Janitra, meraih tangan halus putrinya lalu mengusapnya pelan untuk sedikit menyalurkan ketenangan.

"Nduk, biyung tahu kamu pasti takut untuk masuk ke hutan. Banyak binatang buas di sana dan kita tidak akan tahu bagaimana nasib kita saat memasukinya. Tapi nduk, kamu tahu sendiri bagaimana pengorbanan Mas Slamet untuk menghidupi keluarga kita setelah kepergian bapak? Demi kesembuhan Mas Slamet, kuatkan hatimu dan beranikan diri. Insyaallah, Tuhan akan melindungi kita karena tujuan kita ke sini adalah melakukan hal baik."

Ucapan biyung ada benarnya. Janitra jadi teringat dengan semua pengorbanan Slamet selama ini.

Setelah kepergian bapaknya 5 tahun yang lalu, Slamet sebagai satu-satunya tulang punggung keluarga harus merelakan sekolah dokternya demi bisa bekerja untuk menghidupi biyung serta adikya yang masih duduk di bangku sekolah menengah. Kakaknya itu juga selalu sabar menghadapi dirinya yang sangat nakal meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa Slamet juga suka usil kepada Janitra.

Tanpa sadar satu tetes air mata berhasil jatuh membasahi pipi Janitra. Dia merasa bersalah karena sempat berpikir egois di saat kakaknya tidak pernah memikirkan diri sendiri hanya untuk membahagiakan keluarganya.

Janitra menghembuskan nafas pelan sebelum akhirnya tersenyum dan menganggukan kepalanya pelan. Demi kesembuhan Slamet, dia harus memberanikan diri untuk masuk ke dalam hutan.

🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Di bawah kegelapan malam yang hanya diterangi oleh cahaya bulan, tampak seorang pria sedang mengendap-endap memasuki sebuah rumah. Mata minimalisnya tak berhenti berpencar ke segala penjuru rumah. Memindai apa saja yang tertangkap oleh indra penglihatannya.

Rumah tersebut sudah bertembok. Namun jika dibandingkan dengan rumah yang dia lihat setiap hari, rumah itu bisa dibilang sangat sederhana. Kursi dan meja yang ada masih berbahan dasar besi dengan desain kuno. Dia juga bisa melihat ada seperangkat mug blirikㅡmug legend bergambar loreng hijau putih seperti loreng pada pakaian tentara di atas meja tersebut.

HARI MERDEKA [SPESIAL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang