Anaka, seorang gadis yang baru saja lulus dari Sekolah Menengah Pertama. Umurnya baru lima belas tahun, bulan November nanti Anaka akan menginjak umur enam belas tahun.
Ujian di saat pandemi seperti ini menurut Anaka tidak terlalu berguna. Nilai tinggi namun tidak paham materi sama sekali, Anaka juga sama. Nilai raport dan Ujian Sekolah Anaka cukup tinggi, dia mendapat peringkat dua pada Ujian Sekolah.
Anaka selalu merasa bodoh, tidak puas, dan minder. Dia tidak mau susah, malas, dan suka mencari cara mudah untuk melakukan sesuatu. Sifat umum manusia memang seperti itu.
Pandemi covid membuat Anaka tidak bisa melihat wajah teman temannya. Bersekolah tatap muka Anaka hanya mendapat satu setengah tahun saja, seterusnya kegiatan belajar dilakukan secara online.
Sekarang Anaka sedang bimbang, dia bingung ingin melanjutkan sekolah dimana. Sudah sejak lama Anaka meminta pendapat dari orang tua, keputusan ada di tangan Anaka sendiri. Swasta maupun Negeri, itu terserah Anaka.
"Gue ambil negeri aja deh," kata Anaka kepada teman temannya.
"Gue mau stay di Swasta."
"Dina mau di Swasta, kalau lo Re?" tanya Anaka, Reta diam terlihat sedang berpikir.
Reta bergerak dari duduknya. "Negeri, Swasta mahal ah. Gue kasihan sama ortu."
"Tapi lo beneran ke negeri kan, Ka? Gue biar ada temen." Reta memastikan keputusan Anaka.
Anaka mengangguk, sudah mantap dengan keputusannya. Lagi pula, jarak rumahnya ke SMA lebih dekat daripada ke SMK.