Ale & Angin

195 0 0
                                    

Udara pagi ini begitu menusuk permukaan kulit gadis yang tengah berdiri di atas hamburan pasir basah. Kakinya melangkah pelan menghampiri ombak pantai yang berada di depannya. Hari ini, hari dimana sang malaikatnya pergi untuk selamanya.

Tak pernah terpikir olehnya bahwa mamanya akan pergi secepat ini. Kemarin mamanya masih bercerita ria bersamanya di taman belakang rumahnya. Banyak sekali yang ia ceritakan, bagaimana saat gadis itu lahir, bagaimana saat gadis itu berbicara, bagaimana saat gadis itu mulai berjalan, dan hingga gadis itu tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik.

Memori kemarin masih teringat jelas di otaknya, bahkan gadis itu tak menyadari bahwa itu adalah ucapan selamat tinggal untuknya.

Perlahan kaki gadis itu tersentuh ombak kecil yang naik ke pasir. Ia tersentak kaget saat kakinya merasa seperti menginjak sesuatu yang begitu menyakitkan. Ia melihat sebuah duri menancap di telapak kakinya dan membuat tetesan merah mengalir.

"Bahkan duri ini juga ingin menyakitiku," tangannya mencabut duri itu dan melemparnya jauh.

Gadis itu menghentikan langkahnya, ia duduk diatas pasir yang basah. Jarak antara dirinya dan air sekitaran 5 meter, jadi tak heran jika nanti ombak bisa membasahi pakaiannya.

Matanya menatap lurus kedepan, berharap melihat ada ujung di lautan luas itu. Ia terkekeh menyadari sebodoh apa dirinya saat ini, untuk apa ia mencari ujung lautan itu? Apakah ia mau kesana? Ah, rasanya sungguh aneh tertawa saat ingin menangis.

"Ma, maaf karena belum bisa jadi anak yang baik, maaf karena belum bisa bahagiain mama, maaf kalau selama ini mama cape ngehadapin Ale, maaf ma, maaf..."

Pertahanan gadis itu runtuh, sejak semalam ia mencoba untuk tidak menangis agar mamanya pergi dengan tenang. Sekarang ia tak ada lagi alasan untuk menahan itu semua, mamanya telah pergi.

Gadis itu menenggelamkan kepalanya di atas lutut sembari memeluk dirinya sendiri. Ia tak peduli ombak membasahi semua pakaiannya, ia tak peduli jika orang lain melihatnya, karena yang memperdulikan itu semua sudah pergi jauh meninggalkannya dan tak akan pernah kembali.

"Bahkan saat ini gak ada lagi yang ngapus air mata Ale, Ma."

Gadis itu menarik nafas sebanyak mungkin. Iya teringat bagaimana mamanya melarang ia menangis apalagi di tempat umum. Dengan perlahan ia mengangkat kepalanya dan memejamkan matanya. Ia ingin semua kesedihannya pergi dalam sekejap, seketika angin bertiup sangat kencang. Tubuh gadis itu sedikit terhuyung ke belakang, namun ia tetap menahannya. Rambutnya menari-nari kebelakang mengikuti angin yang bertiup kencang.

Perlahan namun pasti, gadis itu membuka matanya dan tersenyum ke langit, "Ma, Ale sudah menemukannya."

Ale dan Angin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ale dan Angin

Aku menemuinya bersama dengan luka yang menancap di hatiku.
Ia membawaku terbang bersama dengan kesejukan yang begitu menenangkan.
Ia membawa pergi semua masalahku dari diriku.
Ia tak berbentuk namun menyejukkan.
Ia tak bersuara namun menenangkan.
Ia tak berwarna, namun membuat hidupku bewarna.
Ia seperti tak ada namun ada di hatiku.

☆☆.....☆☆

Haii, ini cerita ketiga yang akuu buat guyss, on going juga nih. Sebenarnya aku buatnya pas sebelum Aeslov tamat, cuman baru publish biar gak ketumbur sama Aeslov. Gimana nih untuk prolognya?
Huhuhu, ini bakalan beda sih dari 2 cerita lainnya, tapi tetep seruuu!!!

Jangan lupa ⭐ dan 💬 ya....
Jangan jadi ghost, awas!!!
Maksa ini maksaa haahaha🤣

AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang