Di suatu pagi yang cerah. Di sebuah apartemen di daerah New York.
Sherlock sedang membaca koran pagi. William sedang mengiris roti dan menaruh selai diatasnya, dan Billy sudah pergi duluan karena ada panggilan mendadak.
Sherlock masih bekerja di pemerintahan Amerika bersama Billy. Dia akan pergi di pagi hari dan pulang tiap sore atau malam hari. Kalau ada pekerjaan khusus, akan mengharuskannya pergi keluar kota.
Untuk mengisi waktunya, William seringkali memberikan jasanya sebagai konsultan pada orang-orang disekitarnya yang membutuhkan, sebagaimana kemampuannya. Selain itu terkadang dia juga menjadi pengajar lepas di sejumlah sekolah setempat.
Hari ini Sherlock akan pergi keluar kota karena pekerjaannya. Dia memandang William yang sedang menuangkan teh, Sherlock beberapa kali menghela napasnya, wajahnya terlihat gelisah.
William yang menyadarinya, kemudian duduk di kursinya dan memandangnya heran.
"Sher, kau terlihat gelisah, kenapa?"
"Eh, ketahuan ya..." Sherlock menutup koran yang ada ditangannya dan menaruhnya di meja. Lalu memandang lurus pada William.
"Kenapa? Ada yang mengganggu pekerjaanmu?"
Sherlock menghela napas lagi. Matanya masih memandangi pria bermata scarlet itu.
"Kenapa sih?" William memiringkan kepalanya bingung.
"Ugh... Nanti aku mau pergi keluar kota lagi karena pekerjaan..."
"Lalu? Bukannya kau memang sering melakukannya?"
"Aku kepikiran sesuatu..."
"Apa itu?"
"Tentang..."
"Huh?"
Namun Sherlock tak meneruskan kata-katanya, dia berdiri dari tempatnya dengan raut wajah yang masih terlihat gelisah.
"K-kalau bisa, saat aku pergi nanti, kau jangan ke mana-mana ya, Liam?"
William ikut berdiri dan memandangi mata onyx Sherlock yang juga memandangnya lurus.
"Umm? Aku kan memang gak kemana-mana, hanya mengajar lepas di sejumlah sekolah di sekitar sini."
"Justru itu..."
William mengernyitkan dahinya.
"Sebenarnya belakangan ini aku nerima telegram disaat sedang bekerja..."
William mengangkat sebelah alisnya.
"Telegram? Apa isinya?"
Sherlock menggigit bibir bawahnya. Kembali menghela napasnya.
"Gimana ya bilangnya..."
"Apakah hal penting?"
"Umm..."
"Kalau urusan pekerjaanmu, aku tak berhak tahu sih..."
"Bukan... Justru telegramnya berisi tentangmu..."
"A-aku? Kenapa harus mengirimnya padamu?"
"Karena isinya..."
Tanpa sadar William meraih dasi di leher Sherlock yang masih berantakan, lalu merapikannya.
"Ya...?"
Sherlock menghela napasnya lagi, dan...
"Tuan Holmes! Tuan Moriarty pingsan! Dia gak bangun-bangun! Tuan Holmes! Tuan Moriarty ketiduran di kelas! Dia gak bisa dibangunin! Tuan Holmes! Tuan Moriarty ketiduran di kamar mandi! Dikunci pula pintunya! Tolong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Your bad habit
Fiksi PenggemarSesempurnanya seorang William James Moriarty, dia memiliki kebiasaan buruk yang super aneh. Untungnya Sherlock selalu ada disisinya. Lalu bagaimana jika keadaan membuat mereka harus berjauhan?