Ch.1 ungkapan cinta

244 10 2
                                    

Selamat membaca 🍃

[Rian]

Setelah bel pulang sekolah, seperti biasa harus ada siswa yang piket membersihkan kelas yakni menyapu dan merapikan kursi, itulah peraturan yang ada di sekolah ini. Salah satu SMA swasta yang cukup memiliki nama baik, di Desa tempatku tinggal.

Hari ini, sesuai yang sudah ku rencanakan sebelumnya, aku pengen ngungkapin perasaanku kepada Arif. Aku mengambil sesuatu yang ada dibawah mejaku. Sebuah pot kecil dari keramik yang dililit pita merah di bagian atasnya, didalamnya ada bibit tanaman tomat Cherry, buah kesukaanku.

"Rif.." cicitku pelan, ragu untuk memanggilnya.

"......"  tidak ada jawaban, ia terus saja melanjutkan pekerjaannya tanpa menghiraukan keberadaanku.

Hal ini sebenarnya sudah hal biasa yang kudapat darinya tiap hari, tatapan benci darinya. Herannya itu tidak mengubah rasa suka ku terhadapnya sejak kelas satu hingga sekarang kelas dua.

"A.. arif.." kucoba berjalan mendekatinya yang berada di area depan kelas, sedang mengangkat kursi  keatas meja.

"Rif..."

"APA?" bentaknya tanpa menoleh kepadaku

"a.. aku.. mau ngomong sama kamu bentar."

"...."

"aku.. ak.. - "aku memejamkan mata, kenapa sesulit ini buat ngomong. Tapi ini kesempatan ku satu satunya setelah tau kalo Arif sudah putus dengan pacarnya minggu lalu.

"ak.. akusukasamakamu RIF -

-sebenernya aku suka kamu sejak kita masih kelas satu.." aku masih menunduk dengan kedua tanganku masih gemetar memegang pot tanaman tomat yang sudah ku siapkan, tidak berani menatapnya langsung.

"....."

BRAAK..

suara kursi yang diletakan dengan kasar di atas meja

"lo ngomong apa barusan..?" ia berjalan mendekat.

"a.. aku.. suka kamu rif.. dan ini bibit tomat untukmu, semoga kamu mau nunggu tanaman ini berbuah. ak.. aku mau berusaha buat dapetin hati kamu sampai.. sampai tanaman ini berbuah." ucapku sambil mengulurkan pot tanaman ini dengan ragu.

Ya itulah tujuanku, akan berusaha semampuku mendapatkan hatinya hingga tanaman buah kesukaanku ini berbuah. kurang lebih 100 hari waktuku.

"...." tak ada jawaban darinya, tapi aku melihat satu tangannya terulur untuk mengambil pot di tanganku. Ada sedikit rasa senang melihatnya, tapi..

BRUUK..

pot itu dibanting dengan keras tepat didekat tempatku berdiri, membuatku semakin menunduk dengan hati yang sakit.

"Lo bilang apa tadi..?"

"...."

"Jadi bener, lo tu homo.. cih.. berani juga nyali lo ngomong hal menjijikan itu ke gue.."

"...."

"oke.. buka telinga lo lebar-lebar.. ini jawaban gue-

sejak awal.. gue BENCI banget liat muka loe. Dan sekarang setelah tau fakta kalo lo homo, rasanya gue makin benci sama lo... cuih.." kalimatnya diakhiri dengan meludahi kepalaku, tepatnya di area rambut.

kalian mungkin tau bagaimana perasaanku sekarang, sakit sangat sakit hatiku mendengar jawabannya hingga sulit bagiku menarik nafas.

"Loe bisa nyimpulin sendiri kan apa jawaban gue, gue ngga sudi deket-deket sama lo apalagi punya hubungan.. hahaha cih najis gue bayanginnya."

"...." aku menunduk menyembunyikan wajahku yang menyedihkan ini.

"tapi... kalo lo mau jadi budak gue.. mungkin bakal gue terima.."

"ak.. aku.. mau.." Jawabku cepat, merendahkan diriku sendiri buat bisa lebih dekat dengannya.

hening agak lama, tanpa ada jawaban darinya. aku lihat ada raut kaget diwajahnya, mungkin tidak percaya dengan jawabanku tadi.

"O.. Oke.. bersihin ini semua, gue mau pulang" ucapnya lalu pergi meninggalkanku sendiri di dalam kelas.

Aku pun langsung membersihkan kekacauan ini, mengumpulkan serpihan pot, tanah, dan tanaman tomat ku yang sudah rusak kedalam kantong kresek untuk ku buang ketempat sampah.

"Aku harus bisa, kamu kuat ian.. kamu pasti bisa dapetin Arif.." monolog ku untuk menyemangati diriku sendiri.

tapi itu hanya ucapan saja, nyatanya aku kembali ke tempat dudukku, menyembunyikan wajahku di lipatan tangan di atas meja merasakan sakit mengingat hinaan dari Arif. Apakah aku sehina itu dimatanya.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

TBC.

Budak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang