Part 1

21 5 2
                                    


Javi POV

Badanku terasa sangat berat, bangun tidur tidak terasa segar, justru terasa ada beban di hatiku. Sepertinya hari ini bakal jadi hari yang sulit, aku sudah bisa tebak.

Aku bergegas untuk membersihkan diri, memakai baju yang menjadi favoritku, yakni hoodie berwarna kuning yang aku padukan dengan jeans abu. Tak lupa aku juga sedikit bersolek.

Ting!

Ah pasti itu pesan dari kekasihku, aku harus segera turun dan menemuinya. Tapi melihat Abah membaca koran di teras, niatku sedikit menciut. Aku berlari kembali ke kamar mengambil masker dan topi untuk menutupi riasan tipisku.

"Mau ke mana kamu?" Abah meletakkan korannya lalu menatapku dengan mata yang memicing, memandangiku dari atas hingga bawah. Tubuhku sedikit gemetaran, aku takut kalau Abah sampai tau aku sedikit memakai riasan hari ini.

"A-aku.. Mau bertemu temanku di cafe."

"Beneran?"

"Iya, Abah. Ada yang harus aku selesaikan dengannya, maksudku tugas kami harus segera dikerjakan bersama."

"Baiklah, jangan pulang terlalu larut. Pakai mobil saja ya."

"Baik, Javi pergi dulu ya, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsallam."

**


Hazliel POV

Sudah 15 menit sejak aku memasuki cafe ini, tapi tanda-tanda kehadiran kekasihku masih belum ada. Jujur, aku sudah sedikit bosan berada di sini, es krim yang aku pesan juga sudah mencair.

"Kayaknya aku harus kirim pesan lagi deh."

Baru ingin mengetikkan pesan untuknya, tubuhku disentuh oleh seseorang. Ah, kekasihku rupanya. Aku terkejut saat melihatnya kali ini, hoodie kuning, celana jeans, dan apa itu? Sedikit riasan di mata? Sangat manis. Aku ingin memeluk dan menciumnya saat ini juga.

"Sudah lama?"

"Tidak, baru 15 menit?"

"15 menit baru katamu? Lihatlah! Bahkan es mu sudah mencair dengan sempurna Iel." Katanya sembari menarik kursi di depanku.

"Mau pesan sesuatu?"

"Oh, aku sudah pesan tadi waktu baru masuk. Emm, btw kamu gak ke gereja? Masih jam segini sudah suruh aku nemuin kamu!"

"Sudah selesai Ja, aku tadi pulang duluan, hehe." Aku tak kuasa menahan senyumku melihat betapa menggemaskannya kekasihku saat ini. Bibir yang maju sesenti, alis yang bertaut, dan omelan-omelan kecilnya.

"Iel, kamu habis ini mau ke mana?"

"Gak kemana-mana, mau jalan?" Aku sudah bisa menebak ke mana arah bicaranya kali ini.

"Boleh, tapi aku harus pulang sebelum maghrib ya."

"Siap pangeran."

**

Author POV

Dua anak adam itu kini berjalan beriringan. Rasanya mereka ingin sekali untuk saling menautkan jemari. Tapi apa boleh? Mereka hanya bisa menahan hasrat itu.

Mereka memilih untuk menuju taman kota, tak terlalu jauh dari cafe tadi. Tak akan lelah jika ditempuh dengan berjalan kaki, apalagi dengan kekasih hati.

Candaan dari lelaki berkulit tan itu berhasil mencairkan suasana tenang di antara mereka. Gelak tawa seolah menjadi lagu cinta untuk hari ini.

**

Taman kota terasa sangat ramai hari ini. Banyak dari mereka yang terlihat menghabiskan waktu dengan orang terkasih, seperti keluarga, teman, ataupun pasangan. Cuaca yang cerah berawan juga sangat mendukung untuk menghabiskan akhir pekan di taman ini.

"Ja, kamu haus enggak?"

"Belum, nanti aja beli minumnya."

Suasana kembali hening, mereka hanya menikmati waktu dengan duduk berdua di bangku taman sembari melihat orang-orang berlalu lalang dan bersenda gurau. Namun, mata Javi seolah terpaku pada pasangan di depan sana. Seorang laki-laki dan perempuan, bergandengan tangan, dan saling menyentuh satu sama lain, menyalurkan cinta mereka.

Hazriel turut memperhatikan apa yang menjadi fokus Javi. Senyumnya terukir tipis, matanya kembali memandang wajah Javi. Seperti tahu apa yang ada di pikiran Javi, Hazriel seraya mendekat dan mengusap pundak Javi pelan.

"Kamu mau kita kayak mereka?" Tanya Hazriel.

"H-huh? Jangan gila kamu! Memang kamu mau dihakimi orang-orang saat ini juga?"

"Hmm.. Mau tak mau, siap tak siap aku pasti akan dihakimi Ja." Wajah Hazriel menyendu, matanya menunjukkan jika ia amat tertekan.

"Iel.. Bukan kamu saja, tapi kita. Kita akan dihakimi bersama kan?"

Mendengar ucapan Javi, Hazriel lantas mengusap pucuk kepala Javi lembut. Senyumnya terkembang dengan sendirinya. Benar kata Javi, bahagia mereka sangat sederhana, kuncinya hanya selalu bersama.

"Iya Ja, kita akan bersama. Tapi aku tak bisa berjanji untuk itu." Ucap Hazriel dalam hati.

Awal Yang Salah || HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang