Part 2

15 4 1
                                    

Part 2

Sudah sekitar 30 menit Javi dan Haziel menghabiskan waktu berdua di taman kota. Mereka banyak mengobrol, mengobati rasa rindu karena 2 minggu tak kunjung jumpa. Euforia yang tercipta sangat menghangatkan.

Ting!!

Notifikasi dari telepon genggam Javi mengalihkan atensi mereka. Dengan terburu Javi melihat pesan yang ternyata dari abahnya.

Abah

Udah jam segini kamu bekum pulang! Ini sudah mau magrib Javi! Cepat pulang.

Setelah membaca pesan dari sang abah, Javi terlihat sedikit panik karena ia lupa jika harus segera pulang.

"Dari abah ya? Yaudah kita pulang sekarang ya." Hazriel menuntun Javi untuk segera bangkit dari duduknya.

"Kamu gak papa?"

"Enggak sayang, perintah Abah kamu lebih penting. Ayo!"

**

Setibanya di cafe mereka langsung bergegas untuk menuju kendaraan masing-masing. Pandangan Hazriel tak lepas dari Javi yang tengah menghidupkan mobilnya. Matanya menyendu, hatinya masih belum puas untuk kencan hari ini, ia ingin lebih lama lagi. Tapi mengetahui jika orang tua itu adalah segalanya, maka Hazriel memilih untuk mengalah.

"Nanti sampai di rumah jangan lupa sholat maghrib dulu ya! Baru boleh istirahat. Nanti aku telfon." Ucap Hazriel dengan senyuman khasnya.

"Siap kapten! Yaudah aku pulang duluan ya, nanti abah keburu marah besar nih."

"Dadah.. Love u, beib."

Memandangi bagaimana mobil Javi keluar dari pekarangan cafe hingga tak terlihat dari jangkauannya, senyum manisnya masih terpatri di sana. Hazriel tak bahkan tak peduli jika saat ini beberapa orang tengah meliriknya dengan tatapan aneh.

"I love u, Javi. I really do."

Senyumnya yang semula terkembang apik, semakin meluntur. Jiwanya terasa kosong seketika, seakan tak ada kebahagian yang singgah di sana. Javinya sudah kembali, pergi untuk ke rumahnya. Tak seharunya ia mencegah, bukan?

**

Javi sudah siap dengan apa yang akan abahnya berikan untuk saat ini. Pasti ceramah yang amat panjang dan juga memojokkannya. Abahnya bahkan sudah bersiap dengan berdiri di depan pintu untuk menunggui Javi dari kerja kelompoknya tadi. Matanya terus mengekori pergerakan anaknya sejak ia menginjakkan kaki di teras rumah.

Tangan Javi sedikit gemetar saat salim dengan sang abah. Ia takut akan ditanyai yang tidak-tidak.

"Kamu dari mana saja, Vi? Udah mau maghrib harusnya kamu sudah pulang dari 10 menit lalu."

"Maaf abah, tadi Javi harus ngerjain banyak banget tugasnya, sampai lupa waktu." 

"Huh, ya udah. Sekarang kamu mandi dulu, terus sholat, lalu istirahat. Jangan tidur dulu, harus sholat isya loh."

"Iya abah, permisi." Helaan napas Javi terdengar halus saat berhasil melewati sang abah. Dengan wajah tenang ia menuju kamarnya untuk segera membersihkan diri dan melaksanakan kewajibannya, sholat.

Sekitar 30 menit, Javi gunakan untuk mandi dan sholat. Kini ia sedang menunggu panggilan telepon dari kekasihnya. Tak selang lama, akhirnya nama Hazriel muncul di layar hp nya.

"Halo~ sayangg"

"Haii, kamu udah mandi kan?"

"Hiih, sudah dong. Gak kayak kamu yang gak pernah mandi, baunya sampe sini nih, pasti belom mandi kan? Ngaku kamu!"

"Diih? Udah yaa, gausah ngejek kamu! Ini aku udah ganteng tauu."

"Alah, paling juga masih gantengan aku tuh. Kamu tuh lebih ke manis tau gak."

"Ckk elahh, cowo mah ganteng iell."

"Tapi kalau kamu tuh, gantengnya udah another level bae~ sampe ada manis cantiknya juga tuh buktinya."

"Iell, kamu.. Gak bakal ninggalin aku kan?" Sorot mata Javi meredup saat mengatakannya. Jantungnya berdebar.

Hazriel tersenyum teduh, rasanya sangat ingin mendatangi Javi sekarang juga. Membawanya dalam sebuah pelukan sayang.

"Tentu, sayang. Aku akan selalu di tempat yang sama." - justru aku takut kamu yang akan ninggalin aku, lanjutnya dalam hati. Tak sampai perasaan jika akan mengatakan hal tersebut pada kekasih manisnya itu.

"T-tapi, kamu tau kan.. Yang kita langgar bukan hanya norma, tapi Tuhan Iel."

" I know, ehh sekarang sudah larut banget. Kamu tidur yaa, aku matiin yaa, good night, sayang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Awal Yang Salah || HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang