T H E L E T H A L T H R I L L S

231 33 3
                                    

   Stockholm syndrome adalah sebuah respon psikologis ketika korban penculikan menjalin kedekatan secara emosional dengan penculiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Stockholm syndrome adalah sebuah respon psikologis ketika korban penculikan menjalin kedekatan secara emosional dengan penculiknya. Sindrom ini membuat korban penculikan merasa bersimpati kepada si penculik.

   Lima syndrome adalah sebuah respon psikologis ketika penculik menjalin kedekatan secara emosional dengan korbannya. Lima syndrome dikatakan sebagai sisi lain dari Stockholm syndrome.

***

Aku tak bisa melihat apapun. Bagian mataku tertutup oleh sehelai kain, simpul ikatannya terikat sangat kencang bagaikan menusuk tengkorak kepalaku. Sehelai kain lainnya menyumpal bagian mulutku, membuatku kesulitan menelan air liur yang kian menitik di ujung mulutku. Melalui indera peraba, nampaknya aku tengah berbaring di tempat tidur dengan pergelangan tangan dan kakiku yang terikat.

Aku tidak bisa mengingat bagaimana aku dapat berakhir seperti ini, yang kuingat hanyalah segelas matcha latte dingin di hadapanku yang sedang asyik kusisip dan seorang pria berwarna rambut merah muda yang tiba-tiba menghampiri mejaku untuk berkenalan, pria itu mengatakan kepadaku jika namanya adalah Sanzu.

Aku merasakan telapak tangan menggenggam kedua sisi bahuku, mengangkat tubuhku agar terduduk. Simpul ikatan di bagian kepala dan mulutku perlahan mengendur, lalu terjatuh di atas pahaku. Di hadapanku berdiri seorang pria berwarna rambut merah muda yang mengajakku berkenalan di cafe, sebagian wajahnya masih ditutupi oleh masker kain berwarna hitam, tangan kanannya menggenggam senapan yang terlihat seperti handgun — lebih tepatnya mungkin caliber. Mataku bertemu pandang dengan bola mata biru pria itu, bola mata biru itu bersembunyi di balik bulu mata panjangnya.

"Pasti semua ini soal ayahku, benarkah begitu ? Pria tua bangsat itu selalu menyusahkan keluarganya," aku memberanikan diri untuk berbicara.

"Tutup mulutmu," Sanzu menghujamkan senapannya tepat di dahiku, rasanya dingin ketika senapan itu menyentuh kulit wajahku.

Seharusnya aku merasakan rasa takut yang mendalam saat ini, terlebih dengan senapan yang menempel tepat di wajahku. Namun aku tak merasakan apapun, tubuhku sudah terbiasa berada di posisi seperti ini.

"Tembak aku !" aku dapat merasakan Sanzu mendorong senapannya lebih dalam di dahiku. Dia lalu menarik kain penutup di mulutnya, memperlihatkan seluruh bagian wajahnya kepadaku. Terlihat luka goresan di kedua sisi ujung bibirnya, kini aku mengerti mengapa pria ini menyembunyikan sebagian dari wajahnya.

"Shhh," Sanzu menempelkan jari tangan sebelah kiri ke mulutnya. "Tanpa kamu suruh pun aku akan melakukannya. Ada kata-kata terakhir ?" Sanzu mendekatkan wajahnya lebih dekat, tangan kanannya masih terus menggenggam senapan yang terhujam dalam di dahiku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE LETHAL THRILLS ( SANZU  HARUCHIYO X READER )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang