catatan

89 12 0
                                    

buku ini kudedikasikan untuk seorang temanku yang pernah berjuang melawan COVID-19.

ia salah satu teman terdekatku selama pandemi. kami sering berada dalam satu kelompok dan mengerjakan tugas bersama-sama. kami menyemangati dan membantu satu sama lain, karena belajar dari rumah sungguh terasa sulit (bagi kami berdua).

ketika mendengar kabar bahwa ia positif, aku terlalu yakin bahwa ia akan baik-baik saja karena ia masih muda. aku menunggu balasan dari pesan yang kukirim dengan suatu kabar baik bahwa ia pulih. tetapi, pesan yang kuterima justru sebaliknya. aku tak memercayai pesan itu, aku tak ingin percaya. aku terus menunggu ia mengirimiku kabar dan berkata bahwa semua hanya bercanda. tapi aku akan dimarahi tuhan jika terus begitu, kan? dan kupikir ia tak akan senang jika kepergiannya tak direlakan dengan sepenuh hati.

ia sungguh-sungguh teman yang paling dekat denganku belakangan ini dan ia telah mengajariku banyak hal. kini dengan kepergiannya, ia mengajariku perihal merelakan. saat ini aku belum bisa--belum mau--, tetapi kuharap diterbitkannya buku ini bisa menjadi awal untuk benar-benar melangkah ke depan dan merelakan. mengikhlaskan.

aku sudah pernah bilang bahwa menulis adalah caraku untuk menyembuhkan diri, kan? awalnya kupikir demikian.

tetapi, mengapa setelah menulis buku ini, aku masih merasa pedih?

[rampung pada 18 Agustus 2021]

tidak di mana punTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang