Diary Devi (Season 1)

12 4 0
                                    

("Hai my diary, apa kabar diaryku? Sudah lama Devi tidak bercerita di lembaran kertas diary Devi yang tidak pernah bosan Devi menulis cerita-cerita unik dari Devi disetiap menitnya Devi selalu menuangkan segala bentuk cerita dari yang sedih bahkan sampai cerita yang bahagia Devi selalu menuangkan dalam lembaran kertas diary ini. Hari ini entah kenapa Devi ingin membuka kembali lembaran diary Devi yang tidak pernah dibuka lagi sejak tiga tahun setelah lulus SMA, dan kini membukanya kembali serta ingin bercerita lagi dalam buku diary ini tentang cerita baru Devi di perusahaan impian Devi, perusahaan itu merupakan salah satu tempat yang sering dikunjungin oleh para figur, para media dan lain-lain sedangkan Devi di perusahaan itu berprofesi sebagai Notaris di perusahaan multimedia, disitulah tugas Devi sering berkomunikasi dengan manager-manager beserta direktur dan team dari perusahaan itu untuk membuat surat akta kontrak kerjasama antara para figur dengan figur lainnya untuk meningkatkan perusahaan multimedia ini semakin berkembang, nah cerita unik dari Devi di tempat kerja Devi dan Devi tidak pernah menyangka ternyata sahabat Devi sejak SMA sudah bersama dikelas 10 atau dikelas 1 SMA dan kini Devi bertemu lagi dengannya di satu perusahaan yang sama lalu hanya beda profesi, dia sebagai produser di perusahaan multimedia itu. Namun Devi kan ingat dia, apakah dia juga masih ingat aku sebagai sahabatnya sejak SMA dan sekarang bertemu lagi di perusahaan yang sama, apakah dia masih ingat tidak ya sama aku? Mau tahu jawabannya yuk dengarin diary Devi.")
     Setiap pagi, Devi selalu sempat senam lantai di rooftop rumahnya sebelum berangkat ke kantor karena jika sudah di kantor itu waktu istirahat hanya paling lama 2 jam dan paling singkat 1 jam, maka dari itu Devi pagi-pagi menyempatkan untuk senam lantai supaya tubuh akan terus terasa segar dan bugar sehingga bisa lebih semangat untuk menjalankan aktivitas selama seharian. Devi berolahraga pagi biasanya sekitar 15 menitan tetapi hari ini Devi hanya 10 menit saja karena hari ini bakal ada meeting besar dengan direktur multimedia beserta produsernya itu juga sahabat SMA nya. Di perusahaan multimedia itu termasuk kategori sering melaksanakan meeting dan paling rutin melaksanakan pertemuan besar itu sekitar 3 kali seminggu dan juga kadang 1 kali seminggu. Namun hari ini sudah masuk meeting yang ke 3 kali dalam seminggu, lalu meeting sering dilakukan pagi pukul 8 jadi Devi selalu bersiap-siap pukul 6 pagi setelah berolahraga 10 menit, setelah itu Devi hanya membawa bekal serapan pagi ke mobil agar tidak terjebak macet di jalan dan bersyukurnya jarak antara rumah Devi dengan kantor tidak jauh paling hanya sekitar 5 menit jika tidak macet, namun jika macet paling hanya tambah 5 menit saja walaupun 5 menit macetnya tetapi Devi tetap menganggap 5 menit itu merupakan waktu yang berharga bagi Devi jadi Devi tidak pernah terlambat sekalipun ke kantor dan selalu tepat waktu sebelum pukul 8.
      Sesampai di kantor, Devi langsung lantai 5 ke ruangan meeting , tidak lama sampai di ruangan tiba-tiba produsernya yaitu sahabat SMA nya sudah didalam ruangan tersebut sedang serius mendalami materi yang akan disampaikan saat meeting berjalan nantinya. Devi hanya tersenyum melihat sahabatnya itu, ternyata dia dari dulu memang tidak pernah berubah selalu  memasang wajah yang serius, cuek dan gengsi tetapi jika dia senyum terbekas juga senyumannya, hal itu yang sulit Devi melupakannya.
      "Selamat pagi  kak Zaka" salam dari Devi.
Setelah Devi menyapanya dengan nama, dia langsung menatap matanya Devi dengan serius.
      "Bisa tidak profesional? Kerja-kerja, teman-teman. Paham?"
Devi mengarahkan pandangannya ke arah jendela kaca sambil menghela nafasnya.
      "Baik bapak Zaka, maaf ya"
Tidak lama kemudian, Devi langsung mengambil posisi duduknya di sebelah kanan dekat kursi direktur dan posisi duduknya persis didepan sahabatnya itu. Karena mereka berdua termasuk orang yang sering terlibat dalam setiap meeting. Ketika Devi melihat-lihat isi dari lembaran kertas yang akan ia juga mempresentasikan setelah sahabatnya nanti presentasi, ia tiba-tiba bertanya.
      "Pak, ini benaran perusahaan kita bakal mengundang Niken untuk menjadi brand?"
Sahabatnya itu pun menjawab dengan jelas sambil mengetik di ipadnya.
     "Iya, memang kenapa?"
Devi menjawab pun dengan malas rasanya, karena si Niken itu teman SMAnya juga yang pernah disukai oleh Zaka dan waktu itu si Niken siswi baru, siswi yang sudah banyak disukai oleh semua orang terutama kaum Adam termasuk Zaka sahabat Devi yang sudah lama Devi kenal. Devi dengan Zaka memang hanya seorang sahabat tetapi keduanya sudah saling menyimpan rasa namun tidak diungkapkan dan yang masih mempertahankan rasa itu si Devi hingga Zaka berani untuk menyatakan rasanya kepada Devi.
       "Tidak ada figur lain memangnya?"
       "Tidak ada, hanya dia yang bisa waktunya"
Devi menghela nafasnya.
       "Terserahlah"
Apapun yang diputuskan oleh sahabatnya itu, Devi tidak bisa menghalanginya karena semua berkas perkontrakan Devi yang menuliskan akta kontrak dari persetujuan produser dengan direkturnya.
    Tidak lama kemudian, semua orang termasuk direktur perusahaannya sudah hadir di ruangan meeting saatnya mereka memulai rapat tersebut. Ditengah berjalannya meeting, tiba-tiba Devi memasang wajahnya yang kesal dan marah karena sahabatnya itu terlalu antusias dalam membahas topik tentang yang akan dihadirkan figur ke perusahaan itu yaitu Niken dan biasanya si Zaka tidak pernah antusias seperti ini. Namun kekesalannya ketahuan oleh direkturnya.
     "Devi, kamu setuju Niken dihadirkan?" tanya Direkturnya.
Devi langsung reflek menoleh kearah direkturnya.
     "I ... ya, pak saya setuju" pucatnya Devi langsung ditanya direktur.
Sahabatnya hanya melihat Devi sambil senyum singkat dan menggeleng secara pelan, lalu Zaka mengalihkan matanya dari Devi ke ipadnya lagi.
Kemudian, meetingnya dilanjutkan kembali oleh direktur mereka sampai permasalahan finansial royalti untuk figur tersebut didiskusikan bersama team perusahaan multimedia. Ketika sahabatnya mengajukan berapa persentase untuk royalti figur tersebut, sungguh membuat Devi dan rekan-rekan terkejut, tetapi yang berani menyanggah pendapatnya itu hanya Devi seorang.
      "Hah! Gila bayarannya, memang sespecial apa dia didepan bapak?" ketus Devi.
Sahabatnya itu menatap Devi dengan senyum singkat lagi.
      "Spesial? Tapi tidak ada salahnya kan kita kasih 90% royaltinya?"
Devi mengalihkan matanya kearah lain dan sambil menghela nafas.
      "Jika begitu, bapak saja yang kerja. Kita semua bubar dari ruangan ini"
      "Memang salah?"
      "Tidak tahu" jutek Devi.
Devi pun membicarakan pelan-pelan kepada direktur mereka.
      "Pak, saya tetap menuliskan royalti itu di surat sebesar 60% jika bapak tidak terima, saya yang keluar dari ruangan ini." tegas Devi.
Perdebatan pun antar team mulai ricuh karena bertentangan pendapat dengan sahabatnya itu si Zaka, namun direkturnya tetap memberikan voting suara mana yang lebih setuju dengan pendapat Devi atau Zaka.
      "Baik, begini saja. Apa alasan kamu menolak dari opini Zaka?" tanya Direktur.
Devi mulai menghela nafas pelan-pelan untuk menjelaskannya.
      "Baik pak, sponsor brand yang bekerjasama dengan perusahaan kita itu tidak besar royalti kita pak maka dari itu kita harus menyesuaikannya"
Beliau pun sepertinya meresapi kembali apa yang disampaikan barusan oleh Devi sedangkan Zaka hanya senyum-senyum sambil menundukkan kepalanya sambil melihat postingan seseorang itu yang akan hadir di perusahaan tersebut dan Devi merasa tidak dihargai oleh sahabatnya sendiri kalau didepan dia adalah Devi bukan orang lain.
      "Zaka, bagaimana kamu setuju dengan Devi?" beliau bertanya padanya.
Zaka pun langsung mengalihkan pandangannya ke beliau dan layar handphonenya masih menyala tetapi  layar handphonenya sudah dikembalikan ke menu utama.
      "Jika vote suara lebih banyak ke Devi, saya setuju pak"
Setelah di voting pendapat antara Devi dan Zaka dan yang lainnya pun lebih kearah Devi, dia pun akhirnya menyetujui pendapat Devi.
     "Baik, kita lanjutkan lagi pembahasannya" lanjut direktur perusahaan itu.
Meeting kali ini untuk pertama kalinya hanya memakan waktu 2 jam saja dan biasanya sampai jam 11 siang tetapi hari ini tidak seperti biasanya karena jam biasa itu akan dipakai untuk mempersiapkan buat besok untuk apa saja yang harus disiapkan peralatannya.
Ketika berada dianak tangga ke 5 tiba-tiba ...
      "Dev, tunggu" Zaka memanggilnya setelah ia  melangkah anak tangga yang ke 5 dan ia pun berhenti sejenak.
      "Dev, jam 1 nanti aku tidak bisa bantu ya"
Devi mengangkat kedua alisnya.
      "Kenapa?"
      "Hm ... ada urusan diluar sebentar"
Devi pun mengalihkan matanya dari dia.
      "Oh, ok" sambil mengangguk pelan dan membalasnya dengan senyum.
      "Terimakasih ya Dev"
Tidak sempat Devi membalasnya, dia pun langsung pergi meninggalkannya dianak tangga tersebut.
      "Sabar Dev, jika jodoh Lo dan dia bakal balik ke Lo" berkata dalam hatinya.
Setelah beberapa jauh Zaka melangkah dari dirinya, Devi tidak sengaja mendengar suara telepon Zaka dengan seseorang dan suara seseorang itu seperti tidak asing lagi. Akhirnya Devi mencoba untuk mendengar sedetail mungkin dengan cara bersembunyi dan ternyata memang benar suara seseorang itu adalah Niken yang akan datang ke perusahaan ini besok.
     "Apa mereka sudah jadian?" tanya Devi dalam hati.
5 menit kemudian, Zaka pun mematikan teleponnya dan melangkah keluar dari  gedung  buru-buru menuju ke parkiran lalu langkahnya itu semakin membuat Devi bertanya-tanya, Devi pun mencoba mengikuti mobilnya dari belakang. Ditengah jalan Devi mengikuti mobilnya tiba-tiba Zaka berhenti di sebuah toko bucket bunga favorit Devi juga, Devi pun berpura-pura memarkirkan mobilnya yang tidak jauh dari parkiran mobilnya yang hanya berselisih 3 mobil dengan mobilnya Zaka. Seusai Zaka membeli seikat bucket bunga, wajahnya begitu bahagia seperti bahagianya bertemu pujaan, Devi tetap terus mengikutinya kemana dia pergi.
     "Hah?" shock Devi melihatnya.
Ternyata Niken sudah di lobi hotel karena besok dia bakal hadir di perusahaan mereka, Zaka pun langsung memberikan seikat bucket bunganya yang barusan dibeli tadi dan mereka mulai bercengkrama bagaikan layaknya pasangan.
     "Ini bucket untuk aku?" tanya Niken.
Zaka mengangguk pelan sambil tersenyum bahagia melihatnya.
     "Thank you ya, kamu memang tidak pernah berubah"
Devi mendengar pembicaraan mereka secara diam-diam di lobi itu juga tetapi Devi menyamarkan dirinya menjadi orang lain sehingga tidak menimbulkan kecurigaan Zaka, ketika Devi mendengar ucapan terimakasih dari Niken membuat Devi terkejut.
     "Hah? Yang kenal duluan itu aku bukan dia" ujar Devi dalam hati.
Tiba-tiba manager Niken memanggilnya untuk mempersiapkan diri buat besok sedangkan Zaka bukannya dia pulang tetapi menunggu Niken di lobi dan Devi harus segera ke kantor memberitahukan segera kepada bapak Beni sebagai direktur perusahaan multimedia kalau tamu buat besok sudah datang hari ini. Sesampai di kantor, Devi mencari posisi pak Beni.
      "Kak Tomi, ada melihat pak Beni tidak?" Devi bertanya ke Tomi yang sedang mempersiapkan alat photoshoot buat tamu besok.
      "Ada, beliau di ruangannya"
      "Baik terimakasih kak"
Devi pun langsung ke lantai 3 menuju ruangan pak Beni, ditengah menuju keruangan beliau.
      "Devi ngapain?" tanya kak Reza yang berpapasan dengannya tetapi berlawanan arah.
      "Eh kak, mau jumpa pak Beni"
      "Oh oke"
      "Aku duluan ya ke atas kak"
Reza mengangguk dengan pelan sambil melihat gerak- gerik dirinya bahwasanya Reza mencintai sosok perempuan seperti Devi tetapi tidak terlihat hati yang tulus padanya karena Devi sendiri masih berfokus kepada Zaka yang tidak memperhatikan dirinya dan lebih melihat orang lain.
Didepan pintu ruangan pak Beni ...
     "Permisi pak" mengetuk pintu ruangan beliau.
     "Iya masuk saja" beliau sambil merapikan berkas-berkas dan melihat Devi.
     "Pak, tamu kita besok sudah datang sekarang pak"
Beliau menghentikan gerakan tangannya mengemas berkas-berkas beliau.
     "Serius? Kamu tahu dari mana?"
     "Tadi saya keluar ada melihat Niken pak di hotel bersama teamnya pak"
     "Baiklah berarti sore kita sudah selesai semua"
     "Iya pak."
Beliau merapikan mejanya kembali dan sepertinya beliau ingin memberitahukan ke karyawan yang lain.
     "Oke infonya, saya mau ke lantai 2 mengabari yang lain"
     "Baik pak"
Setelah pak Beni menuju ke lantai 2 dan Devi sudah berada di luar ruangan beliau, dia menelefon Zaka untuk ke kantor mempersiapkan buat besok dan dia berpura-pura tidak tahu kabar Niken sudah datang sekarang padahal dia mengetahui kabar tersebut saat mengikuti jejak Zaka tadi kemana ia pergi. 
     "Halo Zaka, kamu ke kantor segera soalnya si Niken sudah datang sekarang"
Zaka pun berpura-pura tidak tahu padahal didepan Zaka adalah Niken.
     "Masa sih? Bukannya dia datang hari ini sore?"
Devi kecewa sama dia karena tidak pernah menyangka dia seperti itu.
     "Yasudahlah kamu datanglah ke kantor" Devi langsung mematikan teleponnya.
Devi pun mulai merasa kesal dan gundah seperti dipermainkan oleh dia.
Keesokan harinya ....
     (Niken sedang bersiap-siap make up datang Zaka)
     "Woww tidak pernah berubah cantiknya dari dulu"
Niken tersenyum malu-malu dengan pujian darinya dan Devi tidak sengaja melihat melewati ruangan tersebut dari luar kaca lalu dia berhenti sejenak melihat tingkah Zaka saat merapikan poni yang tertutupi matanya Niken hingga membuat dirinya semakin kesal pada dia, selama ini yang lebih mengenal dirinya itu Devi bukan dia tetapi dia yang selalu diperhatikan olehnya. Sudah tidak tahan lagi rasa ini, Devi langsung berbalik badan dan tiba-tiba ...
     "Kak Reza"
     "Ngapain?" dengan memasukkan kedua tangannya di kantung celananya.
Devi bingung ingin menjawab apa.
     "Mau ambil kunci mobil di ruangan saya kak, tertinggal tadi"
     "Mau ambil kunci atau mengintip Zaka?"
     "Sepertinya itu bukan urusan kakak" Devi langsung pergi tetapi tangannya digapai oleh Reza hingga wajahnya shock terkejut didepan wajahnya.
     "Sampai kapan kamu menghindar dari aku?"
Devi menjauh sedikit dari wajahnya dan matanya mengalihkan darinya tetapi jemarinya Reza membawa dagunya Devi hingga mata mereka tertata fokus.
     "Buka mata kamu, aku mencintaimu"

Season 2 ⏩

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diary Devi Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang