I Do

332 25 5
                                    

“Bagaimana jika aku saja yang menjadi istrimu.”

Kedua manik violet itu menatap lekat-lekat omega kecil yang tanpa pikir panjang berucap seperti itu. Dia bahkan tidak habis pikir dengan yang di ucapkan lawan bicaranya. Yakni keponakannya, Jin RuLan atau Jin Ling. Keturunan satu-satunya dari pasangan Jin ZiXuan dan Jiang YanLi.

“Umur paman sudah tidak muda lagi, apa masih sempat membuat keturunan?” Jin Ling mengunyah es serut yang baru saja dia sendokkan ke mulutnya. Remaja berusia lima belas tahun, nyaris enam belas tahun itu mengunyah es serutnya tanpa henti. Di usianya yang sekarang ini wajar-wajar saja untuk menikah.

Sejak kematian Jin GuangYao, yang mengurus sekte Lanling Jin adalah Jin Ling. Bisa di bilang dia keturunan terakhir Jinlin Tai. Sama seperti Jiang Cheng yang merupakan keturunan terakhir Lian Hua Wu.

Keduanya harus menghasilkan keturunan untuk penerus sekte mereka. Jin Ling tahu, jika pamannya sudah berkali-kali gagal dalam kencan buta nya. Jiang Cheng sukses membuat para omega memblacklist dirinya karena perilakunya.

Alpha berkepala tiga itu masih belum menemukan omega yang cocok, atau mungkin mereka tidak ingin menjadi pasangannya? Entahlah. Yang pasti Jin Ling paham betul apa yang dirasakan omega yang sudah Jiang Cheng kencani.

Jiang Cheng terlalu tinggi dan sulit untuk di gapai, itu salah satu faktornya. Kemudian, dia juga memiliki tingkat kepekaan yang tipis, bertindak kasar, tegas dan garang. Siapa yang tidak takut coba?

Jiang Cheng menghela napasnya, dia masih duduk diam sembari menunggu Jin Ling menghabiskan es serut miliknya. “Jangan sembarangan berbicara, lagi pula siapa yang mau menikah denganmu.”

Bibir Jin Ling membeku karena sensasi es, setiap kali dia bernapas akan mengeluarkan asap. “Jadi tidak mau? Baiklah, aku bisa mencari alpha yang lebih baik darimu. Lebih penyabar dan baik hati, terlebih dia harus memperlakukan ku dengan baik.” Sendok berisi es itu masuk kedalam mulutnya yang masih kebas karena sensasi dingin.

Jiang Cheng mengerutkan seluruh otot di wajahnya. “Jadi maksudmu aku tidak cukup baik untuk mu?” Wajahnya nampak seram saat menunjukan ekspresi yang satu ini. Jin Ling yakin, jika dia masih berusia lima tahun, mungkin dia akan menangis tujuh hari tujuh malam non stop.

Wadah es serut itu telah mengkerut, langsung saja Jin Ling meremasnya sebelum dia membuangnya. Dia berdiri dari kursinya dan mulai berjalan terlebih dulu menelusuri pasar malam yang kini semakin ramai. Jiang Cheng yang merasa terabaikan langsung menyamakan langkahnya.

Keduanya melewati beberapa jajaran kios-kios. Dimulai dari kios makanan, sampai permainan. Jin Ling menggosok bahunya sendiri untuk beberapa saat. Nampaknya udara semakin dingin.

Kedua manik coklat keemasannya melirik pemimpin sekte Yunmeng Jiang itu dengan ragu. Bahkan hal sesimpel ini dia tidak menyadarinya. Benar, seperti dugaan Jin Ling. Ternyata Jiang Cheng benar-benar tidak peka.

Namun opininya berubah, saat jubah ungu melekat membungkus tubuhnya. Jin Ling memeluk jubah ungu di tubuhnya dengan erat, walaupun tidak terlalu hangat, setidaknya sedikit mengurangi rasa dinginnya. Kini Jin Ling sadar, selama ini Jiang Cheng lebih suka bertindak dari pada mengungkapkannya dengan kata-kata.

Saat Jin Ling hendak berterimakasih, suara kembang api terdengar dengan nyaring. Orang-orang mulai berkerumun dan semakin mengetat dan juga berdesak-desakkan. Jin Ling hampir tertelan di lautan manusia itu. Sedangkan Jiang Cheng memfokuskan pandangannya pada kembang api yang sedang meledak diatas langit.

Wajahnya terkena sinar ledakan kembang api warna-warni itu. Jin Ling berada sekitar lima meter di belakang Jiang Cheng. Pamannya yang paling tinggi diantara semua manusia-manusia itu. Sandu di genggamannya dan Zidian di jari telunjuknya.

I Do [oneshot] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang