10. first love dia

1.7K 316 11
                                    

kalau ditakdirkan bersama, semoga kita jadi indah

"Cheesy itu satu-satunya cewek yang bisa sedeket ini sama gue. Dari masa MPLS sampai dipenghujung bangku sekolah yang mau tamat ini."

"Lama, ya, ternyata .... tiga tahun kamu sama dia."

Kanara menurunkan pandangan menatap kakinya sendiri. Dibalut dengan kaus kaki yang biasa ia pakai ke mana-mana saat keluar rumah.

Angin malam membuat suasana makin nyaman untuk membicarakan sesuatu hal yang dasar. Hal yang ingin sekali Kanara diskusikan dengan Rey. Apa saja. Ada banyak. Sayangnya, imajinasi yang sudah ia rangkai tidak mungkin bisa berjalan lancar.

"Ada enggak, hal yang kamu takuti selain mikirin masa depan? Apapun itu bentuknya, Rey," ucap Kanara kemudian.

"Maybe, jauh dari seseorang. Gue takut kalau soal kehilangan. Ya, that's normal, kan. Manusia," jawab Rey.

"Ya, pasti semua orang juga akan jawab yang sama kayak kamu."

"Oh iya, kayaknya ini akan jadi percakapan kita paling panjang deh, Rey. Dan kamu juga, pas aku tanya dengan lempengnya kamu jawab aja gitu. Enggak pakai marah-marah atau nunjukin raut kesal kamu," kata gadis itu.

Sontak Rey berdiri dengan menatap sekilas Kanara. "Kata siapa?" Kanara mendongak dengan wajah bingung, "Gue mau pergi dari hadapan lo kok!"

Ya udah, ternyata siklus manusia itu cukup rumit, ya. Kita enggak bisa nebak dia mau apa, dia suka apa, atau dia mau melakukan apa. Kadang aneh kadang bingung juga maunya gimana. Ya, Kanara cuma bengong melihat punggung tegap Rey menghilang dari balik pintu kaca transparan itu.

"Enggak apa-apa, deh, dia masih cuek. But he's cool. I fall in love sama dia. Semangat, karena ini masih awal!"

Haha, gemas.

***

Jam makan siang diisi oleh pemandangan yang istimewa bagi semua siswi SMA SAJAYA. Kini tim Basket Putra yang di mana dipimpin oleh Rey tengah melakukan tanding dengan para Junior siang itu.

Teriakan para siswi begitu histeris dan ramai bersorak di pinggir lapangan. Selain mereka punya seorang kebanggaan yaitu Rey ada beberapa lagi yang menjadi profile tim basket tersebut.

"Eh, basket lagi main, ya?" tanya Echa pada teman sekelasnya.

"Iya, Cha. Mereka cuma latihan tanding aja kok."

"Oh, gitu."

"Tapi katanya, mereka bakal tanding duel sama SMA sebelah. Ya, enggak, si?" tanya seorang laki-laki yang tak jauh dari Echa dan Kanara berdiri di tempat itu.

"Eh, emang iya? Demi apaaa si gue baru denger?" sahut Echa ikut nimbrung.

"Masih gosip bege ini mah. Belum tentu si kata gue juga."

"Yah, semoga aja jadi deh! Udah lama juga basket enggak ada kabar. Ya, kan," ucap Echa.

"Palalu! Baru aja dua minggu yang lalu tim Basket Junior menang lagi cuy! Biasa juara satu. Keren bingit, kan!" kata seorang siswi sambil berteriak histeris.

"Wah, daebak!"

***

Kanara berjalan cepat sambil menuruni anak tangga menuju ruang UKS. Baru saja ia dikabarkan oleh ketua PMR untuk menangani tim Basket Putra yang terjadi kecelakaan kecil waktu sedang bermain di lapangan tadi.

Ra, kamu bisa, kan, ngurus salah satu tim basket yang baru aja terluka? Tolong, ya, Ra.

Bisa, El. Aku ke sana sekarang.

Ia memasuki ruangan itu yang diisi oleh tiga orang. Kanara menghampiri ranjang UKS, melihat siapa seseorang tersebut. Ia tidak berekspetasi lebih kalau orang itu adalah Rey. Tidak. Jangan dia.

"Dia?"

"Iya," ucap ketua PMR.

"Ra, karena aku enggak bisa stay di sini. Jadi aku minta tolong ke kamu buat urus ini, ya. Kalau ada apa-apa tinggal bilang ke penjaga UKS biar dia yang bantuin kamu. Oke?"

Kanara mengangguk patuh, "Oke, siap!"

Laki-laki itu tersenyum kecil, lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut. Bersisa hanya tiga orang saja di sana. Yang satu lagi adalah seorang penjaga UKS yang sibuk dengan urusannya.

"Sebelum aku obatin, boleh kasih tahu data kamu ke aku, ya. Aku tanya dan kamu jawab." Kanara menatap siswa itu.

"Sok atuh."

Setelah selesai dengan sesi melengkapi data siswa yang ternyata adalah teman Rey yaitu si Genta. Dia hanya mendapati luka kecil di bagian kaki kirinya. Genta tergores aspal saat tengah merebut bola dari tim lawan serta dorongan kuat dari lawan itu.

"Kanara?"

Yang punya nama menoleh saat tengah mengobati Genta.

"Nama lo Kanara, hehe. Gue baca di name tag lo."

"Iya."

"Maaf, kamu sekelas sama yang namanya Rey, ya?" tanya Kanara sedikit mengecilkan volume suaranya.

Genta terkekeh sebentar. "Malah sobat karib gue dia. Kenapa nanyain dia? Suka, ya? Enggak apa-apa suka mah bilang aja biar nanti gue sampein ke dia," ucap Genta sambil meledek Kanara.

"Enggak. Aku cuma nanya aja," kata Kanara lagi.

"Masa si?"

"Aw! Pelan-pelan dong Mba," keluh Genta, yang merasa kalau Kanara ini sengaja mengobatinya dengan kasar.

"Eh, maaf. Tadi enggak sengaja keteken. Habisnya kamu ngeledek mulu, kan aku cuma nanya aja," sahut Kanara di sana Genta tertawa saja.

"Hahaha! So cute."

"Woy! Malah asyik-asyikan tidur di sini!"

Rey dan Athar masuk ke dalam ruangan itu tatkala Kanara sedang mengobati Genta. Laki-laki itu menghampiri ranjang Genta.

"Bisik. Mana Junior yang nyelengkat gue tadi? Mana dia? Mau gue omelin tuh bocah gegara main enggak bener," ucap Genta, sambil makan keripik dalam bungkusan. Entah dari mana asalnya makanan itu tiba-tiba sudah ada saja di dalam dekapannya.

"Ada tuh, lagi pada istirahat dulu." Rey memperhatikan.

Kanara berdiri dengan membawa kotak obat. Ia tahu situasi seperti apa saat ini. Ia hanya mampu diam lalu pergi dari lingkaran obrolan mereka. Kanara sempat berpapasan dengan Rey saat ia ingin jalan menuju lemari yang arahnya berseberangan dengan ranjang tersebut.

Ternyata hampir. Sedikit lebih dekat bukan berarti tidak ada jarak antara Rey dan Kanara. Antara dua orang yang masih tidak saling tahu kesukaan masing-masing. Dunia itu luas sekali, ya. Ada banyak macam dan jenisnya.

"Sebenarnya, tujuan kita itu apa, ya?"

"Oke, kamu kenal aku, aku kenal kamu. Tapi katanya, harus kenal lebih jauh lagi."

"Aku enggak ngerti, Rey. Kamu yang dari awal enggak suka sama aku. Tapi aku mau lho buka hati buat kamu."

"Gue enggak mau sampai salah orang. Tapi gue mau nemuin first love gue di masa sekolah ini. Tepatnya di SMA Sajaya."

Begitulah, sepotong percakapan random dari Kanara yang masih tidak mengerti soal hubungan dengan Rey. Ya, memang. Ada hal yang awalnya tidak kamu mengerti, kamu enggak tahu itu apa. Tapi percaya deh, semua itu punya alasan.

to be continued....

jangan lupa tinggalkan jejak

KANARA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang