Chapter 1

46 5 3
                                    

Tubuh gadis itu menegang tatkala melewati monster setinggi 3 meter. Tubuhnya berwarna ungu tua dengan corak garis hitam pekat yang mengelilinginya.

Menatap lekat-lekat gadis malang didepannya dengan tiga pasang mata merah. Membuat gadis itu merasa kepalanya akan berlubang jika ditatap terus-terusan seperti itu.

Mencoba tetap tenang gadis itu Lili. Terus berusaha mengabaikan monster tersebut. Bisa gawat jika dia tahu bahwa Lili bisa melihatnya.

"Kamu bisa melihatku kan?" Monster itu memiringkan kepalanya seraya tersenyum horor dan mulai mendekati Lili.

'Sialan... Here we go again'

Lili berkeringat hebat dan dengan cepat berlari menjauh dari makhluk itu. Staminanya sudah terlatih untuk saat-saat seperti ini.

Sayangnya Lili bertemu monster dengan fisik yang tidak wajar sehingga dengan cepat dia sudah berada di belakang Lili. Tidak sekarang dia bahkan sudah berada disamping Lili dan membuka mulutnya lebar-lebar dan hendak memakan mangsa didepannya. Lili mempercepat larinya dia tidak peduli mau dia dianggap orang gila pun dia bodo amat yang penting saat ini adalah lari!

Beruntung Lili hampir tiba di sekolah tercintanya. Monster itu gusar dan memanjangkan lehernya cepat dengan mulut terbuka lebar.

'Hiii, fiks gue bakal dimakan.
Tolong jangan makan gue dulu, gue belum bayar semua utang gue ke Mona nanti dia ngamuk,'batin Lili menangis.

Namun sepertinya kadar keberuntungan Lili hari ini sedang tinggi. Lili terjungkal kedepan lantaran menginjak kulit pisang yang dibuang oleh orang tidak bertanggung jawab. Tapi tak apa, Lili bahkan sekarang ingin berterimakasih pada orang itu.

Monster itu pun berhenti seraya menggertakkan giginya dan perlahan lenyap di kerumunan siswa-siswi yang hendak memasuki sekolah.

Liliana, atau yang akrab dipanggil Lili itupun langsung mengubah posisi terjungkalnya menjadi sujud syukur.

'Terimakasih Tuhan' Lili selalu mengucap itu berkali-kali didalam hatinya.

                           ***

Alis Mona saling bertaut lantaran melihat sahabatnya sedang sujud syukur didepannya saat ini.

"Lili, lo ngapainnn??"tanya Mona heran sambil menepuk pundak Lili agak keras.

Lili tersentak. Dia langsung bangun dan merapikan seragam sekolahnya yang sedikit berdebu.

"Gue lagi bersyukur Mon, masih diberi kesempatan hidup," balas Lili datar dan masih sibuk merapikan seragamnya.

Dahi Mona berkerut."Lo habis lewat kuburan mana sih Li. Sampai lo tiba-tiba tobat kek gini, ngeri gue ihh," Mona memeluk tubuhnya sendiri, merinding.

"Lah kemaren lo suruh gue jadi orang baik-baik giliran gue lagi mencoba tobat lo malah merinding, emang dasar manusia!"

Mona tertawa kecil. "Iya deh sorry, yok kita jalan saja ke kelas kanjeng ratu."

                            ***

Jantung Nafin berdebar. Ia gugup ketika sosok cinta bertepuk sebelah tangannya itu sedang berjalan dibelakangnya seraya mengobrol dengan tetangga sebelah rumahnya.

Nafin sesekali curi-curi pandang ke belakangnya. Dan memerhatikan sosok perempuan dengan rambut yang dikuncit kuda itu, Mona. Iya, benar Mona.

'Aku Sapa gak ya...sapa gak ya..'batin Nafin gelisah jarang-jarang mereka bisa sedekat ini. Tidak terhalang murid-murid perempuan yang suka caper padanya.

Good Night, LilianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang