Nasihat Para Sahabat

751 147 4
                                    

Seulgi berdiri kaku di hadapan pintu rumah Irene, dia sudah berdiri di sana kurang lebih dari lima menit yang lalu. Namun, dia sama sekali belum ada keberanian untuk mengetuk pintu.

Berbeda sekali dengan biasanya yang selalu masuk bahkan tanpa meminta izin terlebih dahulu.

"Aduh, tenang dong Kang Seulgi. Tenang..." Seulgi mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Seulgi menarik napas panjangnya dan menghembuskannya perlahan.

Tangannya yang gemetar itu mencoba untuk mengetukkan jarinya ke pintu. Sekali ketukan, dua kali ketuka, tiga kali ketukan yang dibarengi dengan, "Irene?"

Tak ada jawaban dari sang pemilik rumah.

Akhirnya Seulgi mencoba untuk memutar knop pintu. Namun, Seulgi kebingungan, ternyata pintunya terkunci.

Ini tak biasanya Irene mengunci pintu, padahal jam masih menunjukan pukul setengah delapan malam. Masih terlalu petang untuk tertidur dan mengunci pintu rumahnya.

"Apa dia gak ada di rumah?" tanya Seulgi.

Seulgi lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celana pendeknya, mencoba mencari kontak Irene di sana dan menghubunginya.

Beberapa saat hanya ada tulis berdering, itu menunjukkan bahwa ponsel Irene aktif, dan seharusnya Irene sesegera mungkin mengangkat panggilan itu, pikir Seulgi.

Hingga akhirnya terdengar, "ya, Seulgi?"

Seulgi meneguk lidahnya, "Rene lagi dimana?"

"Di rumah," jawabnya,

"Pintunya dikunci, ya?"

"Iya."

Seulgi mencoba menahan dirinya, suara Irene terdengar begitu dingin seperti malam ini.

"Boleh keluar sebentar? Mau ngomong."

"Oke."

Tanpa meminta izin kepada Seulgi, Irene mematikan sambungan telepon itu, dan meninggalkan Seulgi yang sudah tergugup sendiri menanti Irene membukakan pintu rumahnya.

Seulgi hanya bisa menunjukkan senyuman simpulnya saat dia melihat Irene di hadapannya.

"Ada apa?" tanyanya.

"Kamu udah tau bakal ada pemadaman listrik malem ini?"

Seulgi melihat Irene yang mengerutkan keningnya, bisa Seulgi tebak Irene belum mengetahui soal pengumuman itu.

"Nanti mau ada perbaikan listrik komplek, jadi listrik bakalan mati dari tengah malem sampe pagi."

Irene terus mendengarkan penjelasan Seulgi yang terdengar begitu sulit untuk diucapkan, seakan - akan mulutnya begitu kaku dan canggung.

"Mama khawatir, kamu 'kan takut gelap. Mama nyuruh kamu nginep aja di rumah aku, nanti ditemenin biar gak sendiri," ujar Seulgi.

Irene memikirkan jawaban yang harus dia katakan untuk beberapa saat, dan jawabannya adalah, "gak papa, Seulgi. Aku di rumah aku aja."

Seulgi terdiam, dia sudah ada firasat Irene akan menolak ajakan itu.

"Lagian kalo dari tengah malem sampe pagi, akunya juga tidur," lanjutnya.

Seulgi lalu menggeleng, "tapi aku takut kamu tiba - tiba kebangun," ucapan itu terlontar begitu saja.

"Nginep aja, ya? Nanti yang nemenin kamu Mama kok."

"Bukan aku," ucapnya merendahkan nada bicarannya.

Irene menghela napasnya, "yaudah, bentar. Aku matiin tv dulu."

100% Bae IreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang