2.

11K 260 7
                                    

Gadis gila

Happy reading!
=====

Zhafira menatap siswa yang duduk di depannya lamat-lamat, hingga akhirnya Si cowok mendelik sinis padanya.

Seketika ingatannya terlempar pada satu bulan yang lalu. Bulan dimana Zhafira menemukan, dan tertarik dengan wajah tampan cowok itu di antara berbagai macam tulisan di mading.

Kekehan kecilnya mengudara. Mengusik telinga Zayn yang mencoba menghiraukan kehadirannya.

"Gimana kabar lo?" Lontar Zhafira. Berhenti melamun.

Zayn bergeming di tengah kesibukannya. Mengabaikan Zhafira yang sok kenal dengannya.

"Zayn!"

"Zayn Gaozan Khalfani."

Zayn menepis tangan Zhafira yang berani menyentuh lengannya. Dia mendelik pada gadis itu, memperlihatkan ekspresi tidak nyamannya.

"Berhenti ganggu gue!" Peringat Zayn ketus.

Zayn melirik pintu ruangan kepala sekolah sekali lagi, berharap Bu Inggit muncul dari balik pintu itu. Zayn benar-benar risih berada di ruangan yang sama dengan Zhafira. Gadis super berisik bin menjengkelkan yang pernah dia temui. Zayn tidak menyangka, dampak dari membantu guru muda itu akan seburuk ini.

"Lo nggak kenal sama gue?"

"Enggak!" Jawab Zayn di sela kegiatannya mengamati buku tebal di pangkuannya.

"Bohong."

Bola mata Zayn berputar jengah. Zayn memilih bungkam, daripada menjawab ucapan Zhafira terus-menerus. Mungkin peribahasa 'diam adalah emas' patut di terapkan untuk situasi yang dia hadapi sekarang.

"Zayn!" Panggil Zhafira belum menyerah. "Lo pasti bercanda," Tukasnya.

Zayn menggeram. Sebenarnya siapa gadis bermulut petasan yang dititipkan Bu Inggit padanya? Seingatnya, dia tidak serendah itu dalam memilih teman.

"Zayn...."

"Ck!" Decak Zayn mencoba mengumpulkan kesabarannya yang hampir lenyap.

"Zayn."

Buku di tangannya tertutup kasar. Kesabarannya yang setipis tisu, robek tanpa bisa di sambung lagi.

"Apa? Lo bisa diam nggak? Gue enek dengar lo nyerocos terus kayak petasan!" Zayn berdiri dari duduknya. "Berhenti sok kenal sama gue! Karena gue nggak pernah kenal sama lo!" Sambungnya menunjuk Zhafira dengan bukunya.

"Tapi-"

Zayn menghunus Zhafira dengan mata tajamnya, membuat gadis itu terpaksa menelan untaian kalimatnya yang sudah tersusun rapi. Beruntung cowok itu masuk dalam jajaran orang-orang yang Zhafira sukai, sehingga amukan Zayn tidak mendapatkan balasan serupa.

"Shit."

Zayn menghembuskan nafasnya berat, sebelum mengambil langkah lebar menuju pintu. Sudah Zayn putuskan, dia tidak jadi menunggu Bu Inggit kembali.

Persetan jika Zhafira kabur dari guru setengah baya itu. Zayn tidak peduli, karena sejak awal dia memang tidak pernah menyetujui untuk menjaga Zhafira, sembari Bu Inggit memenuhi panggilan seseorang yang entah siapa orangnya.

Critical Point (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang