Chapter 2

97 13 2
                                    

🍁THE LAST DAY &
THE LAST CHANCE🍁
🍅
.
🍅
.
Pov Sasuke
_______________
____________
//seminggu sebelum masalah baru datang//

Hah... Hari yang melelahkan, banyak klien yang datang hari ini. Rapat disana sini membuat tubuhku lelah. Tapi mau bagaimanapun, pekerjaan hal yang utama bagiku setelah 'dia'.

Aku berdiri di depan jendela kamar sambil menatap hamparan bintang dilangit. Tidak ada bulan, yang ada hanya ada bintang yang bersinar di dalam gelap. Aku menyukainya, sangat menyukai suasana malam yang hening seperti ini.

Tidak ada proyek, tidak ada tugas, tidak ada klien, dan tidak ada setumpuk berkas yang harus ku selesaikan hari ini. Sesekali aku menyesap rasa pahit dari teh ocha hangat. Pandanganku datar menatap kota yang bersinar di malam hari.

Aku melirik ranjang disampingku. Seorang wanita bersurai merah kini terlelap ke dalam mimpi. Matanya terpejam tenang. Aku tersenyum tipis melihatnya. Wanita yang kucintai dua tahun belakangan ini masih tetap menemaniku. Hn, Uzumaki Karin. Sahabat sekaligus cinta pertamaku.

Tapi sayangnya kebahagiaanku berubah saat aku menikah dengan gadis musim semi itu. Haruno Sakura.

Yah, well kami sudah berumah tangga selama lima tahun. Aku tidak menyukainya, karena ini hanya sebuah perjodohan belaka. Tou-san memaksaku untuk menikah dengan gadis keluarga Haruno itu. Aku tidak menyukainya, tapi tou-san tetap memaksaku. Dia mengancamku dengan berbagai hal, sampai pada akhirnya aku pasrah dengan sikap keras kepalanya itu.

Aku mengurut pelipisku pening. Aku jadi kesal mengingat hal itu. Mengingat senyum gadis yang tak pernah luntur, meskipun aku sudah menyakitinya beberapa kali. Dia tidak mau berpisah, meskipun dia tau aku menjalin hubungan dengan Karin.

Wajahnya selalu tersenyum,  menampilkan wajah bahwa dia baik-baik saja. Segala kebutuhanku dia penuhi, walau aku sudah berulang kali melarangnya ikut campur dengan urusanku. Hal itu membuatku kesal karena tidak bisa membalas perasaannya.

Aku melihat ponselku. Sudah dini hari, hah... Dia pasti masih menunggu. Sebaiknya aku pulang, sudah cukup aku menikmati ketenangan disini.

'Ceklek'

Aku membuka pintu dan melihat punggung rapuh itu dari belakang. Ia menoleh ke arahku. Wajahnya sangat kentara sekali cemas menungguku. Tapi tetap saja dia berusaha tersenyum.

"Ah, kau sudah pulang. Mengapa ka--"

"Hn, bawa tasku," ujarku dingin sambil melempar tasku ke arahnya. Aku sangat lelah dan pergi ke kamar mandi untuk membasuh diri. Aku melihat sepasang baju tidur sudah disiapkan diatas ranjang. Ntah mengapa, sudut bibirku memancarkan senyum tipis.

Tanpa membuang waktu aku mengambil baju tidur itu dan bergegas ke kamar mandi.

'Ceklek'

Aku membuka pintu kamar mandi dengan handuk menggantung di leherku. Rambutku semakin memanjang, membuatku sulit untuk mengeringkan rambutku.

"Mau kubantu?"

Suara lembut dan menenangkan itu membuatku memberhentikan kegiatanku sebentar. Aku menatapnya datar dan mengalihkan pandangan.

"Hn, tidak perlu," ketusku dingin. Aku terlalu kesal untuk melihatnya. Huh... Dasar pembawa masalah.

'Grep'

"Duduk disini, aku akan mengeringkan rambutmu."

Tanpa aba-aba dia menarik tanganku dan menekan kedua punggungku agar duduk di depan meja rias miliknya. Aku menatapnya tajam dari pantulan cermin. Baru saja aku ingin protes, dia kembali memotong ucanku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE LAST DAY & THE LAST CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang