Pertemuan

520 42 5
                                    

"Iya Ma, nanti sore Varo berangkat"

...

"Yaudah Varo siap-siap dulu Ma, see you"

Sambungan terputus atau lebih tepatnya Alvaro telah mematikan sambung telfon dengan Ibunya. Kembali menaruh ponsel kemudian masuk dalam kamar mandi untuk bersiap pergi menjumpai rumah orang tuanya.

Tiga puluh menit berlalu begitu cepat, Alvaro sudah berpakaian rapih dan siap berangkat. Keluar dari rumah dan tak lupa mengunci pintu, kali ini pergi menggunakan kereta api. Setelah memesan tiket, ia masuk dalam kereta yang kebetulan sudah datang dan menunggu ia untuk naik.

Setelah duduk ia memainkan ponselnya, hanya memeriksa beberapa sosmed yang ada dalam benda pipih tersebut. Seorang pemuda berseragam SMA duduk di sampingnya, Alvaro sedikit terkejut akan kehadiran laki-laki itu. Siapa orang yang memakai seragam sekolah di hari minggu? Ini hari minggu dan tentunya sekolah libur, hanya lelaki aneh yang memakai seragam dan duduk di sampingnya. Alvaro tak acuh dan kembali fokus pada ponsel di genggaman dan membuka aplikasi game yang biasa ia mainkan.

Dibanding mengajak bicara orang itu, ia lebih memilih bergulat dengan game. Perjalanan memang tidak begitu jauh, tapi dia tidak bisa diam, membuat kegiatan bermainnya jadi terganggu.

"bisa diem gak?!" terdengar seperti pertanyaan padahal itu adalah perintah.

Anak adam yang tadinya seperti cacing kepanasan sekarang ia bergeming, hingga beberapa saat kemudian matanya bergerak cepat, mengedip beberapa kali seperti bingung akan sesuatu.

"Nah bagus, gitu dong dari tadi" kembali menyandarkan punggung pada bangku dan memilih melanjutkan membaca.

Asiknya membaca buku, tanpa ia sadari orang itu merapatkan duduknya. Alvaro terkejut, ia hampir mendorongnya kalau saja laki-laki itu tidak menjauh lebih dulu.

"Lo ngapain?" Tanyanya heran.

"Kamu ganteng, boleh kenalan?" Jari telunjuknya beradu didepan dada.

"Gak, lo aneh"

"Aku Bintang, nama kamu siapa?" Tangan lelaki itu menjulur didepan wajahnya.

Alvaro tak menjawab apapun, enggan untuk memberitahu namanya. Wajahnya ia alihkan ke jendela, lebih memilih melihat pemandangan.

Wajah pemuda yang mengaku bernama Bintang itu seketika murung, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan setelah Alvaro menolak berkenalan dengannya.

"Aku ganteng loh, gak kalah sama boneka jelek itu" Ia berkata setelah kereta melewati boneka mampang di pinggir jalan.

Alvaro menoleh hanya untuk memberikan tatapan jengah.

"Lo jelek, pede banget ngomong ganteng" Setelah kalimat itu terucap, ia bangkit, sudah sampai di stasiun tujuannya.

"Minggir"

"Kasih tau nama kamu dulu nanti aku baru pergi" Senyumnya merekah melihat wajah jengkel lawan bicaraya.

"Alvaro. Udah minggir lo" Ada penekanan dalam ucapan terakhir dari kalimat itu.

Laki-laki bernama Bintang berdiri mempersilahkan Alvaro untuk pergi.

"Nanti kita ketemu lagi"

Bintang berlari ke arah yang berlawanan dengannya, Alvaro mengabaikan dan terus terjalan keluar dari kereta.

Alvaro menginjakkan kaki di rumah besar itu, hampir sebulan ia tidak pulang ke rumah ini, dikarenakan kegiatan sekolah yang lumayan padat. Ia memang tidak tinggal bersama orang tuanya, memilih membeli apartemen yang dekat dengan sekolah, supaya tidak terlambat katanya.

Bintaro [HyuckRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang