★ 02

60 13 3
                                    

haiii!
jangan lupa vote dan komentarnya ya!

••••

Harapan sehabis dihukum lalu mendapatkan jam kosong ternyata sirna, pelajaran yang sama sekali membuatnya tidak minat akhirnya berlangsung juga, kenapa harus masuk. Hana meringis kala mengingat suara ketukan sepatu ber一hak itu memasuki kelas.

Gadis yang tengah menatap kurang minat kearah guru yang tengah fokus memberikan penjelasan yang menurut Hana rumit, berbeda dengan teman-temannya yang lain menatap pelajaran itu penuh minat. Kepala Hana menengok kearah belakang sebelum akhirnya menggelengkan kepala melihat meja Nari yang sudah dibentengi buku, Hana yakin di belakang buku itu terdapat ponsel atau permen jeli yang tersembunyi.

Memang pas sekali tempat mereka berdua duduk, Nari dibelakang dan dirinya didepannya, sedangkan kedua sahabatnya yang lain Soomin dan Daeho berada dimeja paling depan, keduanya itu salah satu murid yang lumayan pintar tidak seperti dirinya dan Nari yang memiliki kepintaran yang pas-pasan.


Tubuh Hana tiba-tiba tegak saat sepasang mata gurunya yang dilapisi kacamata berwarna coklat itu tengah memperhatikan raut wajah muridnya, Hana sesekali berakting menyalin tulisan yang terpampang dipapan tulis.

"Kim Nari, apa yang kamu lihat dibawah meja?" tegur gurunya sambil menatap kearah Nari yang sedari tadi pandangannya fokus ke arah bawah, suara ketukan sepatu terdengar mendekat mau tak mau Nari mengangkat kepalanya menatap kearah gurunya dengan pasrah, hari sialnya dimulai lagi.

"Engga bu, saya lagi ngeliatin buku saya kok!" Nari berujar sambil menunjukan buku tulisnya yang sudah berisi catatan.

Sedangkan Hana tengah berusaha mati-matian agar tawanya tidak pecah sambil didalam hati mengucapkan kata mampus berkali-kali. Kini Nari sudah berjalan maju kedepan setelah gurunya memerintah untuk mengerjakan satu soal yang tersisa dipapan tulis. Hana bersumpah jika ia berada di posisi Nari pasti ia sudah berakting kesakitan, karena mana mungkin ia mau mengerjakan soal matematika.
Ia dan Nari memang sangat cocok, sama-sama tidak suka pelajaran yang diharuskan menghitung, apalagi rumus yang dapat memecahkan kepala.

Sedangkan Daeho dan Soomin membuang muka saat Nari meminta pertolongan lewat tatapan matanya, sudah ke berapa kali dan dua sahabat pintarnya itu mengabaikan keadaan darurat yang menimpa Nari, biar belajar sendiri begitu pikir nya.

"Kim Nari ayo cepat dikerjakan," desak sang guru sambil memperhatikan kearah Nari yang hanya menatap kosong kearah soal didepan nya.

"Biar saya yang jawab bu," kepala Nari menoleh saat Go Mingi mengangkat tangannya sambil memberikan senyuman kecil, melihat anggukkan kepala gurunya lantas membuat Nari menghembuskan nafas kelewat lega.

Kakinya berbalik kearah bangkunya berpapasan dengan Mingi yang mempersilahkan nya berjalan duluan.

"Thank you." bisik Nari pelan lalu mempercepat jalannya agar sampai dibangku.

••

Kini kaki Hana sudah menginjak area kantin guna mengisi perut nya, bersama ke tiga sahabatnya yang kini sedang mengantri sambil memegang nampan makanan. Mata Hana menatap ke seluruh sudut kantin mencari sosok yang tadi pagi membantunya. Tapi matanya sama sekali tidak menangkap sosok itu, niatnya ia ingin membelikannya camilan atau rokok一mungkin, sebagai ucapan terimakasih.

Hana maju saat barisan murid yang mengantri itu jalan, matanya berbinar saat melihat ayam pedas manis itu sudah mengisi nampan nya.
Lalu setelah nampan terisi, tangan Hana membuka lemari es dan mengambil satu botol air mineral.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Don't let me in, Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang