CH 1: Twisted Toy

2.6K 17 0
                                    

Namanya Sofie, dan berdasarkan polisi yang menemukannya di sela-sela tempat sampah, usianya sekitar 17 tahun. Gadis dengan warna rambut dan iris mata sewarna ini ditemukan malam Desember bersalju hanya mengenakan baju kasual dan sebuah ransel butut; anak pelarian dari panti asuhan atau rumah tangga berantakan, analisis mereka. Tak ada yang menaruh perhatian pada anak remaja yang bahkan tak mau mengatakan apapun pada aparat.

Karena itu ketika Ryan, seorang petugas, meneleponku dan menyuruhku mengurus anak ini, aku berangkat saja tanpa harapan satupun.

Sampai aku bertemu langsung dengannya.

--

"Baju dan celana bersih ada di dalam, dan kau memakai sofa karena aku tak punya kasur lain," kataku ringa sembari melemparkan handuk pada gadis yang entah mengapa terlihat patuh. Tak butuh banyak perintah dan rayuan untuk membuatnya mandi, makan, dan mengklaim sofanya.

Dengan kaos tipis dan celana pendek, aku bisa melihat jelas lekukan tubuh yang bagiku terlalu dewasa untuk dimiliki anak ABG. Rambut keriting panjangnya menjadi daya tarik sendiri, dilengkapi dengan wajah datar dan pandangan iris segelap malam. Dia membungkus diri dengan selimut tebal ketika aku duduk di sofa sebelahnya.

"Aku May Moore. Aku disini untuk menampungmu selama beberapa bulan hingga kau bisa menemukan pekerjaan sendiri dan mandiri," tukasku tanpa basa-basi. Aku tahu anak seumur Sofie ingin mandiri dengan cara mereka sendiri, dan orang-orang sepertiku menjadi mitra kepolisian untuk membimbing mereka. Biasanya anak-anak seperti ini hanya akan dikembalikan ke panti asuhan atau tempat rehabilitasi; tapi Ryan, teman baik lima tahunku, berpendapat berbeda. Kami mendirikan semacam tempat penampungan dimana anak-anak pelaRyan dapat hidup dengan tenang, dan nantinya mereka bekerja untuk kami sebagai bentuk balas budi atau membimbing orang-orang seumurannya dengan cara yang sama.

Dalam sebulan ini, aku menampung Sofie dan membimbing seorang anak perempuan lain yang ditempatkan beberapa blok dari apartemenku. Ruangan itu sudah penuh, sehingga terpaksa Sofie menumpang di sofa ini.

Aku tak mengharapkan jawaban dari Sofie dan bersiap tidur sebelum mendadak Sofie berbisik. Bisikannya seperti hewan liar yang baru saja menemukan tempat makan, tapi aku masih mampu mendengarnya.

"Terima kasih, May."

Aku mengangguk sebelum berlalu pergi.

--


Pagi hari setelah Sofie bersamaku membuat hariku lebih ringan. Kami berbagi tugas membersihkan rumah, dan dia mulai mempelajari modul-modul sekolah yang berhasil kudapatkan online. Aku tak bertanya banyak darimana ia atau apa impiannya. Aku hanya berusaha memfasilitasi Sofie sebagaimana ia berhak. Tumbuh besar dan siap menantang dunia.

Sekali-dua kali kulihat ia tersenyum, dan tatapannya padaku melembut. Ia sering membuatkanku roti isi ketika aku terlalu sibuk bekerja, atau menyiapkan kopi untukku yang kesiangan. Rumahku bagai rumahnya.

Kemudian di suatu siang, aku mendapat telepon dari Ryan; seorang pemilik toko memergoki Sofie mengutil barang di toko elektroniknya.

"Sebenarnya apa maumu?" nada dingin dalam suaraku tak tertahan lagi, segera setelah aku menjemputnya dari ruang kerja Ryan. Temanku itu berhasil mendamaikan keadaan, mengeluarkan Sofie dari ancaman rehabilitasi tanpa uang tebusan.

Sofie menunduk tak berkata apapun. Posisi duduknya di sofa seolah tak berbeda dengan saat pertama kali ia datang kemari—tunduk, takut, dan pasrah. Tapi diamnya masih membuatku ragu, dan aku melakukan hukuman yang tak biasa kulakukan; sesuatu yang kulakukan terakhir kali dua tahun lalu, saat seorang anak panti asuhan pengguna narkoba menantangku menghukumnya.

Twisted LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang