Desahan Michele menggaung di dalam ruangan kelas sepi, berbarengan dengan suara tepukan antar kulit dan suara tertahan profesornya. Tak peduli mungkin ada cleaning boy apes yang memergoki mereka atau mahasiswa lain yang kebetulan lewat, ia justru mempercepat genjotannya di atas pangkuan Mr. David. Celana Gucci-nya sudah lama tergeletak beserta thong Victoria Secretnya di lantai meski atasannya masih terkenakan lengkap. Sementara kedua tangan pria tengah baya itu berada di kedua sisi pinggangnya, Michele masih menyamankan diri dengan penis pengajarnya sendiri. Terutama karena dinding-dinding rahimnya mulai berkedut dan ukuran penis Mr. David didalamnya seolah membengkak, pertanda mereka berdua akan menggapai orgasme bersamaan.
"Ah, Profesor, aku mau sampai, mau keluar-ah, ah, ah...!"
Racauan Michele terputus ketika mendadak Mr. David menghujamkan penisnya lebih dalam, dengan gerakan kasar dan tak beraturan. Desahan dan erangannya berubah menjadi pekikan nikmat sebelum kemudian keduanya mengejan hampir bersamaan. Air mani Michele mengalir di antara kedua pahanya, membasahi meja mahoni di atas mimbar kelas sementara sperma profesornya memenuhi rahimnya tanpa ampun. Tubuh setengah telanjang Michele kembali menggelinjang ketika Mr. David menggenjotnya kasar tanpa menunggu orgasmenya selesai; pria satu ini dikenal hypersex, dan Michele tak kecewa dengan rumor tidak enak itu.
Toh vaginanya butuh seseorang yang bisa memenuhinya dengan semen.
Kampus mulai gelap dan sepi ketika akhirnya Mr. David selesai dua kali mempompa spermanya di dalam Michele dan menyuruhnya pulang lewat pintu khusus pengajar. Suara hak sepatu Christian Louboutins-nya menggaung dengan ganjil karena langkah tertatih Michele.
Tentu saja ia mengalami kesulitan saat berjalan; bagaimana mungkin seseorang bisa berjalan dengan lancar setelah dihajar seks selama dua jam?
Ketika ia mengeluarkan ponsel untuk memesan Uber, pandangannya tertumbuk pada setumpuk uang tunai yang diselipkan Mr. David. Michele teringat bahwa pria itu juga menjamin kelulusan Michele di mata kuliahnya, dan mengatakan akan mentransfer sisa pembayarannya bulan ini ke rekening yang biasa.
Michele tersenyum. Satu daddy sugar sudah melunasi hutangnya bulan ini.
Ia masih memiliki dua daddy sugar lain yang perlu di 'temani' dan belum melunasi jatah bulanannya. Well, inilah fungsinya Uber yang bisa dipesan bahkan saat kampus sudah sesunyi kuburan.
.
.
Driver Uber Michele blak-blakan melirik dada Michele yang berkeringat. Tank top Channel yang dikenakannya memang menampakkan dada dan lekukan payudara cup D kebanggaan gadis itu, pun ia sengaja tak mengenakan bra. Michele tersenyum kecil membayangkan jika driver-nya tahu bahwa celana dalamnya masih lengket oleh sperma Mr. David.
Ya ampun, kenapa Michele mendadak terangsang?
"Hai, Bryan?"
"Ya, Miss Pryde?"
"Bagaimana kalau kau menyentuh payudaraku sebentar daripada sekedar melirik lewat kaca spion?"
Bryan hampir saja membanting setir karena pertanyaan to the point Michele. Ia menengok sekilas sebelum kembali memusatkan perhatiannya ke depan.
"Um, apa maksudmu, Mis-Miss Pryde?" Michele nyaris tertawa lepas mendengar jawaban terbata-bata pemuda yang mungkin lebih muda darinya. Membuat Michele justru semakin ingin menggodanya. Kedua kakinya melebar, tahu bahwa kursi depan menutupinya sementara kaca gelap pada mobil SUV Bryan menjamin privasi mereka.
"Anggap saja bonus bayaran dan rating servismu, okay?"
Tanpa menunggu reaksi Bryan (karena Michele tahu bahwa driver itu masih curi-curi pandang ke arahnya, kali ini tanpa melalui spion), Michele menaikkan tank top dan memperlihatkan payudara berkeringat yang putingnya masih merona hasil kuluman Mr. David.
Bryan segera menelan ludah melihatnya. Michele tahu bahwa celananya segera sesak ketika tangan Michele mulai mempermainkan putingnya sendiri. Tangan kirinya meremas sebelah payudara yang lain, dan Michele mulai masturbasi seolah ia pemilik mobilnya. Sesekali mencubit dan memelintir kedua putingnya, ia bisa merasakan celana dalamnya semakin basah dan menelusupkan tangannya ke dalam celana jeans. Merogoh selangkangan yang masih lembab, klitoris sensitif Michele terasa tegang hanya dengan elusan ibu jarinya, dan seketika Michele melenguh.
Ia tahu wajah Bryan pasti sudah kepalang merah, sehingga ia dengan berani melanjutkan menggesek-gesek klitorisnya. Sebelah tangan Michele masih meremas-remas payudara. Celah kelamin Michele yang masih sensitive segera mengeluarkan pelumas yang membasahi celana dalamnya. Michele membayangkan jika nodanya akan menembus jeans mahalnya, meskipun ia tak keberatan. Toh, salah satu sugar daddy-nya justru akan melelang hasil kencingnya lebih mahal ketimbang harga dirinya.
Ketika akhirnya Bryan mendadak memberhentikan mobilnya di rest area yang sepi, Michele hanya menyeringai. Perempuan 24 tahun itu pasrah saja saat Bryan yang sudah menggeser mundur bangku depannya berhasil menggapai payudaranya sebelum meremasnya gemas. Tangannya yang lain membuka paksa celana Michele, memeloroti kain penutupnya hingga sebatas lutut sebelum ia melakukan hal yang sama pada celana dalamnya. Tak peduli dengan penampakan vagina Michele yang ternoda sperma dan keringat (beserta cairan yang lain), penis Bryan yang segera terbebas dari pengapnya celana sudah memposisikan diri di depan kemaluan Michele.
Tak peduli pula dengan posisi awkward keduanya, penis Bryan perlahan masuk dengan mulus ke dalam rongga vagina Michele sebelum menariknya lagi. Ketika akhirnya Bryan menggenjot Michele dengan kecepatan kura-kura yang justru membuat Michele mengerang gemas, kedua kaki wanita itu mengapit pinggang Bryan dan membuat penis Bryan menghujam sudut terdalam vagina Michele; membuat keduanya mengerang nikmat.
"Please puaskan saya, oke?"
Bryan mengangguk mendengar bisikan parau Michele. Diturutinya penumpang mesumnya dan ia mulai mempercepat genjotannya. Penis pemuda yang tentunya lebih besar dari milik sugar daddy Michele manapun langsung saja menuai racauan kalimat kotor. Perempuan hypersex itu bahkan menggoyang-goyangkan pinggulnya demi menelan lebih banyak penis ke dalam lubang peranakannya. Racauan dan desahan Michele bersahut-sahutan dengan erangan tertahan Bryan. Bibir keduanya saling memagut saat sensasi klimaks mulai menyerang, tangan meremas bagian tubuh manapun yang tersentuh, suara tepukan antar kulit menggaung nyaring di dalam mobil. Serangan ganas Bryan pada lubang basah Michele tak berlangsung lama karena akhirnya pemuda itu memuntahkan spermanya, memenuhi rahim Michele dengan semen putih yang meluber keluar; menetes ke karpet dan bangku mobil.
Bryan menyodokkan batangnya dalam-dalam seolah desperate untuk menghamili Michele sebelum ia mencabut penisnya; akal sehatnya bagai berjalan segera setelah ia rampung menggarap penumpang mesumnya sendiri.
"Fuck! Kita harus mengebut untuk mengejar target durasi!"
Michele mengedik tak peduli. Ia membersihkan diri dengan tisu yang selalu ia bawa kemanapun, merapikan penampilan, dan menyisir rambutnya tanpa kesulitan ketika spedometer Bryan melewati batas kecepatan. Ketika akhirnya Uber-nya berhenti di depan tempat tujuan, Michele keluar dari mobil seolah ia baru saja keluar dari spa; tidak terlihat sedikitpun seperti orang yang baru saja menikmati seks dari dua penis yang berbeda.
Ketika ia masuk di dalam rumah, ia tahu bahwa penis ketiga tengah menunggunya, dan senyum Michele melebar.
Here we go, slut.
.
.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Lust
RomancePlease consider support me at Trakteer https://trakteer.id/hannah.allanbecker/link and KaryaKarsa https://karyakarsa.com/sisterhood 21++ BEWARE!!!! - CHAPTER #1 : Twisted Toy [ Warning: mind-manipulation, lesbian, underage ] - CHAPTER #2 : Twisted S...