bagian 1

4 1 0
                                    

Tring

Sebuah email masuk yang membuat Vanya terkejut. Sungguh sebuah kebetulan yang sangat tak terduga membuat Vanya amat sangat senang.

Vanya Angela mendapat kontrak oleh salah satu perusahaan desainer terkenal. Hal itu membuatnya amat sangat bahagia, hari di mana ia nantikan akhirnya datang juga, hari dia akan keluar dari perusahaan menyebalkan itu dan meraih mimpinya.

"itu Vanya?"
"Dia kelihatan senang hari ini, beda dari biasanya,"
"Ada apa ya?"

Saat Vanya memasuki kantor banyak suara yang membicarakannya. Tentu saja banyak membicarakanya, karena hari ini sikapnya berbeda dengan hari-hari sebelumnya yang tampak tidak bersemangat sama sekali.

"Pagi Vanya~,"
"Pagi kak,"
"Ada apa nih? Keliatan lebih semangat dan ceria,"
"Ada deh kak, hahahaha, aku ke ruanganku dulu ya, daah"
"Hem, daah,"

...

Saat sampai ruangannya, ia melihat begitu banyak file di atas mejanya. Tapi dia hanya tersenyum karena sebentar lagi dia tidak akan pernah melihat tumpukan-tumpukan file itu lagi.

Saat baru selesai meletakkan tasnya, atasannya memanggilnya untuk di bawakan kopi dan sarapan. Vanya sangat kesal mendengar suaranya, tapi ia tahan dan pergi untuk melaksanakan perintah atasannya yang menyebalkan itu.

Tok tok tok

"Permisi pak, ini kopi dan sarapannya,"
"Iya, kamu letakkan saja di atas meja, saya ingin keluar sebentar,"
"B-baik pak,"

Apa-apaan dia? Minta di bawakan kopi dan sarapan tapi malah pergi keluar. Oh iya benar, aku kan mau nyerahin surat pengunduran diri.

"Pak, tunggu sebentar,"
"Hm? Ada apa?"
"Ini (menyerahkan surat), saya sudah pikirkan ini dengan matang-matang, dan saya rasa ini keputusan yang tepat untuk saya, jadi.... saya ingin mengundurkan di..."
"Tidak bisa! tidak boleh!! kembali bekerja sekarang!!!"
"Ha-hah!? T-tapi pak,"
"Saya sudah bilang, kan? Tidak bisa! tidak boleh!! kembali bekerja!!! Sudah saya ingin keluar sebentar,"
"A-ah~ b-baik pak,"

Vanya kembali ke ruangannya dengan perasaan bingung. Rencana yang sudah ia rencanakan sejak lama gagal begitu saja. Bahkan di tolak dengan cepat tanpa pertimbangan sedikit pun. Selama satu hari penuh Vanya berusaha untuk mengerti, tapi hal itu malah membuatnya makin kesal. Akhirnya, Vanya memutuskan untuk membuat kesal atasannya dan membuatnya memecat Vanya dengan mulutnya sendiri.






Akankah Vanya berhasil dengan rencananya itu? Atau malah dia semakin terjebak dalam permainannya sendiri?

CEO Please Hug MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang