Calixto ada di dalam ruangannya hingga menjelang siang. Dia baru keluar ruangannya saat pintu ruangannya diketuk. Senyum lebar Maria langsung menyambut Calixto begitu dia membuka pintu ruangannya.
"Kamu sudah berjanji untuk menemaniku," ucap Maria.
Calixto menghela napas. "Iya."
Maria memutar bola matanya bosan. Tidak ada yang berubah dari Calixto. "Kamu harus rileks untuk semester baru ini."
"Bukannya kata-kata itu lebih cocok untukmu?"
Maria sontak menoleh dan memelototi Calixto. Ucapan Calixto benar-benar menohoknya. Walau begitu, Maria cukup terhibur.
"Aku juga mengajak James."
"Oh, baguslah." Calixto bisa sedikit bernapas lega karena tidak hanya dirinya yang akan mendengar ocehan Maria.
James ternyata sudah berada di gedung teater lebih dulu. Mereka duduk di podium atas, dan di sana ini hanya ada mereka bertiga. Di bangku bawah penuh dengan mahasiswa yang tampak heboh menonton pertunjukan menari dan menyanyi.
"Mereka menyanyi dan menari dengan sangat bagus," komentar James.
Maria mengangguk setuju dan berucap, "Mereka jelas bukan dari Korea Selatan bukan? Tapi lagu berbahasa Korea yang mereka nyanyikan sangat lancar. Bukan begitu Calixto?"
"Masih ada beberapa pelafalan yang salah. Mereka bernyanyi cukup sumbang dan gerakan mereka tidak sinkron."
Maria dan James refleks menoleh ke arah Calixto. Pria yang tengah bersedekap itu tampak sangat serius memperhatikan panggung di bawah, tapi komentar yang dia berikan terlalu tidak enak didengar.
"Kamu salah mengajaknya," bisik James.
Maria menghela napas dan mengangguk setuju dengan ucapan James. "Dia hidup terlalu serius."
Pandangan Calixto memang terarah ke panggung di depannya, sayangnya pikirannya tidak berada di sini. Siapa juga yang akan tertarik melihat gadis-gadis dengan rok mini menari dan menyanyi.
Acara nyanyian yang bising itu akhirnya selesai. Pengeras suara terdengar memberi pengumuman akan pentas drama yang akan dilakukan. Calixto memutuskan akan pergi dipertengahan drama yang akan dipentaskan.
Para pemeran yang menggunakan gaun abad 19 naik ke atas panggung. Mahasiswa dengan berbagai ras itu tampak sangat menghayati pertunjukan yang mereka lakukan. Di antara para pemain, pandangan Calixto tertuju pada gadis yang sedikit lebih pendek dari teman-temannya yang lain. Bahkan rambut hitam itu terlihat kontrans di antara rambut blonde lainnya.
"James, tidakkah menurutmu pemeran utamanya hebat karena mampu bersinar di tengah perbedaan yang sangat mencolok itu?"
"Dia begitu karena rambut hitam dan tubuh mungilnya," jawab James. Di antara anak dengan rambut blonde dan brown, anak dengan rambut hitam pekat yang panjang itu tentu akan menjadi arah pandang orang-orang.
"Kira-kira asalnya dari mana ya?"
"Kenapa kalian penasaran dengan asalnya?" Calixto melirik tak suka. Dia menjadi terganggu untuk melihat jalannya pertunjukan di bawah sana.
"Ya karena penasaran," jawab Maria dengan riang.
Calixto tidak menjawabnya, dia mencoba mengabaikan keberadaan James dan Maria di sampingnya. Pertunjukan drama itu ternyata sangat menarik perhatian Calixto. Matanya tidak pernah lepas dari si pemeran utama yang memainkan perannya dengan sangat baik.
Intonasi suara si gadis pemeran utama terdengar sangat baik, bahkan saat gadis itu sedikit menunjukkan kemampuan bernyanyinya, dia melakukannya dengan baik, dan tanpa terasa, Calixto fokus menonton pertunjukan itu hingga pertunjukannya selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Be Your Sugar Daddy
RomantikTiba-tiba ada sebuah pesan masuk dari aplikasi kencan buta yang baru saja Calixto download dan seorang gadis bernama Kayra menawarkannya untuk menjadi seorang sugar daddy. "Be my sugar daddy." Itulah yang Kayra tulis. Calixto yang mendapat pesan...