BAB 1 - PAGI YANG MENYEBALKAN

97 4 1
                                    

Alarm berbunyi dengan cukup nyaringnya. Calixto yang masih di atas tempat tidur itu perlahan membuka matanya dan mematikan alarm yang berada di atas meja samping tempat tidurnya. Dia bangun dari tidurnya dan segera memeriksa ponselnya.

Memeriksa ponselnya sesaat setelah bangun tidur sudah menjadi kebiasaannya. Dia akan melihat apa saja yang akan menjadi jadwalnya pagi hari ini dan segera bergegas pergi ke kamar mandi untuk memulai harinya.

Hari ini Calixto akan pergi ke kampus, sayangnya bukan untuk mengajar karena ini masih masa orientasi mahasiswa. Sudah dua tahun dia mulai mengajar sebagai dosen tetap dan itu tentu membuatnya sangat senang sekali. Hari-hari yang dilaluinya sebagai dosen pun selalu terasa seperti hari pertama dia melakukannya.

Calixto sangat mencintai pekerjaannya itu, dia tidak bisa menyembunyikan fakta itu. Sebenarnya Calixto tidak pernah berniat untuk menjadi seorang dosen, tapi saat dia mendapatkan kesempatan untuk mengajar, ternyata mengajar langsung mengubah mimpinya. Bisa membagikan ilmu yang dia miliki ternyata menyenangkan, dia juga masih bisa melakukan penelitian walau menjadi seorang dosen. Bisa meneliti dan juga mengajar menjadi sebuah kebahagiaan di hidup Calixto.

"Aku meninggalkan sarapanmu di atas meja, jangan lupa di makan." Suara wanita yang sudah lima bulan ini menemaninya terdengar dari luar kamar mandi.

"Terima kasih." Ucapan terima kasih itu tidak pernah Calixto lupakan untuk dia ucapkan. Tidak ada jawaban dari Mia, wanita yang sudah dinikahinya selama lima bulan membuat Calixto berpikir jika mungkin saja Mia sudah berangkat untuk bekerja.

Setelah membersihkan diri dan bersiap-siap untuk pergi ke kampus, Calixto menyempatkan dirinya untuk mengambil sarapannya. Dia sudah bisa memastikan jika sarapannya pagi ini adalah sandwich dan dia berencana memakannya di perjalanan saja.

Tebakan Calixto salah, yang tersaji di atas meja makan adalah omorice. Telur yang menyelimuti nasi itu terlihat cukup menggoda.

"Kenapa dia mengganti menu sarapannya." Calixto menghela napas berat, terlihat dia yang setengah untuk duduk. "Apa aku harus memintanya untuk tidak membuat sarapan lagi?"

Calixto menggeleng, walau bukan dia yang memaksa Mia untuk memasak, dia juga tidak punya hak untuk melarang Mia untuk memasak. Dengan secepat yang dia bisa, Calixto mencoba menghabiskan sarapannya, setelah selesai, barulah Calixto berangkat menuju kampus tempatnya mengajar.

Jalanan pagi ini tampak lenggang, jika bukan karena apartemennya jauh dari kampus, Calixto tidak ingin menggunakan kendaraan pribadi seperti ini. Calixto pernah berencana untuk pindah ke dekat kampus, sayangnya dia tidak menemukan apartemen yang senyaman miliknya sekarang.

Selama mengendarai mobilnya, tidak ada satupun suara yang Calixto keluarkan. Dia berkendara dengan sangat fokus dan mematuhi setiap rambu lalu lintas. Dia bahkan tidak mengumpat saat lampu merah menyala saat dia tiba di perempatan jalan. Tidak hanya hidup dalam jadwal, tapi Calixto adalah seorang yang taat pada peraturan.

Memasuki area kampus Calixto membuka jendela mobilnya. Area kampus yang asri terasa benar-benar menyegarkan. Seorang gadis yang tiba-tiba berlari menyeberang jalan sontak membuat Calixto buru-buru menginjak pedal rem.

"Maaf, aku benar-benar minta maaf." Suara gadis itu terdengar cukup keras. Gadis yang sudah ada di seberang jalan itu tampak membungkuk beberapa sebelum kembali berlari.

Gadis dengan gaun abad pertengahan itu terasa sangat mencolok. Dari suaranya saat meminta maaf, dia bahkan tidak takut sedikit pun atas apa yang baru saja menimpanya. Hal itu jelas berbanding terbalik dengan Calixto yang tampak sangat kaget dan takut jika dia menabrak gadis itu.

"Oh ya Tuhan, dia bisa bersikap seakan tadi itu tidak akan membuatnya mati." Calixto menutup matanya, dia mengambil napas panjang sebelum dia kembali menjalankan mobilnya. "Apa susahnya menunggu beberapa menit untuk menyeberang?" keluh Calixto.

Semakin jauh memasuki area kampus, Calixto bisa melihat dengan jelas bagaimana acara yang dibuat oleh pihak kampus untuk penerimaan mahasiswa baru. Mahasiswa senior tampak heboh untuk bersiap melakukan pentas untuk menyambut mahasiswa baru.

Calixto cukup suka dengan hari-hari di mana para mahasiswa baru mencoba menjelajahi area kampus dan diperkenalkan dengan semua hal yang berhubungan dengan kampus. Cukup banyak yang sangat tertarik dengan kehidupan kampus dan Calixto harap akan banyak mahasiswa baru yang tertarik pada biologi.

Tiba di parkiran dosen, Calixto didatangi oleh Maria. Maria merupakan salah satu dosen biologi juga di sini dan Maria jauh lebih senior darinya.

"Selamat pagi Calixto." Maria tersenyum ramah seperti biasanya.

"Selamat pagi juga Maria, bagaimana dengan projectmu? Apa berhasil?" tanya Calixto. Kemarin Maria bercerita jika dia sedang mengikubasi mikroba yang ditelitinya, dia jadi penasaran dengan hasilnya.

"Aku harus mengulangnya." Maria tersenyum kecut. "Perasaanku saat mengerjakannya benar-benar kacau dan aku tak menyangka akan gagal padahal itu hal yang sangat gampang sekali."

"Memangnya apa yang terjadi denganmu?"

"Aku putus dengan kekasihku."

Calixto melirik Maria. Dia baru sadar akan penampilan Maria yang cukup berantakan pagi ini. Masalah hati memang sangat merepotkan dan hal itu bisa membuat pekerjaan mereka menjadi gagal.

"Jangan melakukan hal yang berbahaya jika perasaanmu tidak baik-baik saja." Calixto tahu jika dia tidak punya hak dalam mencampuri urusan percintaan Maria, hanya saja akan sangat sayang jika Maria melakukan sesuatu di laboratorium dan hal itu berujung kegagalan hanya karena perasaannya yang masih tidak menentu itu.

Gagal dalam percobaan jelas hal yang menyebalkan bagi Calixto. Mungkin kegagalan bagi orang lain itu hal yang biasa, tapi Calixto sudah terbiasa untuk melakukan sesuatu harus sesuai dengan hipotesis yang dia buat.

"Bagaimana jika siang ini kita menonton pertunjukan mahasiswa di gedung teater nanti?"

"Aku tidak tertarik dengan hal itu." Dibanding menonton pertunjukan, Calixto lebih memilih menyiapkan materi-materi yang akan diajarkannya dan mengurus kultur jaringan tanaman yang sudah dia buat.

Maria menahan pergelangan tangan Calixto. Tangannya yang ditahan langsung ditarik Calixto begitu saja. "Maaf," ucap Calixto setelah menarik tangannya.

"Hey, ini permintaan seniormu," ucap Maria. "Hanya beberapa puluh menit dan itu tidak akan membuatmu meninggalkan banyak kegiatanmu yang lainnya."

"Kamu tidak kasihan denganku? Bagaimana jika aku bunuh diri karena terlalu stress?"

Kata bunuh diri terdengar sangat menyebalkan bagi Calixto. Dia tentu tidak ingin tersebar kasus pembunuhan di area kampus tempatnya mengajar ini.

"Aku akan menemanimu, tapi hanya sebentar."

"Oke, hanya sebentar."

Hanya satu kalimatnya yang mengiyakan ajakan Maria, wanita itu tampak sangat senang. Tentunya tidak ada hal yang menyenangkan dari menonton pertunjukan yang dipentaskan mahasiswa.

Calixto masuk ke dalam ruangannya, di sana dia mulai kembali menyusun materi-materi pelajaran yang harus dia berikan ketika masa perkuliahan sudah dimulai. Walau tergolong dosen baru, Calixto benar-benar bersungguh-sungguh dalam menyiapkan kelasnya. Dia ingin membuat banyak mahasiswa baru tertarik pada materi pelajaran yang dia ajarkan.

*
*
*
TBC

Jangan lupa vote dan komen. Biar aku semangat gitu...

Sampai jumpa di kelas Mr. Calixto jumat depan...

Awas absen!

I'll Be Your Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang