✧Chapter 1✧

9 3 0
                                    


Pagi hari di Jakarta, suara burung berkicauan di luar. Cahaya mulai masuk dari jendela, menyilaukan mata seorang gadis kecil berambut pendek.

Sang gadis membuka matanya, lalu duduk dan menguap.

"Hoaaam. Selamat pagi dunia yang indah ini" ujar gadis kecil itu seraya melihat kearah jendela.

"Rachel sayang! Cepatlah bangun dan mandi! Lalu sarapan!" Teriak sang mama; Clara Jennie Anastasia.

"Iya mah! Rachel udah bangun kok!" Jawab sang gadis kecil tersebut; Rachel Michelle Jessllyn.

Lantas Rachel turun dari ranjangnya dan berlari kecil ke kamar mandi.

Butuh waktu selama 15 menit bagi Rachel untuk bersiap-siap pergi ke sekolah. Ia mengambil sepotong roti berselai coklat yang sudah disiapkan mamanya tadi.

"Mama! Rachel pergi dulu yaa!!" Teriak Rachel, lalu ia bergegas pergi menuju ke sekolah.

*-☆-*

"Rara! Kamu udah siap ngerjain tugas soal matematika itu?"

Rachel berbalik dan menatap salah seorang temannya itu; Clarissa Giselle Laurence. "Emang Giselle belum siap ngerjain tugas nya?"

Giselle hanya mengangguk. Terlihat sekali dari raut wajahnya, Giselle terlihat panik sekaligus takut. Yah pasalnya guru matematika mereka itu termasuk guru killer.

"Emang kenapa kok kamu belum siap ngerjain tugasnya?"

"Giselle semalam ketiduran, jadi belum siap deh" jawabnya. Rachel hanya terkekeh, lalu memberikan buku matematikanya kepada Giselle. "Nah, kamu bisa salin jawabannya"

Giselle tersenyum lebar. "Aaah makasih ya Rara, udah bolehin Giselle salin jawaban kamu"

"Huum, sama-sama"

Buru-buru Giselle menyalin jawaban milik Rachel. Dan akhirnya dia selesai menyalin semua jawabannya. Giselle menghembuskan nafasnya, ia jadi terbebas dengan hukuman dari guru matematika.

*-☆-*

"Papaaaa!!"

Rachel berlari, menghampiri papanya; Jeffrey Leonard yang sudah sedari tadi menunggunya di pagar depan sekolah.

Rachel lalu memeluk papanya. "Papa, liat ini"

Rachel memberikan secarik kertas kepada sang papa, lalu Jeff mengambil dan melihat isi kertas tersebut.

"Waah kamu dapat nilai sempurna. Anak papa pintar deh" puji Jeff sambil mengelus rambut anak gadisnya tersebut.

"Karena kamu udah dapat nilai sempurna, papa beliin kamu es krim, mau?" Rachel tersenyum lebar. "Aaaah mauuu"

"Yaudah, yuk" Jeff lalu mengangkat tubuh anaknya lalu mendudukkan tubuhnya di tempat duduk bagian belakang sepedanya.

Yah, mereka hanya punya sepeda. Mereka tidak punya motor ataupun mobil.

Tapi karena kesederhanaan itulah yang membuat keluarga kecil ini hidup bahagia.

Jeff mengayuh sepedanya yang sudah mulai tua ini, menelusuri jalan kota Jakarta. Sampai akhirnya berhenti di depan salah satu kedai es krim langganan Rachel.

"Nah kamu mau rasa apa?" Rachel berpikir sejenak, "Rasa coklat aja deh"

"Oke. Pak es krim rasa coklatnya satu ya" ucap Jeff kepada penjual es krim itu. Penjual tersebut langsung cekatan menyiapkan es krim untuk Rachel.

Penjual tersebut lalu menyodorkan 2 cup berisikan es krim rasa coklat. "Ini es krim nya, sekalian bonus buat Rachel karena sering beli disini"

"Makasih ya pak" Penjual itu mengangguk. "Hmm sama-sama. Sering-sering beli es krim disini yaa"

Rachel mengacungkan jempolnya. "Oke pak!"

*-☆-*

Rachel sedang menonton televisi, melihat kartun kesukaannya. Sesekali ia tertawa kecil karena lawakan dari kartun itu.

Sang mama yang sedang mengepel lantai, sesekali melirik anaknya yang sibuk menonton televisi. Senyuman manis muncul di bibir wanita tersebut. Senang melihat anaknya itu bahagia.

"Sepertinya seru banget. Emang kamu lagi nonton apa, Ra?" Tanya mamanya menghampiri Rachel.

"Ini mah, lagi liat animasi ini aja. Karakternya lucu-lucu haha" Jennie lalu mengelus rambut anaknya, kemudian mengecup keningnya.

Tiin tiin!!..

Atensi Rachel dan Jennie teralihkan ke depan. Suara klakson mobil dan orang-orang diluar sana.

"Ma, itu kenapa di depan berisik banget?"

"Ada yang baru pindah di rumah depan itu" jawab Jennie singkat. Rachel hanya mengangguk, lalu berlari ke depan rumah dan mengintip keluar rumah dari jendela.

Ada beberapa orang yang membawa benda-benda masuk ke dalam rumah itu. Ada yang bawa sofa, televisi, dan sebagainya. Tapi atensi Rachel teralihkan ketika seorang anak laki-laki ikut membawa benda-benda itu ke dalam rumah.

"Mama! Rachel keluar dulu ya!" Izin Rachel lalu ia keluar dari rumah, menghampiri anak laki-laki tersebut.

"Hai!" Sapa Rachel kepada anak laki-laki tersebut. "Rachel boleh bantuin kamu ga?"

Anak laki-laki itu hanya diam dan kembali membawa beberapa benda masuk ke dalam rumah. Rachel yang sedikit kesal karena dicuekin langsung mengambil alih vas keramik kecil yang dibawa anak tadi. Dan..

Praaaang!!

Vas keramik kecil itupun jatuh dan pecah menjadi kepingan-kepingan kecil.

"Apa yang kau lakukan terhadap vas milikku hah?!" Kesal anak laki-laki tersebut. "M-maaf Rachel ga sengaja"

Tiba-tiba datanglah seorang pria menghampiri mereka berdua. "Haikal, ada apa ini?"

"Pah, lihat itu" ucap anak laki-laki tersebut; Haikal Zegantara sambil menunjuk kearah vas kecil yang telah pecah tersebut.

"Astaga ini kenapa vas nya bisa pecah begini?!" Kesal pria tersebut; Bramantio Zegantara.

"Ini, gadis ini tiba-tiba ngambil vas nya dan jatuh deh"

Tio menatap tajam kearah Rachel. Rachel meneguk salivanya kasar. Tatapan Tio lebih mengerikan dibanding guru matematika disekolah nya itu, bagi Rachel.

"M-maaf om Rachel ga sengaja jatuhin vas nya" Rachel menunduk. Tio mengembuskan nafasnya.

"Oke. Karena harga vas ini tidak terlalu mahal, jadi saya tidak akan meminta ganti rugi kepada kamu"

"Dan Haikal, kamu ke kamar aja sana. Biar urusan ini para maid yang membereskannya" Haikal langsung menuruti perintah papanya. Lalu ia berlari kecil masuk kedalam rumah tersebut.

-To Be Continued-

-To Be Continued-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kak Haikal! || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang