4 - Bahagia dan Derita

1.2K 100 24
                                    


Jangan lupa klik vote dan komentarnya
Cuma itu yang bisa bikin Author mau ngelanjutin ff ini dan ff yang sedang ditulis.
Makasih udah mau baca.

Happy Reading

"Miraaa..."

"Kak Miraaa...main yuuuk..."

Chika dan Christy menyambangi rumah Mira hari minggu pagi pukul 06.10. Hari masih agak gelap karena sedang mendung. Mereka bertiga sudah berjanji hari Minggu akan jogging bareng. Tak perlu menunggu lama, dari pintu keluar Mira yang berjalan letoy dan masih memejamkan matanya digamit Mamanya. Menyusul Papanya Mira di belakang. Mereka bertiga memakai pakaian olahraga.

"Bunda ikut juga?" tanya Christy.

"Ikut dong, Kity. Bunda kan juga pengen sehat. Emangnya Kak Mira, harus dipukul pake sapu lidi baru bangun?"

Christy tertawa keras ngakak, "Haduuh, Kak Mira parah parah weh."

"Ayo jalan, seret aja Mira!" ucap Papanya Mira sambil mengunci pintunya. Kakaknya Mira tidak ikut.

"Eeh, sembarangan Papa..." Mira tetiba terbangun, "...emangnya Mira apaan diseret?"

"Makanya bangun pagi," sahut Mamanya.

"Au ah..." jawab Mira ketus.

Mereka berlima akhirnya berjalan dengan langkah yang santai keluar kompleks perumahan. Mereka hendak menuju sebuah pasar modern yang berjarak kira - kira dua kilometer. Christy bersemangat jalan duluan di depan bersama Papanya Mira. Mira sendiri di belakang Papanya. Chika dan Kinal memunggungi mereka di belakang.

"Tante..."

"Iya, Chika. Ada apa?" Kinal memperlambat jalannya.

Chika meraih telapak tangan kanan Kinal dan mengangkatnya, "...boleh aku panggil Tante...Bun-da?" Ia agak ragu dan gugup mengatakannya.

"Tentu boleh dong anak manis! Kamu kan sudah Bunda anggap anak sendiri. Kamu mau panggil Mama juga boleh." Kinal mengelus pipi Chika. Senyumnya meneduhkan perasaan Chika yang hampa dan haus kasih sayang.

"Makasih Bunda..." Chika merangkul Kinal dan mengecup pipi kanannya. Mereka berdua terkekeh lalu menyusul ketertinggalan langkah. Ada secuil kelegaan dalam hati Chika, ia mengisi relungnya dengan kebahagiaan. Terlihat sebuah hal kecil bagi orang lain. Bagi Chika, itulah setidaknya penerang. Penuntunnya kelak.

Sesampainya di pasar, Chika dan Mira mampir di tukang bubur ayam, mereka memesan dua porsi bubur lengkap dengan sate usus dan ati ayam. Kinal, suaminya, dan Christy masuk ke dalam pasar berbelanja sayuran.

"Chik, nanti malem lo masuk?"

"I-iya, kenapa?" Chika menoleh sambil menyuap bubur diaduk.

"Ooh, gapapa. Nanya aja."

"Lo mau kemana?" tanya Chika.

"Jomblo ya di rumah. Mau kemana lagi?" jawab Mira, nada suaranya agak kecewa.

"Maaf, Mir."

"Maaf untuk?"

Chika menghentikan makan buburnya, ia letakkan di kursi di depannya. Menghela nafas dan menatap langit yang mulai cerah di angkasa. Tak terlihat awan di atas sana, cuaca hari ini sepertinya tidak terlalu panas.

"Gue hampir ngga ada waktu buat orang - orang yang deket sama gue." Chika memainkan jemarinya. Suasana menjadi canggung.

"Lo habisin waktu, cari nafkah untuk keluarga elo, Chik." Mira mendadak bijak.

Bidadari Badung 5 [ChiMi] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang