sakit yang menjadi candu

0 0 0
                                    

plak

satu tamparan mendarat di pipi gadis cantik yang pelakunya adalah ayah kandungnya sendiri.

Air matanya terus terusan membajiri wajahnya bercampur dengan air yang tadi sengaja di tumpahkan kearahnya. Tepat diatas kepala yang membuatnya basah kuyup.

hikss

Hanya isak tangis yang dapat ia keluarkan, tak mungkin satu atau dua patah kata keluar dari mulutnya dia lemah tak mungkin bisa membela diri dihadapan ayah kandungnya sendiri.

pria paruh baya itu membiarkan anak semata wayangnya menggigil kedinginan dalam kamar mandi sambil memeluk dirinya sendiri, merasa emosinya sedikit mereda dengan cepat dia membanting pintu kamar mandi dengan keras hingga membuat suara benturan pintu yang keras membuat gadis cantik itu terkejut ditempatnya.

"ayah, aku cape lahir batin" 
ucapnya pelan lalu dengan segera dia membuka pakaiannya satu persatu dan menenggelamkan tubuhnya di bath up tidak lupa mengunci rapat pintu kamar mandi.

☆☆☆

Jam menunjukan pukul dua belas malam, gadis dengan surai sebahu itu menatap ke jalanan lewat jendela dikamarnya. Rasanya nikmat berdiam diri disana sambil melamun apalagi jika meloncat mungkin akan lebih nikmat.

Gadis itu tersenyum pilu meratapi nasibnya yang selalu disiksa oleh ayah kandungnya sendiri, bukan sekali dua kali dia mencoba mengakhiri hidupnya tapi dia masih waras jika dia melakukan itu, dia takut orang terdekat yang ia sayangi harus menggantikan posisinya.

"andai papa tau kalo anak itu harus disayang bukan dipukulin" ucapnya sambil tersenyum penuh kesedihan.

Dia pun bangkit lalu mengambil segelas susu coklat yang tadi dia buat saat membuatkan kopi untuk ayahnya yang walaupun akhirnya kopi itu hanya dibiarkan dingin tanpa berniat diminum setetes pun.

Gadis cantik itu menghela nafas berat lalu bercermin dan melihat pantulan dirinya. Sial hidung memerah mata sedikit membengkak serta beberapa luka dibagian dahi tak lupa juga jejak kebiruan di area pipinya. Dia terlihat sangat kacau pada malam ini seperti malam malam sebelumnya.

  Dia memeberikan obat merah pada beberapa lukanya jika tidak begini lukanya akan membekas dan dia akan dihujani beribu pertanyaan oleh teman temannya yang kepoan.

"sialan sakit banget padahal udah ke sekian kali"

Dengan sakit fisik dan batinnya air matanya mengalir begitu saja membajiri pipinya padahal dia kini sedang menatap kosong ke depan.

Air matanya semakin menderas seketika saat gadis itu membayangkan betapa sadisnya ayahnya dan betapa menyedihkan hidupnya.

Begitu pedih tidak ada pelangi semuanya tak berwarna hanya abu abu.

Dia mengusap air matanya menggunakan tangannya yang masih sangat perih sebenarnya untuk digunakan, tapi rasa sakitnya candu.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DeskaRayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang