Part 1

21 2 0
                                    

Pov Elara Amaya

Tap..tap..tap..

Aku menuruni tangga dengan cepat, lalu segera memakai sepatu.

"Ela, sarapannnya jangan lupa!"teriak seorang paruh baya yang berasal dari dapur. Beliau adalah ibuku, Ajeng Wiratna berumur empat puluh tahun.

Aku menepuk jidatku, lalu berlari ke arah dapur untuk mengambil sepotong sandwich kemudian mencium pipi ibuku.

"Aku berangkat, ma! Assalamualaikum." ucapku

"Waalaikum salam, hati-hati!" balas ibuku.

Aku menyetater motor maticku, meninggalkan rumah dengan terburu-buru.

Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai ke tempat kerjaku. Ku lihat Cecil temanku sudah melambaikan tangannya, membuatku tersenyum lega, syukurlah aku belum terlambat.

Setelah memarkirkan motorku, aku pun berjalan menghampiri Cecil, "Syukur deh, kagak jadi telat.." ucapku pada Cecil

"Gini nih kalo tempat kerja deket rumah, matahari udah muncul aja masih nyante.." sindir Cecil

Aku menyengir lebar memamerkan gigi putihku yang tidak rapi, ya maklum aing bukan titisan medusa, eh maksudnya bidadari.

Cecil menggandeng tanganku seperti biasa, lalu rintik-rintik gerimis membuat kami bertedur sebentar di pos satpam.

Cecilia Ananta, musuh SMA ku yang tak pernah terbayangkan menjadi teman baikku ditempat kerja.

Ia mengeluarkan payung, lalu kami berjalan bersama menembus hujan.

Untuk sampai ke gedung kantor lebih cepat kami sengaja melewati taman, karena itu tak hanya kami yang melewati jalan ini.

"El, masih aman kan?" tanya Cecil

Aku sedikit mengkerutkan keningku, "Apanya yang aman?" tanyaku kebingungan membalas pertanyaan Cecil.

"Sepatu lo eum, itu anu-- coba deh lo lihat sendiri." ucap Cecil agak ragu

Aku menghela napas, menyadari jika saat ini hujan sedang turun membasahi taman.

Kami berdua saling tatap, dan aku mula yakin dengan pemikiranku, setelah melihat tatapan Cecilia  yang menyengir geli sembari menganggukan kepalanya.

Ku beranikan diri untuk melihat kakiku, lalu sedetik kemudian "Cecilia Ananta!!!" pekikku yang malah berlari meninggalkan Cecil yang sedang tertawa dibawah payung yang melindunginya dari hujan.

What the hell?  Terkadang aku lupa jika ia adalah musuh abadiku di bangku SMA.

Aku bergidik ngeri tak acuh pada tingkah Cecil yang berjalan lambat menyusulku yang kini sudah berada di hall gedung melemparkan sepatuku keluar, lalu berlari ke arah lokerku, mengambil sendal karetku yang berwarna hijau.

"Gue nggak mau tau, bersihin sepatu gue dari hewan menjijikan itu!" teriakku pada Cecil yang kini menjinjing kedua sepatuku.

"Well done, tuan putri Elara Amaya." ucap Cecil sembari meletakkan sepasang sepatu itu di lokerku.

"Yakin udah bersih?" tanyaku

Cecil menaikkan kedua bahunya, lalu meletakkan slingbagnya di loker, meninggalkanku dengan mati penasaran.

"Sil, beneran udah bersih kan!?" teriakku sembari berlari kecil mengejar Cecil ke meja kerjanya.

Hingga gadis itu duduk tenang di bangkunya, menyisir poninya yang sedikit basah terkena air hujan.

Setelah itu, Cecil menatapku dari bawah hingga atas, "Ya gimana lo kagak di taksir cacing, kalo sampe sekarang aja lo nggak pernah peduli sama diri lo sendiri." gerutu Cecil

Aku menaikkan satu alisku, menghela napas kasar,  mendengar gerutuan tak berguna mulai keluar dari mulut bangkenya.

"Sepatu lo udah bersih kinclong, Ela. Gih pake lagi, makanya besok-besok kagak usah telat, bangun pagi-pagi, kalo mau kerja itu mandi, keramas, dan jangan lupa dandan, Elaaaa!" berondong Cecil yang tak lupa menyodongkan kaca spion kanan motornya yang selalu ia bawa kemana saja.

"Ya gini kalo lo aja udah kaya titisan medusa, nenek moyangnya mereka ya wajar kalo mereka deketin lo bahkan rela mati dibawah lo, karena mereka tau, rambut lo udah kaya bentukan rambut medusa!"

Ya, gadis itu mulai menceramahiku lagi.

Aku mulai menutup telingaku, berjalan kesal meninggalkan ruang kerjaku, menghampiri lokerku dan melihat sepatuku yang sudah jauh dari dari sisa-sisa makhluk laknat yang mati di alas sepatuku, hih.. Aku bergidik geli, membayangkan hewan melata itu bergoyang ria kejang-kejang lalu sekarat di sana.

Aish, Elara ayo bangun, jangan melamun lagi.

Setelah merapikan rambutku yang tidak salah juga dari omelan Cecilia, bagaikan rambut medusa yang menggimbal menyerupai ular.

Ah, ternyata aku memang titisan medusa.

Ya maklum, sudah satu minggu saya tidak keramas, lah malah bongkar aib saya.

---

Pov Auhtor

Jauh dari kejadian menyebalkan di pagi hari, kini Elara mulai disibukkan dengan absensi dari gedung B, tempat ia bekerja.

Elara Amaya, berumur sembilan belas tahun, bekerja sebagai admin disebuah perusahaan yang di tempatkan di gedung B. Gadis itu baru keluar SMA satu tahun yang lalu, namun mendapatkan posisi yang diinginkan banyak orang karena menempati pekerjaan yang diimpikan para manusia yang tinggal di kota tempat tinggalnya.

Bukan karena memiliki pendukung dari belakang,  gadis itu bisa menempati posisi itu. Melainkan karena keahliannya dalam administrasi yang sudah ia tekuni sejak ia sekolah, membantu pekerjaan ayahnya ketika ia libur sekolah.

Hanya butuh memberikannya arahan sedikit saja, sudah membuat gadis itu dipercaya untuk menduduki tempat itu.

Namun, menduduki kursi itu tak juga membuat hidupnya sempurna. Karena dunia seakan memberikan karma hidupnya sekarang.

Seperti saat ini Cecilia yang sudah merawat tubuhnya dari jaman sekolah membuat gadis itu menjadi panutan dan primadona gedung ini, membuat Elara yang seperti remahan rengginang itu tak pernah dilirik oleh rekan kerjanya yang lain termasuk atasannya. 

Begitulah dunia kerja yang sesungguhnya.

Namun, hal itu tak pernah diacuhkan oleh Elara. Karena sampai saat itu ia selalu menanamkan diri jika kualitas otak adalah yang terbaik.

Yah, itulah yang ada dipikirannya,  sebelum dunia melemparnya jauh keujung jurang yang berujung.

Karena sialnya otak Cecilia juga tak kalah pintar darinya.

-TBC-

Noted : Cerita ini akan up dua kali seminggu, di hari Jum'at dan Minggu.

See you ❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LEBURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang