Terima kasih ya selalu memperlakukanku dengan baik selama ini. Sudah berusaha menyayangiku dan menjagaku selama ini. Kamu selalu memberikan apa yang kamu bisa berikan untukku. Apapun keinginanku selalu kamu usahakan. Aku menyayangimu sejak beberapa bulan pertama aku dekat denganmu. Meski diawal hanya rasa suka, lambat laun semuanya bermutasi menjadi rasa sayang yang mungkin tak pernah kuberikan ke orang lain sebelumnya. Aku benar-benar berdebar saat merasakan rasa itu.
Aku benar-benar mengira kamu menyayangiku seperti aku menyayangimu. Tak kusangka itu tidak sepenuhnya benar. Kamu pernah tidak merasakan apa-apa, kamu juga pernah merasakan sayang yang lebih untukku. Lalu, kemudian rasa itu kembali lagi. Seperti yang kamu bilang, yang tersisa hanyalah rasa kasihan untukku. Itu hal yang paling aku takuti setiap kali aku bersamamu. Takut kamu hanya kasihan kepadaku seperti dulu yang kamu pernah ceritakan tentang mantanmu.
Iman yang berbeda pun menjadi salah satu faktor raguku pada hubungan kita kala itu. Namun, karena rasa cinta yang terus bermutasi menjadi rasa sayang yang takut kehilangan. Aku berusaha mempertahankan kita.
Aku selalu bangga dan semangat ketika membicarakanmu pada orang lain. Kamu yang pertama membuatku merasakan rasa yang begitu menggembirakan. Sekarang ini terjadi, kamu melupakan janjimu yang bahkan akan menemaniku sampai aku menemukan penggantimu. Begitu sedihnya kita membayangkan perpisahan karena iman kala itu.
Kamu, kamu yang meninggalkanku lebih dulu R. Kamu bilang waktu akhir sebelum berpisah hatimu sudah terisi orang baru. Kamu memutuskan untuk pergi, kamu begitu lelah mempertahanku dengan rasa kasihanmu itu. Aku pikir kamu hanya bosan, bahkan aku harap ini hanya prank. Ternyata kamu sudah benar-benar tidak mau denganku lagi. Aku selalu mencari pembenaran selama beberapa hari pertama kita berpisah. Aku kira kamu memang tidak sanggup karena iman kita, lalu kamu menambahkan hal-hal jahat lain agar aku melupakanmu dengan cepat. Kamu bilang kamu pernah mendua agar aku benci padamu. Kukira kamu berpura-pura jahat, ternyata memang jahat.
Aku sama sekali tidak mencurigaimu, kupikir kamu adalah laki-laki yang terbaik yang pernah kutemukan. Dengan segala kebaikanmu, aku tertipu.