Sejak teman-temannya pulang Taehyung mendiami Jungkook hingga satu jam lamanya. Bahkan Taehyung enggan untuk berbicara sedikit saja. Taehyung tengah berada di meja belajarnya, sedangkan Jungkook memainkan ponsel ditangannya sembari cemberut.
Sejak kejadian di taman apartemen miliknya, Taehyung dan Jungkook adu pendapat membenarkan ucapan masing-masing dirinya. Dimana Jungkook meminta ijin untuk pergi ke ulang tahun Yerin, dimana tempat itu berada di salah satu club. Taehyung yang mendengar hal itu terkejut, dan langsung menolak mentah-mentah rengekan Jungkook.
Jungkook yang melihat Taehyung menahan amarah, hanya bisa menahan tangisnya. Jika ia menangis maka Taehyung akan membentaknya. Sementara teman-teman Jungkook yang sebelumnya menguping pembicaraannya, tanpa berpamitan mereka pulang begitu saja.
Langit jingga sudah menampakkan cahaya merahnya. Waktu sudah menunjukkan jam 3 sore. Tidak ada yang berniat meninggalkan tempatnya. Namun, Taehyung yang lebih dulu membawa handuk untuk pergi mandi. Mengabaikan mata lebar yang tengah menatapnya diatas kasur.
Sambil menunggu Taehyung mandi, Jungkook meringsuk ke dalam selimut. Menutupi tubuhnya hingga tidak nampak kepalanya. Ia menangis didalam sana. Wajahnya mulai memerah, hidungnya seperti make up badut. Bahkan bibirnya ikut bergetar. Ia tidak bisa menahan tangisnya lagi. Dadanya sesak, bahkan hidungnya mulai tersumbat.
Taehyung yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut, begitu mendengar isakan dari balik selimut buntelan kelinci. Mengeringkan rambutnya yang basah hanya sejenak, sebelum ia berjalan pelan menghampiri sang bayi.
"Baby..", panggilnya begitu pelan dan terdengar lembut. Namun tidak ada reaksi sama sekali dari bayinya. Yang terdengar tangisan yang semakin kencang.
"Sayang..", panggilnya lagi. Kali ini sedikit membuka selimut, tetapi malah ditahan oleh tangan Jungkook.
"Kesayangan Taehyung.", luntur sudah panggilan sayang dari Taehyung. Bayinya membuka selimut, wajahnya sudah memerah ketika menatap wajahnya. Air matanya membasahi seluruh wajahnya. Bahkan selimut yang dikenakannya tadi sudah basah.
Taehyung tentu saja tidak tega, mengangkat bayinya untuk ia taruh kepangkuannya. Bersender di ranjang kasurnya sembari mengusap lembut pipi mulus bayi besarnya. Anak itu masih terisak dengan menundukkan kepalanya.
"Hey sudah, dadamu akan sesak terus menerus sayang."
"Hiks TaeTae marah sama Kookie hiks. Takut huweee.", pecah sudah tangisannya. Berbicara dari relung hatinya.
Taehyung sakit mendengar hal itu. Ia tidak bermaksud untuk menyakiti Jungkook. Hanya saja, ia perlu tegas untuk mendidik pikiran Jungkook. Anak ini memang dewasa, namun pikirannya masih seperti anak kecil. Taehyung harus ekstra sabar menghadapinya. Ia sudah berkomitmen untuk menjaga Jungkook. Bukan hal yang mudah, merubah sedikit demi sedikit kebiasaan Jungkook yang terlalu kekanakan. Dirinya berperan sebagai kekasih, sekaligus orang tua bagi Jungkook.
Terlahir dari keluarga kaya raya, namun orang tua yang super sibuk membuatnya tidak bisa merasakan pendidikan sebagaimana anak diusianya. Jungkook harus dididik lebih keras, agar ia bisa paham apa yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh.
Club, tempat yang tidak bagus untuk Jungkook datangi. Taehyung harus pelan-pelan memberitahukan hal itu kepadanya. Tempat kotor yang dihuni para pemabuk dan wanita tidak pantas didalam sana.
"Hust dengerin Taetae...", Taehyung menangkup wajah Jungkook agar melihat dirinya.
"Sekalipun itu acara ulang tahun, banyak pemabuk disana. Minumannya juga membuat Kookie pusing. Kookie mau kalau diambil orang yang tidak dikenal, lalu dibawa ke tempat lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JOURNEY
Random"Tae tae kookie mawu mochi nya chimmy." "Berani lo nyentuh medusa itu dihadapan gue, jangan harap tangan lo bisa utuh Taehyung." [ Jeon Jungkook si berandal di kampus. Namun bersikap seperti anak kecil ketika berada dirumah.] "Gue aslinya dua oran...