CHAPTER 9

1.1K 164 112
                                    

"Heh, sedang apa kau di kamarku?"

Jimin berujar datar, senada dengan raut wajahnya. Mendapati presensi sang sepupu di kamarnya sepagi ini membuat mood Jimin hancur seketika, berandai kalau bentukan yang ia lihat pertama kali adalah adik cantiknya—eh, kekasih maksudnya.

Kening pria Park itu mengernyit melihat satu buah koper ikut datang bersama Seunghun. Belum sempat Seunghun menjawab pertanyaan Jimin sebelumnya, ia sudah lebih dulu di beri pertanyaan yang berbeda lagi. "Apa-apaan ini? Kau pikir rumahku tempat penampungan?

"Yah, Jimin hyung. Meskipun kita sedang bersaing, kau dan aku tetaplah saudara sepupu. Jangan mengganggapku seperti orang lain begitu, dong."

Jimin tak menjawab, hanya balas mendecih sebelum kemudian berlalu memasuki kamar mandi. Bocah itu ada urusan apa sebenarnya? Menginap? Atau justru menetap di rumahnya? Hah, sial. Memikirkannya saja sudah dapat membuat Jimin kesal sendiri, entah mengapa ia bisa merasakan bahwa Seungun belum juga menyerah untuk mendapatkan Rosé.

Dan, ya. Dugaan Jimin benar. Di ambang pintu ruang makan samar-samar ia dapat mendengar suara dari seorang pria dan wanita yang tengah bercengkrama dengan begitu akrab, siapa lagi kalau bukan Seunghun dan Rosé. Masih memasang raut datar tak berekspresi sejak melihat kehadiran Seunghun di rumahnya, Jimin berjalan memasuki ruang makan.

Namun pria itu tak benar-benar memakan sarapannya setelah menapakkan kaki di ruang tersebut, Jimin hanya sekedar hendak berpamitan pada kedua orangtuanya dan pergi begitu saja meninggalkan kediamannya.

Sebelum Jimin sampai di Porsche-nya yang terparkir rapih di samping jajaran mobil-mobil milik keluarganya, sebuah tangan sudah lebih dulu mencekal pergelangan dan menghentikan langkahnya. "Jimin, hei, kenapa kau sangat terburu-buru?"

Pria itu hanya diam. Lantas balik menggenggam tangan Rosé dan membawa gadisnya menuju garasi, tahu kalau si gadis tidak ingin ada seorangpun yang tahu pasal hubungan terlarang mereka.

"Aku tidak suka melihatmu berbicara seperti itu dengan Seunghun." ungkap Jimin pada akhirnya setelah menahan emosi dan kecemburuannya yang tak lagi tertampung. Jimin memang bukan tipikal pria yang mudah cemburu dan overprotective terhadap apa yang di milikinya. Tapi jika menyangkut Seunghun sang adik sepupu, Jimin tak ingin membiarkan Rosé berinteraksi terlalu dekat dengan Seunghun.

Alasannya agak klise, Jimin takut Rosé akan berpaling darinya. Pria Park itu tahu betul bahwa dirinya begitu menarik di mata para perempuan—termasuk Rosé, tetapi, Seunghun pun tidak jauh berbeda dengan si kakak sepupu.

Kim Seunghun akan selalu memiliki kata-kata manis yang menjadi daya tarik untuk memikat hati perempuan yang sedang berusaha di dekatinya. Itu sebabnya Jimin tidak suka mendapati konversasi yang terjadi diantara Rosé dan Seunghun di ruang makan tadi.

"Seunghun itu sepupuku juga. Memang berbicara dengan sepupu sendiri tidak boleh, ya?"

Jimin mendengus pelan sehabis mendapat tentangan dari sang kekasih. Nyatanya, menjalin hubungan tidak berjalan semudah itu. Buktinya hal sepele semacam ketidak sukaan Jimin terhadap Seunghun bisa membuat mereka berdebat di pagi hari. "Bukannya tidak boleh sweetie. Kau tahu sendiri kalau Seunghun—"

"Ya, ya, ya, aku tahu Seunghun menyukaiku. Lalu apa masalahnya?"

Kedua tangan Jimin yang mulanya menggenggam tangan Rosé berpindah memegangi lengannya. Matanya yang tengah memandang gadis di hadapannya meminta untuk si pemilik manik kecoklatan itu untuk balas menatapnya.

"Aku—"

Lagi, Rosé menghentikan omongan Jimin dengan ucapannya. Ia pun menepis tangan Jimin pada lengannya. "Karena mengobrol dengan Seunghun membuatmu merasa risau dan gelisah berpikir kalau aku akan berpindah ke lain hati, kan?"

SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang