Chapter I

3 0 0
                                    

"AWAS!"

Shanika menoleh kearah sumber suara dan matanya refleks memejam saat melihat sebuah bola melayang kearahnya, bola tersebut langsung mengenai wajahnya dan membuatnya kontan jatuh terduduk. "Aduh." ringisnya, matanya membuka. Dahinya mengernyit merasakan wajahnya sakit akibat benturan bola basket yang memantul-mantul dilantai tak jauh darinya itu.

Tangan Shanika terangkat mengusap-usap hidungnya. Kinerja otaknya berjalan sedikit lambat ketika tangannya meraba hidungnya dan menemukan cairan disana. "Apa nih?" gumamnya sambil menatap bingung cairan merah dijemari lentiknya. "Darah?"

Gadis itu melihat sekelilingnya, orang-orang mulai menggerubunginya. Shanika tersenyum, "Hidungku berdarah." serunya, bagai orang tak waras. Membuat kasak-kusuk suara disekitarnya semakin ramai, namun ditelinga Shanika hanya terdengar bagai dengungan samar yang tak jelas.

Shanika berusaha bangun tapi karena kepalanya pusing, alhasil gadis itu limbung dan nyaris kembali jatuh jika saja tidak ada seseorang yang menahan beban tubuhnya. Shanika tersenyum aneh ketika menatap wajah khawatir di hadapannya.

"Panggil PMR kesini." teriak lelaki itu, tanpa mengalihkan tatapannya dari gadis di hadapannya. Dia melambaikan tangannya ketika melihat mata gadis itu perlahan meredup. "Hei, hei, jangan pingsan."

Sementara Shanika mengangkat tangannya hendak menjauhkan tangan yang sedang melambai di depan wajahnya itu namun keburu pandangannya kabur dan menggelap. Iya, dia tidak sadarkan diri dan membuat lelaki yang sedari tadi menahan tubuhnya semakin dibuat panik.

"Mana PMR-nya?" serunya, tak sabaran kearah kerubungan orang yang mengelilinginya. Namun tak satupun yang memberi sahutan, membuatnya menatap gelagapan gadis di hadapannya, apalagi melihat darah yang mengucur dari hidung gadis itu membuat kesabarannya semakin terkikis habis. Pandangannya kembali lagi melihat keluar kerumunan namun tidak ada tanda-tanda akan datangnya bantuan yang diharapkannya.

"Bantuin gue naikin dia kepunggung gue."

"Sekarang?"

Tanya itu langsung dihadiahi lelaki itu pelototan tajam. "Nggak nunggu anggota PMR kesini dulu, Dam?"

"Ah, lama." gerutunya, lalu dia mulai membawa gadis tersebut naik kepunggungnya dibantu oleh temannya. Lantas lelaki itu langsung berlari membawa gadis yang ada digendongannya ke UKS sambil berharap tidak terjadi hal-hal buruk padanya.

...

"Hei?"

Perlahan-lahan, kelopak mata yang sedari tadi terpejam itu akhirnya membuka. Tepukan pelan di pipinya mulai terasa nyata, bayangan sosok di hadapannya yang memanggil-manggilnya mulai terlihat kentara, demikian suaranya juga terdengar jelas.

"Sudah sadar ya."

Pernyataan itu membawa ingatan tentang dirinya yang sempat terkena lemparan bola hingga mengenai wajahnya, yang serta-merta membuat kebingungannya terjawab ketika menemukan seorang petugas kesehatan kini berada persis di hadapannya.

"Ambilkan teh manisnya."

Sambil mengumpulkan kesadarannya, gadis itu menerima saja gelas yang disodorkan ke depan bibirnya. Dia membuka mulutnya dan mulai meminum air yang terasa manis dan hangat itu hingga membasahi tenggorokannya. Kemudian dia menjauhkan wajahnya, menyudahi minumnya.

"Gimana masih pusing?"

Shanika mendengar suara itu, "Sedikit." gumamnya. Kepalanya bergerak, menoleh kesamping ketika sadar ada sosok lain yang sedari tadi memperhatikannya juga.

"Pendarahannya sudah berhenti, tapi nggak menutup kemungkinan bisa kambuh lagi. Saran saya, nanti kamu bawa saja dia ke dokter, takutnya ada benturan yang bikin tulangnya retak." ujar petugas kesehatan tersebut, berbicara pada sosok lelaki yang sedari tadi diam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Are Weird But I Like You That Way (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang