01

1.9K 202 45
                                    

Karena hobiku makan hati akhirnya kepikiran buat bikin fanfic ini.

Selamat membacaaa!

...

Malam semakin larut. Suara ketikan saklar lampu yang dimatikan terdengar di penjuru ruang tamu. Jari lentik Seishu dengan telaten menata sofa putih yang sedikit berantakan itu dan mematikan televisi yang sedari tadi menemani kesuyian malamnya.

Suara debuman ringan mengalihkan atensi Seishu ke sesuatu yang tidak sengaja ditendangnya, "Ah sepatu Koko"

Seishu meletakan sepatu pantofel mahal milik suaminya dengan hati-hati di rak sepatu yang sudah disediakan. Tak lupa menggantung jas Kokonoi yang tergeletak sembarangan di rak sepatu.

Dan sekarang saatnya istirahat. Seishu perlahan membuka pintu kamar agar tidak menggangu Kokonoi yang sedang tertidur nyenyak. Sesekali tertawa kecil melihat suaminya meringkuk seperti bayi.

"Sayang?" Kokonoi mengerjapkan matanya, menatap punggung Seishu yang sedang sibuk di meja rias, "Kau sedang apa?"

Dia buru-buru menelan pil digegamannya, mengusap pelan lelehan air yang mengalir didagunya, setelahnya dia beranjak menuju tempat tidur.

Seishu berbaring di samping Kokonoi sambil mengelus surai hitam halus suaminya, "Koko tidur yaa, biar mabuknya hilang. Aku akan menemanimu seperti biasanya"

Tak ada jawaban dari Kokonoi, namun elusan lembut di punggunya masih dia rasakan. Sesekali kecupan lama dia dapatkan di pelipisnya. Semua perlakuan Kokonoi yang dia dapatkan membuat Seishu merasa dicintai, dihargai, dan diingikan kehadirannya.

"Kau mengganti shampoo mu?" tanya Kokonoi sambil mencium pelipis Seishu yang berkeringat dingin, "Akane-san tidak pernah beraroma vanilla seperti ini"

Seishu terkekeh, matanya sendu. Tangannya membelai pelan pipi Kokonoi, "Memangnya biasanya rambutku beraroma apa?"

"Stroberi" Kokonoi berucap lembut. "Akane-san suka aroma stroberi bukan?"

Seishu tersenyum, namun hatinya seperti dihantam oleh sesuatu dengan sangat kuat hingga dadanya terasa sesak. Untuk kesekian kalinya dia menyadari, tempatnya bukan disini. Hati Kokonoi Hajime hanya terdapat Inui Akane, begitu seterusnya.

Dia hanya ingin sekali saja diperlakukan manis oleh Kokonoi sebagai Inui Seishu. Bukan dibawah bayang-bayang Akane, kakak perempuannya.

Lantas, dia bisa apa?

Hanya mengikuti jalan takdir yang diberikan Tuhan padanya.

Cintanya pada Kokonoi terlalu besar. Sampai dia tidak bisa menolong hatinya yang jatuh dan penuh luka.

Lalu mata indahnya perlahan menutup, dan bergumam kecil.

"Tidurlah Koko, hari esok akan jauh lebih indah daripada hari ini. Hidupmu akan jauh lebih indah setelah malam ini terlewati. Aku mencintaimu, suamiku"

"Dan aku juga mencintaimu sampai mati-"

Air mata itu tidak dapat dibendung lagi

"Akane-san"

Dan Seishu telah siap menghadapi akhir dari segalanya.

...

Kokonoi mengerjapkan matanya saat sinar matahari menerpa pelan wajahnya. Pandangannya beralih ke jam dinding di sudut kamar. Jarum jam masih menunjukan jam 6 pagi, masih terlalu pagi baginya. Dia sudah bersiap untuk tertidur lagi, melanjutkan mimpinya yang sempat terputus.

Tapi dia merasakan berat di perutnya.

Dia meraba benda yang terasa berat itu. Ternyata itu adalah tangan yang melingkar di perutnya. Memeluknya dengan lekat, namun lemah. Dan saat Kokonoi mengangkat kepala dia mendapati wajah manis dengan surai pirang panjang yang tertidur di lengannya.

"Ah, Seishu?" seru Kokonoi dengan suara sedikit terganggu. Seishu membuat sebagian badannya keram.

"Seishu menyingkirlah, kau menyakiti lenganku!" Katanya sambil mendorong Seishu agar terlepas dari tubuhnya, "Merepotkan saja"

Dengan dorongan kecil dari salah satu tangan Kokonoi di bahu sang istri, kepala itu terkulai dan membentur bantal dengan begitu lemah.

"--Sei?" Kokonoi memposisikan dirinya duduk, terperangah dengan suhu badan Seishu yang tidak hangat, terkesan dingin.

"Seishu" Kokonoi menyentuh pelan wajah istrinya, dan hal yang dia rasakan adalah dingin yang sama. Cepat-cepat Kokonoi menyingkirkan tangannya, baru kali ini dia menyentuh wajah Seishu dengan jarak seintens itu.

Kemudian dia beranjak dari ranjang. Berjalan menuju meja rias, mengambil minuman. Sorot matanya tertuju pada gelas kaca dengan butiran putih disekitarnya, tak peduli. Kokonoi menegak air dalam gelas itu. Namun, tiba tiba gerakannya terhenti.

Dia meletakan gelasnya dan menatap penuh botol kaca berisikan aspirin itu. Tutupnya terbuka dan isinya berceceran di meja rias.

Sorot mata Kokonoi langsung menatap ke arah Seishuu yang tergeletak di ranjang.

"Tidak," gumamnya tidak percaya, "Seishu, jangan bercanda"

Udara dingin menjalar ke seluruh sudut kamar, membuat suasana semakin kelam. Ditambah Kokonoi menyadari bahwa Seishu tidak bergerak ritmis.

Istrinya tidak bernafas.

Kokonoi segera berlari menghampiri pria manis yang terbaring di ranjang. Menekan lembut leher istrinya, "Tidak tidak! Inupi, jangan bermain-main denganku" katanya sambil menaruh jari telunjuknya dibawah hidung Seishu.

Dan tidak ada nafas disana.

Kokonoi pun menyandarkan kepalanya pada dada Seishu. Memfokuskan gendang telinganya agar dapat mendeteksi detak jantung sang istri. Namun hasilnya nihil, tidak terdengar detak jantung disana.

Pandangannya melebar ketika melihat sarung bantal berwarna putih yang dipakai Seishu terdapat bercak darah.

"Tidak! Inupi, hentikan candaanmu! INUI SEISHU!" Kokonoi mengguncangkan tubuh lemah istrinya. Pandangannya beralih pada lembar kertas yang terselip diantara bantal, terdapat sedikit bercak darah di kertas itu. Tanpa pikir panjang dia mengambil lalu membaca isi surat itu.

Hallo! Selamat pagi Koko!

Ah rasanya cangung kalo harus menulis surat seperti ini.

Mungkin pagi hari ini adalah pagi hari terakhirku denganmu. Saat aku sudah tidak bisa menemani pagimu, semoga kau menemukan pagi hari yang sangat cerah, yang bisa membuatmu lebih bersemangat. Tidak seperti diriku yang selalu membuatmu marah-marah saat memulai hari, hehe.

Maaf tidak bisa membuatmu bahagia selama ini. Jaga dirimu baik-baik, jangan sampai telat makan atau asam lambungmu akan naik. Hiduplah dengan bahagia, Koko.

Aku mencintaimu

~Inui Seishuu~

Kokonoi menangis sambil memeluk tubuh Seishu yang mulai mendingin. Menggumamkan kata maaf berkali-kali. Berharap istrinya dapat kembali dan memaafkan segala kelakuan buruknya selama ini.

"Jangan pergi, kumohon. Inupi"

Tbc

Eh... Tbc

Enaknya ni Inupi dibikin inalillahi atau masi dibiarin idup ni. Nerehehehehehe

You Should Be Here (Kokonui)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang