Soraya Anindya hanyalah gadis yatim piatu berusia 20 tahun. Sora tidak kaya, miskin juga tidak, kehidupan sederhananya tercukupi dengan uang hasil kerja paruh waktunya di salah satu supermarket.
Suatu hari kejadian naas menimpa gadis itu hingga menyebabkan jiwanya berpindah dan menempati tubuh Soraya Anyelir Lazuardi, tokoh sampingan dari novel berjudul "Rembulan". Tokoh Soraya sendiri tidak punya peran penting dalam novel, hanya di perkenalkan sekali sebagai adik dari salah satu sahabat tokoh utama, dengan karakter introvert dan polos.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Siang ini cuaca sangat cerah saking cerahnya Sora yang berjalan di trotoar sampai bermandikan peluh. Tapi gapapa, demi bertemu dengan Raden, pacarnya selama 2 tahun ini, Sora rela panas panasan di bawah terik matahari.
Kakinya berbelok memasuki area kafetaria yang bernuansa elegan tapi tetap cocok buat nongkrong. Lonceng berbunyi saat Sora mendorong pintu masuk, netra hitamnya menelusuri seisi kafe. Langkahnya pelan namun mantap, mendekat ke arah Raden dengan bibir terkulum.
"Maaf ya baru dateng. Udah nunggu lama?" Tanya Sora setelah duduk di depan Raden
"Belum kok, Ra. Kita juga baru dateng"
Sora melirik gadis seusianya yang duduk di samping Raden sambil memegang siku cowok itu, "ini siapa, Den?"
"Ini--"
"Anesa, gue Anesa Cindy tunangan Raden" potong Anesa dengan senyum manis
Mati-matian Sora menahan umpatannya. Gadis itu menatap Raden yang hanya diam menatapnya, Sora dibuat jengkel sendiri.
Menarik sudut bibirnya paksa, "Maksudnya gimana ya? Tolong jelasin, gue.... gak ngerti"
"Maaf"
Raden menunduk, tak kuasa menatap langsung mata besar Sora yang penuh kekecewaan.
"Gue butuh penjelasan, Raden, bukan permintaan maaf yang entah untuk apa"
Sora tahu, sangat tahu situasi dan kondisi saat ini. Tapi gadis itu berusaha menyangkal dan bersikap bodoh dengan bersikap seolah tak mengerti keadaan.
"Lo gak usah sok dungu deh, Soraya, dengan gue ngenalin diri sekaligus status gue, harusnya lo udah paham"
Menghela nafas dan memilih mengacuhkan Anesa, Sora tersenyum pahit pada Raden yang masih menunduk.
"Oke. Gue terima kalo hubungan yang udah jalan 2 tahun ini harus kandas tanpa gue tau alasan pastinya, ini niat lo ngajak gue ketemuan kan? Gue duluan."
Dengan kaku, Raden mencekal tangan Sora, "Sora, gue minta maaf, gue gak bermak--"
Sora menepis kasar tangan Raden, "singkirin tangan kotor lo dari gue, bajingan" lalu pergi dengan nafas memburu.
Dia tidak menangis meski hatinya terasa tercabik-cabik dan dilubangi, dia hanya mengerutkan alis sebagai tanda bahwa dirinya benar-benar kecewa dan sakit hati.
Langkah kaki tergesa-gesa itu tidak ragu menyebrangi jalan raya yang lumayan ramai tanpa toleh kanan toleh kiri. Karena sibuk meredam rasa sakit di hatinya, Sora tak sadar jika sebuah bis dengan ugal-ugalan melaju dari arah kirinya, menghantam tubuh kecilnya.
BRAK!
Tubuh Sora terpelanting dan terseret beberapa meter. Segera orang-orang berbondong-bondong mendekatinya.
Ini sakit banget. Apa gue bakal mati?
Pandangan Sora memburam seiring bertambahnya darah yang merembes keluar dari lukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya, Is That You?
Teen FictionSoraya Anindya hanyalah gadis yatim piatu berusia 18 tahun. Sora tidak kaya, miskin juga tidak, kehidupan sederhananya tercukupi dengan uang hasil kerja paruh waktunya di salah satu supermarket. Suatu hari kejadian naas menimpa gadis itu hingga meny...