Hidup dan hal lainnya

2 1 0
                                    

Pagi ini hujan gerimis, membasuh tiap daun yang mulai menguning. Namun hirup pikuk keramaian masih jelas menyapu gendang pendengaran.
Dan aku yang masih betah diruangan tanpa cahaya bergelut dengan pikiran yang semakin membuat bulir air mata enggan untuk berhenti. Menangis sendirian, adalah keahlian ku sejak dini.

Bukan..
Aku bukan anak broken home tanpa orang tua. Bukan anak broken home yang kedua orangtuanya mengalami penceraian.

Orangtua aku lengkap.
Keluargaku juga lengkap.
Diluar sana, orang menganggap keluargaku adalah keluarga paling bahagia.

Tapi tidak ketika mereka tau apa aja hal yang terjadi di hidup salah satu penghuni rumah ini.

Seorang gadis SMA yang berusia 17 tahun. Siapa yang tau jika dibalik senyum dan hal-hal konyol yang ia lakukan, ia menyembunyikan luka yang hanya bisa ia tangisi ketika sendirian.

Masih seperti hari kemarin, bersamaan dengan gerimis yang enggan untuk berhenti, ia menangis tanpa suara dibalik bantal dan selimut yang menjadi saksi betapa inginnya cepat pulang ketempat pengistrahatan terakhir.

Ia ingin segera mungkin untuk berhenti menangis.
Tapi semesta seakan mendukung lukanya.

Entah benar atau tidaknya, aku sering dengar kalo anak ke2 itu adalah anak yang paling beda diantara saudaranya.

Dan aku beda.
Ketika mereka memperoleh peringkat terbaik, maka aku tanpa peringkat.
Ketika mereka tersenyum begitu lebar, maka  aku tanpa senyuman.

Salah klo aku membenci orang yang paling berharga buat aku ?
Salah kalo aku memilih pergi dibanding bersama mereka ?

Aku anak ke3 dari keseluruhan saudaraku. Tapi kalo dari anak perempuan, aku anak ke2.

Aku gak mau nuntut banyak hal dalam hidup. Selagi aku masih sekolah dan bisa bernafas, setidaknya aku punya alasan untuk tetap bertahan.

Aku dituntut untuk menjadi seseorang yang penurut, bahkan ketika aku merasa diabaikan.
Aku dituntut menjadi seseorang tanpa banyak keinginan, bahkan ketika aku tak meminta apapun.

Aku dituntut untuk tetap tersenyum, bahkan ketika aku ingin menangis.

Rasanya enggak ada yang benar dalam hidup aku.
Mimpi untuk menjadi orang tertinggi lenyap dihempas kenyataan.

Pengen berhenti disini aja.

Punya adek, bukannya mendukung. Adanya menghancurkan, menjadi kan ku musuh terbesarnya dalam hidup.

Bahkan orangtua yang selalu  membelanya.

Mereka enggan untuk tahu, kalo disini ada seorang anak yang juga butuh dukungan. mereka menjadi orang asing yang merasa selalu benar.

Bahkan ketika aku ingin memberi senyum, slalu aja ada kesalahan yang menyurutkan senyum itu.

Huffffff!?!?
Menangis ?
Kesepian ?
Benci diri sendiri ?
Inscure ?

Itu ada dalam hidup aku. Bahkan untuk bisa bahagia, aku harus menciptakan senyuman terbodoh didepan semua orang agar mereka berpikir bahwa duniaku sangat bahagia.

Sampai saat ini hujan enggan untuk berhenti.  Bulir air mata pun, menyisakan bekas. 

Iya aku selalu menangis sendirian dan bukan berarti selamanya begitu.
Aku juga ingin berjuang.
Karna begitulah hidup, ada saja hal lainnya yang tak terduga hadir mengambil peran dalam hidup.

Satuhal...
Senyumlah , syukuri hidupmu.
Masih ada yang lebih susah hidupnya.✨✨

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerpen||KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang