Kiara & Kinan

14 5 15
                                    

      Kiara Athalea atau yang biasa di sapa Kiara terlihat berjalan dengan langkah pelan tapi tegas, ia menenteng tas ransel berwarna putih tak lupa ditangannya tergenggam beberapa buku pelajaran. Wajah Kiara yang senantiasa terlihat ceria dengan seutas senyum yang selalu terukir di bibir mungilnya menjadi ciri khas tersendiri yang melekat dalam dirinya. Semua mata selalu menatap kagum padanya, pada kecantikannya yang seakan tak ada celah sama sekali. Sesekali ia menyapa hangat teman-teman yang di kenalinya atau justru ia yang membalas sapaan hangat dari kawannya.

      "Hay Kiara." Sapa Gea salah satu teman kelasnya yang saat itu juga sedang menuju ke sekolah sama seperti dirinya.

      "Oh Hay Gea." Kiara balas menyapa dengan ramah.

      Bagi para anak lelaki di sekolah, Kiara adalah simbol kesempurnaan. Cantik, baik, ramah, pintar, ceria dan murah senyum adalah paket komplit yang di berikan Tuhan padanya. Namun hanya ada satu kekurangan Kiara dimata mereka, Kiara selalu di dampingi the Devil of Kinan. Cowok yang gantengnya sebanding dengan kecantikan Kiara tapi memiliki perangai yang bertolak belakang, bahkan berbeda 180 derajat dengan Kiara. Jika Kiara adalah simbol kesempurnaan maka Kinan adalah simbol kebobrokan. Perangainya sangat buruk, tukang rusuh dan buat onar ia juga adalah siswa dengan nilai paling buruk disekolah. Mereka heran, kenapa Kiara dan Kinan bisa sedekat itu bahkan meski dengan karakter bak langit dan bumi.

      "Sini aku bawain." Kata Kinan yang tiba-tiba muncul dan langsung meraih buku ditangan Kiara. 

      "Loh, Kinan? kata tante Mira kamu lagi sakit?" Ucap Kiara heran.

      Kiara langsung menyentuh dahi Kinan tanpa ragu benar saja tubuh Kinan terasa hangat. Semua anak lelaki yang melihat itu jelas sangat iri pada Kinan.

      "Badan kamu masih anget loh Nan." Kata Kiara khawatir.

      "Udah, gak papa kok. Aku sehat." Jawab Kinan.

      Saat melewati Miko si cowo cupu dikelas yang sama dengan Kinan, Kinan dengan sengaja menyenggolnya hingga buku bawaannya jatuh berserakan, sifat jahil Kinan memang sudah mendarah daging.

      "Aduhhh, sory Mik." Kata Kinan dengan wajah pura-pura merasa bersalah.

      "Ya ampun, kamu gimana sih Nan masa jalan gak lihat-lihat." Tegur Kiara dan hendak membantu Miko, tapi Kinan menahannya.

      "Ayo cepat nanti kita terlambat." Ucap Kinan dan langsung menarik tangan Kiara.

      "Ta.. Tapi, itu." Kiara menunjuk ke arah Miko yang menatap Kinan dengan kesal, tapi Kinan terus menarik Kiara.

      Sesampainya di kelas usai mengantar Kiara ke kelasnya Kinan langsung merebahkan kepalanya di atas meja. Sepertinya Kinan benar-benar tidak sehat, kepalanya pusing bahkan terasa berat, tapi meski begitu hampir tidak ada yang berani menegur apalagi menanyakan keadaan Kinan. Mereka benar-benar takut pada Kinan yang selalu mengancam akan menghajar siapapun yang mengganggunya. Sampai bu Melda guru mereka yang akhirnya menyadari kondisi Kinan.

      "Kamu baik-baik saja Kinan? Apa kamu sakit.?" Tanya bu Melda.

      Kinan mengangkat wajahnya, kini wajahnya pucat dan berkeringat dingin. Tapi meski begitu tatapan tajam Kinan tetap saja masih terlihat menakutkan.

      "Saya gak papa kok Bu." Jawab Kinan pelan. Tapi bu Melda yang melihat wajah pucat Kinan jelas saja tidak percaya dengan jawaban Kinan.

      "Tidak, sebaiknya kamu ke UKS sekarang. Apa kalian ada yang bisa mengantar Kinan?" Tanya bu Melda pada seisi kelas.

      Semua terdiam tidak ada yang berani mengangkat tangan, beberapa bahkan hanya saling pandang atau mengalihkan pandangan ke arah lain karena takut akan disuruh mengantar Kinan ke UKS.

      "Saya bisa pergi sendiri bu." Kata Kinan dan langsung bangkit untuk menuju ke UKS, semua anak-anak di kelas itu langsung menarik napas lega.

      Dengan gontai Kinan berjalan menuju UKS, setiba disana ia langsung membaringkan tubuhnya di kasur. Sementara itu Kiara yang sedang fokus mengikuti pelajaran tidak sengaja mendengar percakapan teman kelasnya Tirta yang baru saja kembali dari toilet.

      "Waah, lo pasti gak percaya. Barusan gue lihat Si biang kerok masuk ke UKS." kata Tirta setengah berbisik.

      "Maksud lo si Kinan?" tanya Bastian dan langsung di jawab anggukan kepala oleh Tirta.

      "Waah, bisa juga manusia kek gitu sakit, gue kira doi tahan banting." Ejek Bastian.

      Kiara yang bangkunya tepat di depan mereka jelas saja bisa mendengar jelas percakapan keduanya, Kiara yang kaget langsung bergegas meminta izin pada gurunya dan pergi menuju ke UKS tempat Kinan berada. Dengan cepat ia berlari ke arah UKS, sampai disana di lihatnya Kinan yang terbaring lemas dengan keringat dingin yang mengalir. Kiara menghampirinya dan segera mencari tisu untuk mengusap keringat Kinan yang menetes. Dengan tenang Kiara merawat sahabatnya itu, ia bahkan sampai berani bolos mata pelajaran hanya untuk menemani Kinan. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Kiara pun ikut tertidur dengan kepala yang tersandar di bibir kasur.

      Selang beberapa menit, Kinan pun terbangun ia terkejut melihat Kiara yang tertidur di sampingnya. Ia ingin membangunkan Kiara, tapi di urungkannya niat itu. Kinan justru fokus memandangi wajah Kiara yang begitu teduh saat tertidur, tangan kanan Kinan tiba-tiba tergerak untuk mengusap lembut rambut Kiara, tapi saat itu juga Kiara akhirnya terbangun dan membuat Kinan spontan menarik tangannya kembali. Ia mengerjapkan matanya melihat ke arah Kinan.

      "Kamu udah bangun? Apa ada yang sakit? Kamu masih demam kah?" Tanya Kiara panik, Kinan hanya tertawa.

      "Aku gak papa Kiara." Jawab Kinan lembut.

      "Kamu tuh yah, udah sakit kenapa masih harus masuk sekolah sih.?" Tegur Kiara kesal.

      "Kalau aku gak masuk nanti siapa yang jagain kamu di sekolah? Kamu juga pasti kesepian kan?" Kata Kinan.

      Kiara sontak terdiam, wajahnya sedikit memerah mendengar ucapan Kinan, memang benar Kiara hampir tidak punya teman dekat di sekolah bahkan meski ia berusaha untuk dekat dengan siapapun. Semua seakan segan dan enggan berteman dekat dengannya, semua hanya teman sebatas say hallo saja saat bertemu atau mengerjakan tugas, itulah kenapa ia selalu merasa kesepian, beruntung ia punya Kinan di sisinya.

      "Kok diem Ra?" tanya Kinan.

      Kiara yang panik karena wajahnya yang terasa memanas langsung bangkit dan hendak pergi meninggalkan Kinan.

      "Kamu udah sehat kan? Aku balik kelas yah." Kata Kiara dan langsung pergi meninggalkan Kinan yang kebingungan melihat Kiara.

      Saat di luar UKS, Kiara berusaha menenangkan dirinya sebelum akhirnya memutuskan kembali ke kelas. Untung saja masih ada mata pelajaran terakhir yang bisa Kiara ikuti.

Kiara Milik KinanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang