03 - New Family.

906 160 14
                                    

sedari tadi Doyoung tak henti menatap kosong ke arah depan. ucapan Jeongwoo berhasil membuatnya overthinking.

"lo lagi banyak pikiran?"

yang ditanya menggeleng perlahan. kepalanya ditolehkan ke samping, dimana Junkyu tengah duduk di kursi kemudi mobil.

"bang, lo kenal Mashiho?"

Junkyu yang semula fokus mengemudi menghentikan mobilnya mendadak. menoleh ke arah sang adik yang masih terkejut atas aksinya.

"lo cenayang, ya?" pertanyaan tak masuk akal itu keluar begitu saja dari yang lebih tua.

melihat Doyoung yang hanya menatapnya tak mengerti, Junkyu membuka mulutnya, "tadi di kampus ada maba, pindahan dari Jepang. namanya Takata Mashiho. gue belum cerita, kok lo udah tau?"

bukannya menjawab sang kakak, Doyoung menghela nafasnya sembari membuang muka—menghadap ke arah jendela yang terbuka.

Doyoung ingat betul bagaimana sang kakak tersenyum sangat lebar hanya karena bercerita tentang Takata Mashiho.

"DOYOUNG!! KAMU TAU GA? KAKAK TADI KETEMU SAMA MANUSIA MANIS. namanya Takata Mashiho. dia bilang, yang deket sama dia manggilnya Cio. jadi kakak manggil dia Cio, biar kita jadi deket, haha."

walaupun kisah mereka tak sampai satu minggu dimulai, bahkan Doyoung pun tak tau bagaimana wujud rupa manusia yang berhasil menarik perhatian sang kakak. Doyoung tau, kakaknya ini benar-benar jatuh dalam pesona Takata.

"manis banget tau, Doy."

bahkan mungkin bukan hanya dalam satu kehidupan, tapi dua—atau di semua kehidupan, dimana mereka berdua ada di dalamnya.

dan Doyoung berjanji dalam hati, agar sang kakak tak mengalami kisah cinta dengan akhir yang sama.

"kak Junkyu udah ketemu sama Mashiho, Haruto udah ketemu sama Jeongwoo, Yujin udah ketemu sama Wooyoung, lah gue kok belum ketemu sama—"

tok! tok! tok!

"disuruh makan siang sama mamah. ayo turun."

makan siang.. bersama?

tak kunjung mendapat jawaban, Junkyu kembali bersuara, "Doy?"

"ah, iya! ntar gue turun. sebentar. mau ganti baju dulu."

"lah, lo masih make baju seragam?"

"kagak."

"ya terus lo ngapain ganti baju? makan siang dibawah doang, bukan di restoran. cepet, Doy."

Junkyu pun pergi, meninggalkan Doyoung dengan senyum tipisnya. Tak bisa dipungkiri, dirinya bahagia di dunia yang satu ini.

dulu, sang Bunda tak pernah memasak, keluarganya pun jarang duduk di meja makan untuk sekedar makan bersama karena faktor kesibukan.

tapi sekarang, semuanya berbeda. sangat.

"semoga aja, endingnya juga beda."

semoga, ya?

"buset. pangeran kodok lama amat keluar dari goa nya, semedi dulu, mbah?"

candaan Junkyu mengundang tawa kedua orang-tua nya yang berada di meja makan. membuat Doyoung mendengus karena menahan cercaan yang sudah berada di ujung lidah.

"iya, nih. abis dapet ilham biar buang lo ke pelabuhan."

yang lebih tua mendengus pelan, "heh?! cakep-cakep gini enak aja dibuang. lagian kalau abang dibuang juga pasti ada yang mungut, soalnya abang ganteng."

"muka ngenes gitu yang ada di jambret, kak." sang Mama ikut menimpali.

menekuk mukanya, Junkyu berusaha mencari bala bantuan dengan muka kasihan, "Pa.."

sang Papa ikut menganggukkan kepalanya, "Papa setuju sama Mama sih, Bang."

keluarga kecil itu tertawa dengan si sulung yang menjadi korbannya, sampai bell rumah berbunyi dan meredakan tawa mereka.

"biar adek yang buka." langkahnya dengan perlahan membawanya ke arah pintu rumah.

"ada ap—" suaranya seakan hilang mendadak, pikirannya seketika kosong saat melihat sosok dibalik pintu.

"halo, Doyoung! ini, Bunda abis bikin kue, ini buat Mama. salam buat Mama dari kakak sama Bunda, ya."

ketika bingkisan sudah berpindah tangan, dan sang tamu hampir akan pulang, tepat saat itulah Doyoung menemukan suaranya.

"Gamau mampir dulu? Mama juga abis bikin cookies. Kalau ga salah inget, kak Yedam suka cookies, kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AnotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang