3

5 4 0
                                    

Karena Jenar sangat bosan menunggu Kinar yang lamanya seperti menunggu ijazah sd, Jenar pun memutuskan untuk pergi membeli beberapa makanan ringan di toko dekat rumahnya.

Saat masuk Jenar benar benar bingung untuk memutuskan apa yang akan dibeli, kalau punya uang banyak pasti Jenar akan memborong semuanya. Pasti!

beda dengan saat ini yang hanya ada uang pas pas an, soalnya belum dikasih sama ibu. "Njir tuku opo yo".

(Njir beli apa ya)

Akhirnya setelah sesi perrenungan tadi, Jenar memilih membeli beberapa snack ciki dan beberapa minuman kaleng untuk dibeli.

Saat ingin antre di kasir, Jenar tak sengaja melihat satu orang yang sedang duduk di bangku depan minimarket. Cakra, ya dia yang di lihat Jenar.

Jenar tidak tahu mengapa Cakra bisa disini but nanti Jenar akan mencoba menyapanya.

"Cakra, lo Cakra kan?" tanya Jenar, Jenar sangat berharap kalau Cakra masih mengenalinya.

"Iya, lo siapa?" jawab Cakra yang masih dibumbui pertanyaan

"Jenar, gue Jenar Renjana" Jawab Jenar berharap kalau Cakra lupa muka Jenar, Jenar berharap mungkin dia masih mengingat namanya.

Tapi harapannya harus pupus saat Cakra menjawab kalimat yang dilontarkan oleh Jenar.

"Oh oke" hanya sebuah kalimat singkat memang, tapi membuat Jenar kecewa, sangat kecewa malah. Bukan kalimat itu yang diharapkan Jenar.

"O-oh yaudah gue duluan ya" ucap Jenar lagi setelah beberapa saat menutup mulut, tapi lagi lagi Jenar harus bersabar karena Cakra hanya membalas nya dengan deheman.

Jenar pun langsung melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah dengan hampa.

Saat berada di depan gerbang dia melihat Kinar sedang mencak mencak tidak jelas seperti orang gila di depan pintu.

"Heh koe ki gek ngopo?" tanya Jenar sembari besedekap dada.

(Heh kamu tu lagi apa?)

"Wasu! ngageti wae", kata Kinar kaget.

(asu ngagetin aja)

"Lo dari mana aja sih Jenar, aku ki nunggune ampe karaten" semprot Kinar, ya begitulah Kinar, alay to the bone.

"Gue abis beli jajan, kalo gue kaga beli mana mau lo kesini lagi" memang sebelum ke rumah Jenar, Kinar selalu berpesan agar membelikannya makanan. Dasar maruk!

•••••

Di lain tempat, terdapat satu anak remaja yang sedang menunggu hasil check upnya hari ini.

"Kondisi kamu cukup baik, sudah ada banyak peningkatan sejauh ini. Jangan sampai kamu drop lagi," ucap sang dokter

"iyaa" jawab remaja itu malas. Ia sudah sangat sering mendengar kalimat itu.

"Ojo iyo iyo wae lo cak "

(Jangan iya iya doang lo cak) ucap dokter Wisnu lagi.

Memang Dokter Wisnu adalah paman dari sang Raden Cakra, jadi mau marah marah pun tidak masalah kepada ponakan tampan nya itu.

"Hm" jawab Cakra singkat padat dan jelas seperti unsur poster.

Setelah itu Cakra pun segera keluar dari ruangan itu.

Cakra pun segera membuka pintu mobil miliknya, menancapkan kunci, menghidupkan mesin, dan segera pergi dari sana.
Dia harap dia tidak akan pernah menginjak kan kaki di ruangan sialan itu lagi, tapi itu tidaklah mungkin melihat kondisi nya saat ini.

Tujuannya saat ini adalah danau.

Cakra berjalan di atas rerumputan hijau yang basah akibat hujan beberapa jam lalu, Cakra melangkah mendekati pinggiran danau yang terdapat sebuah sampan kecil yang terbuat dari kayu.

Sangat terlihat kalau sampan kayu itu telah berumur saat netra coklat nya melihat lumut lumut hijau yang bersarang di atas sampan itu. Cakra mendudukkan daksannya di sebuah bangku kosong yang terletak di sebelah pohon sembari memejamkan mata menikmati semilir angin yang menerpa ukiran wajah indahnya.

•••

Dari mana lo cak? tanya Danu yang baru saja keluar dari persinggahan nya.

"Kepo" jawab cakra singkat.

"Anjir, dintainyai malah kek gitu" ucap Danu lagi.

"Noh mak gue masak rendang makan sono, udah kek orang mau pingsan lo".

"Hm" jawab cakra.

"Ham hem ham hem mulu lo kek Aldebaran".

•••

"Hehhh kita jadi gak sih ndarkor?" tanya Kinar sembari mendudukkan daksanya ke pinggiran kasur.

"Hehh lo kenapa sih bocah frik, patah hati? bocah kek Jenar patah hati? impresif" ucap Kinar lagi dengan nada herannya dan alay tentunya.

"Enggak anjir" jawab Jenar dengan membalikkan badan ke arah Kinar.

"Lo tau kan yang namanya Cakra, Cakra sahabat gue itu, tau kan" tambah Jenar.

"Cakra, Raden Cakra?," tanya Kinar sambil melipat kedua tangannya ke depan dada.

"Ho'oh" kata Jenar menanggapi pertanyaan Kinar.

"Tadi gue sempet ketemu dia di minimarket depan, dia kaya lagi nunggu orang gitu, tapi anehnya dia ngga kenal gue, gue udah bilang nama panjang gue, tapi dia tetep kaya orang yang baru kenal gitu sama gue" ucap Jenar lagi.

"Halah biarin aja, ngapain juga sih dipikirin, dia juga udah ninggalin lo," ucap Kinar dengan raut tak senang.

"Lupa ingatan kali dia ampe kaga ngenalin lo, udahlah mending kita drakoran aja" lanjutnya.

"Ya bentar anjir gue belom ngasih kasur di balkon, lo mau tidur di jubin gitu, kalo mau sih ya sana, gue mah ogah" ucap Jenar sambil menarik tangan Kinar untuk berdiri dan di dorong nya dengan kuat ke arah balkon.

"Heh setan! maksut lo apa dorong dorong gue?!" ucap Kinar dengan tangan yang ia tenggerkan di pinggang.

Kinar pun mendekat ke arah kasur lipat yang ada di sebelah lemari pakaian milik Jenar untuk dibawanya ke balkon untuk memulai tradisi drakoran mereka.

Jubin : lantai

______________________________________________

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

L U N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang