2

19 6 1
                                    

Sebelum matahari berani bangun, Jenar terlebih dulu bangun dari indahnya alam mimpi, berjalan di atas pasir putih yang indah dipandang dan ditemani debaran ombak seperti melody yang nyaman di dengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum matahari berani bangun, Jenar terlebih dulu bangun dari indahnya alam mimpi, berjalan di atas pasir putih yang indah dipandang dan ditemani debaran ombak seperti melody yang nyaman di dengar.

Kalung itu masih bersarang di pikiran Jenar seperti soal ujian. Aneh? memang. Kalung silver dengan liontin bulan sabit itu terus memenuhi kepala Jenar. Tiba tiba terlintas sebuah nama yang sangat Jenar kenali atau mungkin bahkan tidak akan pernah terlupakan, yaitu Cakra.

Dan disitulah Jenar syok akan realita yang ada. Ya dia Cakra, Jenar tidak mungkin salah orang. Dia Cakra yang Jenar kenal. Dunia memang sebercanda itu tentang kehidupan.

Mungkin sebagian orang berpikir kalau tidak mungkin hanya satu atau dua orang saja yang mempunyai kalung itu. Tapi untuk kali ini Jenar sangat yakin.

Jenar ingat dia sempat melirik ke tanda lahir di leher pemuda itu. Jenar masih mengingat tanda lahir nya. Tanda lahir yang ada di leher atas sebelah kiri. Itu tanda lahir yang sama persis seperti tanda lahir milik Cakra, Cakra yang dulu sempat Jenar kenal.

•••••

Di lain tempat, terdapat dua insan yang sedang berbincang di sebuah cafe yang lumayan terkenal di daerah jogja. Memang hari ini adalah hari Minggu jadi mereka bebas mau main kemana saja.

"Dir, lo beneran gak kenal sama cewek lo liat kemaren di koridor? tanya Angga dengan penuh harap

"siapa sih yang lo maksut, gue kan baru pindah ke sana beberapa hari bodoh!" jawab Dirga sarkas. Sepertinya Angga memang harus lebih bersabar untuk kali ini.

Dirga yang dimaksud oleh Angga adalah Cakra, Dirga adalah penggalan nama belakan Cakra, ntah mengapa Angga bisa memanggilnya begitu, katanya "berbeda dari yang lain itu baik".

•••••

"Kinar" panggil sang bunda dengan halus," iya bunda" jawab Kinar tak kalah halusnya. Memang kenapa? anak minus akhlak seperti Kinar pun juga harus menghormati sang ibu bukan, patut dicontoh!

"Kamu jadi ke rumah Jenar nduk?" tanya bunda Ima "

Jadi Bun mungkin nanti jam 1 apa ndak jam 2" jawab Kinar.

"Oh ya udah bunda lagi masak gudeg nanti dibawa ya, Jenar suka kan". Bunda Kinar memang sangat perhatian, Jenar memang sudah dia anggap sebagai anak sendiri.

Begini kata Jenar "Bunda Lo baik ya gak kaya si maung yang ada di rumah".

"oh iya bun nanti Kinar bawa, Kinar naik dulu ya bun" jawab Kinar lagi yang dibalas anggukan oleh sang ibu.

Kinar sedang mempersiapkan peralatannya untuk menginap di rumah Jenar katanya sih "Nar gue gabut kerumah cepet, ndakor kita" begitulah kira kira yang diucapkan Jenar di telepon tadi.

Saat Kinar menginap di sana, mereka tidak akan melupakan jadual ndrakor mereka di balkon kamar Jenar. Balkon kamar Jenar memang termasuk luas jadi mereka bisa menggelar kasur di lantai balkon, bahkan mereka sering ketiduran di balkon. Ntah rasanya bagaimana, hanya mereka yang tahu.

"Heh lo dimana sih! lama bener" ucap Jenar saat Kinar menjawab telepon Jenar. Kinar pun langsung melempar telpon ke sofa saking syok dan kagetnya, memang Suara Jenar itu tak terkalahkan seperti Ironmen.

"Heh jawab anjir" ucap Jenar lagi yang langsung menyadarkan Kinar dari keterkejutannya.

"Ehh iya iya ini gue baru mau berangkat"
berangkat dari sofa ke luar maksutnya. dan detik itu juga Kinar mematikan sambungan telepon sepihak untuk menghindari perdebatan yang pastinya tidak akan sebentar.

•••••

"Jenar, hello, hola, hehhh, NJING!!!"

"Ni anak kemana sih, pengen ditampol deh kayaknya".

itulah yang diucapkan Kinar saat sampai di depan pintu rumah sang teman. Dia tidak mungkin seberani ini kalau ada ibu Jenar. Mumpung tidak ada makanya dia bisa berucap dan memaki sesuka hati.

Kinar sudah mencoba menelpon berulang kali tapi tetap saja tidak ada yang menjawab. Cukup sekali lagi tidak ada yang menjawab Kinar akan pulang, tidak peduli jika nanti dia diomeli habis habisan oleh Jenar.

  .-..-.
  '· .Mari kita berkenalan dulu dengan para tokoh!

  Kim Hyunjin  sebagai   Djenar Renjana Danundari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Kim Hyunjin
  sebagai
  Djenar Renjana Danundari

  Kim Hyunjin  sebagai   Djenar Renjana Danundari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Hwang Hyunjin
  sebagai
  Raden Cakra Dirgantara

  

  Bang Chan  sebagai  Angga Darwangsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Bang Chan
  sebagai
  Angga Darwangsa

  Bang Chan  sebagai  Angga Darwangsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Jeon Heejin
  sebagai
  Kinar Rahayu

______________________________________________

L U N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang