Magic Dessert #1

58 4 0
                                    

Siapa yang tidak tau Sinbi. Manusia jelmaan goblin, begitu orang orang disekolah mendeskripsikan Sinbi.

Tapi kalau dipikir-pikir lagi, sebetulnya gadis itu memang pantas mendapatkan julukan itu. Dia tidak pernah senyum ketika seseorang memuji nya, tidak pernah berterimakasih ketika seseorang membantunya, dan tidak meminta maaf ketika dia tidak sengaja menabrak pundak orang. Bahkan dia jarang sekali bicara, kecuali ada kegiatan persentasi di kelas.

Pagi itu -sekitar pukul 06.45-, Sinbi sudah sampai lebih dulu dikelas dari pada teman-temannya. Bukan tanpa alasan, melainkan hari ini adalah jadwal piket nya. Sebelum Sinbi menyimpan tas dibangkunya, seperti biasa, dia akan membuka loker dan menyimpan beberapa buku paket untuk mata pelajaran berikutnya.  Mendadak sekali, loker nya tidak bisa dibuka padahal gadis itu yakin sudah membuka kunci nya dengan baik. Gadis itu mencoba untuk membuka kunci nya lagi, namun tetap saja tidak bisa dibuka. Terus dan terus. Sinbi melakukan itu dengan deru nafas yang cepat, dia tampak kesal.

"Brak!!"

Sinbi sengaja memukul pintu loker nya dengan keras, dia sudah sangat marah dengan pintu itu. Gadis itu membalikkan badannya dan berniat untuk tidak memasukkan beberapa buku paket nya kedalam loker. Namun, ketika gadis itu berbalik badan dan hendak melangkah, terdengar suara derit pintu loker  yang terbuka.  Sinbi membuang nafas nya lelah. Akhirnya dia membuka restleting tas nya dan mengambil buku paket yang akan dia letakkan disana, saat tubuh nya tepat menghadap loker, manik mata hitam Sinbi menangkap sebuah cup cake cokelat yang dia suka. Sinbi mengernyit dan langsung memasang wajah kesal.

"Bodoh!" Ucap Sinbi. Dia pikir, jika seseorang menyimpan cup cake pagi pagi begini itu artinya dia sudah menyimpan nya sejak kemarin malam (sementara kelas malam berakhir pukul 22.00, dan dia meninggalkan kelas pukul 23.00 karena harus menyelesaikan urusan Klub Panah yang ia ikuti). Dia bahkan membayangkan bagaimana kerasnya tekstur cup cake cokelat ketika dia kunyah. Eyw~

Cup cake cokelat yang terbungkus rapi dengan plastik transparan itu diambil oleh Sinbi, tangan kanannya kemudian masuk kedalam loker untuk meletakan beberapa buku paket.

"Aneh." Pikir Sinbi. Cup cake nya masih hangat, dan jika dilihat lebih dekat cokelat yang membalut kue itu masih terlihat lumer. Sinbi segera menutup pintu loker dan pergi kebangku nya -tepat berhadapan dengan meja guru-, gadis itu segera membuka kemasan cup cake. Jujur, sarapan pagi tadi tidak membuat perut Sinbi puas.

 Jujur, sarapan pagi tadi tidak membuat perut Sinbi puas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Tepat pukul 07.15, satu persatu teman sekelas Sinbi berdatangan -hampir bersamaan. Sinbi sudah duduk rapi dibangku nya sambil membaca sebuah komik golongan darah, gadis itu menyelesaikan piket nya dengan cepat setelah menghabiskan cup cake cokelat yang misterius.

"Sinbi, ambil." Seseorang mengatakan sesuatu. Sinbi tidak sengaja mendongak dan melihat satu bungkus tisu kecil diatas meja nya. Gadis itu menatap si pelaku yang menawari Sinbi tisu, orang yang diperhatikan malah tersenyum percaya diri sambil menunjukkan sederet gigi putih milik nya. Aneh. Pikir Sinbi.

Orang didepan Sinbi mengisyaratkan kepada Sinbi bahwa ada noda didekat mulutnya. Lantas Sinbi buru-buru melihat layar gelap gadget nya, dan menyadari kejadian itu. Sinbi sibuk mencari sapu tangan kotak-kotak yang selalu ia bawa kemanapun, tapi terhenti karena teringat kalau kain itu sedang ia keringkan di beranda rumah.

Sekali lagi, pria itu menyodorkan tisu.

Dengan ragu sekaligus malu, Sinbi membawa dua helai tisu yang pria itu tawarkan dan sedikit menganggukkan kepala nya.

"Kau menikmati magic dessert nya, Sinbi?" Pria itu membisikkan kalimat -yang hanya bisa didengar Sinbi, sebelum pergi dari meja Sinbi dan membawa lagi tisu nya.

Vernon kenapa si? Kata Sinbi dalam hati, gadis itu hanya menampilkan semburat wajah menyebalkan.

.

.

.


to be continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

to be continue ...

OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang