Prolog

23 8 6
                                    

🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀

          Seorang gadis berseragam SMA itu sesekali menatap seseorang yang berada di seberang jalan. Dia melirik kanan-kiri jalan melihat mobil yang sesekali lewat.
Lalu terdiam sejenak di tempatnya. Menatap orang di sebrang sana yang fokus dengan buku catatan ditangannya sambil berjalan. Hatinya yang berdegup kencang membuat ia ragu untuk mendekati orang itu. Tangannya mulai berkeringat dingin. Dan mulai mempererat kepalan tangannya yang sedang memegang sesuatu.

          Ia memejamkan mata sejenak dan menghembuskan nafas perlahan. Lalu kembali membuka mata, ketika ia membuka mata orang yang berada di sebrang sana sudah tidak berada di tempatnya. Dengan panik gadis itu berlari dan mencari-cari orang tersebut. Lalu ia pun memutuskan untuk menyebrang jalan dan tidak memperdulikan waktu yang terus berjalan. Padahal jam tangannya menunjukkan pukul 7 pagi dan sekitar 15 menit lagi waktu masuk sekolah.

          Dengan tergesa-gesa tanpa melirik kanan-kiri jalanan dan kepalang panik, gadis itu berlari menuju sebrang jalan. Mencari keberadaan orang itu. Namun naas, sebelum ia sampai ke sebrang jalan, sebuah mobil sedan berwarna hitam dengan cepat melaju kearahnya. Dan seketika—

          Tabrakan pun tak terelakkan.

          Tubuh gadis itu terpental agak jauh dari tempatnya. Darah bercucuran dari kepalanya yang terbentur aspal dengan keras, lalu ia membuka matanya perlahan. Rasa sakit di sekujur tubuhnya mulai ia rasakan. Dengan sisa tenaganya ia berusaha menggerakan tangannya yang terasa sakit. Berharap orang yang telah menabrak dirinya dengan baik hati akan menolong dan tidak meninggalkannya. Namun orang yang berada di dalam mobil, justru tidak kunjung keluar untuk melihat keadaan dirinya yang sangat mengenaskan ini.

          “Nabrak apa pak?” tanya gadis berseragam SMA dengan rambut terkuncir.
Dengan takut sang sopir membalikkan tubuhnya.“O-orang non,” jawabnya gemetaran.

          “Jalan!” perintah gadis itu datar tanpa sedikit pun rasa panik ataupun rasa bersalah.

          Sang sopir yang mendengar perintah anak bosnya itu terbelalak kaget. Bagaimana bisa dia telah melakukan kesalahan yang sangat fatal namun gadis ini dengan datar menyuruhnya untuk tidak peduli dengan keadaan gadis yang saat ini terkulai lemas tak berdaya dengan darah yang menyelimuti gadis didepan sana.

          “Tap-”

          “Jalan aja. Saya udah telat ke sekolah. Saya gak mau cuma gara-gara ini, saya jadi telat sekolah.” Gadis itu memalingkan pandangannya kearah jendela dan kembali menatap buku paket tebalnya yang berada di pangkuannya.

          “Tapi non saya—”

          “Udah sih pak, jalan aja. Nanti juga bakalan ada orang yang nolongin. Cepet pak, saya hampir telat ini. Jalan!” perintah gadis itu kembali. Namun sang sopir kembali menatap kearah depan. Melihat gadis yang berlumuran darah didepan sana.

          Tanpa mendengarkan perintah anak bosnya itu, sang sopir bergegas melepas sabuk pengamannya dan akan membuka pintu mobil. Namun sebuah tangan menepuk pundaknya. Menghentikan gerakan tangannya yang akan membuka pintu mobil.

          “Pak, kata saya jalankan! Kalo pun dia mati, itu bukan urusan kita. Itu urusan dia sama takdirnya. Ya kalo dia mati juga itu udah jadi takdirnya. Pasang lagi sabuk pengaman nya terus kita ngebut, bentar lagi waktu masuk sekolah.”

          Dengan berat hati sang sopir mengurungkan niatnya dan memasangkan sabuk pengaman nya  kembali. Dan segera melajukan mobilnya dengan cepat.
“Udah dari sekolah saya, bapak langsung aja ke bengkel. Dan jangan kasih tahu papah tentang hal ini.” Sang sopir pun mengangguk dengan ragu. Kini pikirannya tidak bisa berpikir dengan jernih. Dan hampir saja ia akan menabrak lagi. Jika tidak disadarkan oleh anak bosnya itu.

          Sementara sang korban, gadis itu masih menggerakkan tangannya. Sesekali terdengar rintihan kesakitannya. Badannya terasa remuk saat ini,dan ia pun merasa matanya sudah tidak kuat untuk membuka. Sesekali ia memejamkan matanya. Namun kembali ia membuka kedua matanya, berharap ada orang yang akan menolongnya. Namun beberapa menit berlalu dan dia merasa sudah tidak kuat lagi.
Sebelum semuanya gelap. Gadis itu melirik ke sebrang jalan. Dan membayangkan orang yang ia ikuti selama ini.

          Perlahan-lahan matanya mulai menutup. Suara angin yang tadi masih ia dengar kini sudah tak terdengar kembali. Semuanya menjadi sunyi. Tubuh gadis itu kini benar-benar terkulai tak berdaya di jalan yang sepi ini.

🥀DON'T LEAVE ME ALONE🥀

Hai-hai

Gimana prolognya? Apakah kurang greget? Kesan membaca prolognya gimana nih? Apakah udah ketebak jalan ceritanya?🤔🤭
Atau justru belum ketebak nih?🤭

Tetap pantengin terus yaa untuk chapter selanjutnya😉

Sampai ketemu di hari, hm maunya hari apa nih? Haha, pokoknya pantengin terus yaa!!😉

Boleh dong kasih sarannya. Nana tunggu yaw😉

Oh iyaa, kalo mau hubungin Nana boleh banget. Bisa di wattpad langsung, atau di ig, atau juga di tiktok Nana yaa☺

Ig           : @nasyawawa_3
Tiktok   : @nasyasya03

🌻Nasya🌻

TU : 2 November 2021

(#YCP) Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang