O3

301 31 0
                                    

Alex telah melihat Ian dengan Jaya masuk, bergandengan tangan sebagai pasangan prom. Sama dengan Kalan yang menggenggam tangan Barra erat di depan pintu masuk.

Tapi tidak Alex temukan batang hidung Bian. Ke mana laki-laki manis itu?

Total sepuluh pesan dan tujuh paggilan tak terjawab yang mampu Alex catat di pikirannya, tidak satupun kembali untuknya. Bian benar-benar hilang dari jangkauannya. Apa ada sesuatu yang terjadi? Atau Bian mendadak tidak bisa?

"Bian, kamu di mana, sih?"

Nada dering telepon mengejutkan Alex. Nomor tidak dikenal.

"Halo? Iya, ini Alex."

Terdengar seuntai kalimat di sana. Yang Alex tangkap adalah; penelepon itu mama Bian, menggunakan nama Dira yang merujuk pada Bian. Beliau menjelaskan begitu panjang tentang mengapa Bian tidak bisa hadir prom malam ini.

Alex nyaris membanting ponselnya.

"Terima kasih, Tan. Saya pamit dulu."

Berbagai macam perasaan bercampur aduk di benak Alex. Pertama, dia kesal. Kenapa Bian diam saja soal penyakitnya? Dan fakta kalau dia sengaja tidak bilang tentang operasinya malam ini? Sial. Bian mau Alex lari ke rumah sakit sekarang, ya?

Kedua, sungguh, perut Alex berasa ditinju ketika mendengar pernyataan mama Bian tadi. Bahkan dia masih linglung ketika memasuki aula, sampai Ian dan Kalan berkali-kali menanyakan kondisinya.

Di kepala Alex terus berputar satu nama. Bian, Bian, Bian.

Kalau bukan karena permintaan Bian yang disampaikan lewat mamanya tadi, mungkin Alex bakal kabur sekarang ini.

Bian. Alex harus tetap menari malam ini, untuk Bian. Walau dia tidak mau, dia tidak harus melakukannya demi dirinya sendiri.

Demi Bian, keinginan terakhir Bian untuk hadir di prom bersamanya.

Alex terkekeh. Apa poin utama melakukan ini kalau tanpa Bian?

"Kamu oke, Lex? Serius? Ini pertanyaan terakhir."

"Oke, Lan. Udah, musiknya mau main, tuh."

"Mau aku cariin partner lain? Masih banyak anak panitia yang sendiri, tuh."

"Nggak," ketus Alex.

Dia cuma punya satu partner prom. Kalau ada yang harus menggantikan posisi Bian di sini, ya harus Bian sendiri. Selain itu, Alex bakal menolaknya telak.

Kalan dan Ian menyerah. Penerangan diredupkan dan lagu dinyalakan. Kini hanya lampu sorot yang sibuk menerangi satu persatu partisipan prom tahun ini. Semua pasangan telah diberi waktu untuk menunjukkan kebolehan mereka dalam berdansa bersama.

Alex menarik napasnya. Gugup. Dia harus berdansa sendiri malam ini karena absennya Bian.

Gilirannya.

Langkah-langkah dansa yang paling dasar telah Alex pelajari. Setidaknya, walau tanpa Bian, dia masih bisa menari dengan lumayan. 

Tangan Alex terulur. Niatnya ingin menggenggam Bian. Ah, bodoh, Bian tidak ada di sini. Alex buru-buru menurunkan uluran tangannya, dia sungguh konyol. Tidak ada yang menertawakan kecerobohan Alex di bawah lampu sorot. Alex pikir, biarlah, dia memang seharusnya menari dengan Abi Andira.

Jadi laki-laki itu mengulurkan tangannya lagi, membiarkan bayangannya jatuh di bawah sorot cahaya. Dia menari seorang diri, seolah tengah bersama Bian. Semuanya terasa nyata.

Alex seolah-olah tengah melihat Bian yang tersenyum di depannya, menyambut uluran tangannya dan mengikut langkah-langkah Alex yang kikuk. Meski semua orang tahu, hanya ada satu bayangan yang disorot malam itu.

Mungkin malam ini bisa disebut kesuksesan besar untuk prom pertama Alex.

Dancing With Your Soul, sunwon.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang