Cerpen | Matematika - Humor

175 5 20
                                    

Story By ElsJessica

Genre : Slice Of Life, Humor

5700 words

Warn : Mengandung banyak asupan kebodohan

Blurb:

Orang bilang murid ambis biasanya pintar matematika, tapi berarti itu bukan Lia. Lia memiliki ambisi menjadi murid terbaik. Akan tetapi, Lia tidak bisa matematika!!! Kemudian, Lia melirik sahabatnya yang pandai matematika itu dan menggebrak mejanya.

"NATHAN! AJARI AKU MATEMATIKA!"

Ini adalah kisah seorang murid ambis yang ga bisa matematika! Bagaimana kelanjutan kelas Lia yang sibuk?

***

Terdengar suara riuh para murid keluar dari kelas. Detik detik terakhir, seorang siswi baru saja bangkit berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri seorang siswa. Beberapa temannya yang masih tersisa menopang dagu menatap langkah siswi itu seakan hal menarik akan segera terjadi. 

Gadis berambut pendek itu berdiri di depan sebuah meja. Sang pemuda yang melihatnya hanya melirik gadis itu. Gadis itu menurunkan wajahnya hingga setara dengan sahabat di hadapannya.

"Hoy, maniak angka," panggil gadis itu.

"Apa?" tanya sang pemuda dengan wajah malas. Gadis itu mengambil buku tulisnya dari dalam tas dan meletakkan di atas meja. Sang pemuda mendongakkan kepalanya.

"AJARI AKU MATEMATIKA!!" bentaknya sembari mendobrak meja.

Beberapa jam yang lalu....

"Pagi hari ini pak guru akan bagikan hasil ulangan matematika kalian," ujar pak guru bangkit dari kursinya.

Tubuh gadis kecil itu bergetar begitu melihat hasil ulangannya.

"Dapet berapa Li?" tanya Sia melirik hasil ulangan sahabatnya.

"Delapan puluh," gumam Lia. Lia kemudian menarik kerah Sia dan menggoyang-goyangkannya ke depan dan belakang berulang kali dengan cepat.

"Delapan puluh Sia, Delapan puluh!!!" seru Lia geram.

"Wah! Wah! Iya, tapi jangan aku juga yang kena amuk," ucap Sia berusaha menenangkan sahabatnya.

"Dapat berapa Sia?" tanya Sio -kembaran Sia- menolehkan kepalanya ke samping karena bangku mereka berseberangan.

"Aku dapat delapan lima," jawab Sia mendekatkan kepalanya pada kembarannya itu. Sio mengangguk dan melihat nilainya lalu berdecak kesal.

"Ck, nilai kita sama," ujarnya lagi.

"Pak guru juga dititipkan hasil ulangan bahasa kalian." Lanjut pak guru.

"Wah!" mata Lia mulai berbinar-binar mendengar hasil ulangan mata pelajaran favorit-nya datang.

"Yesss. Seratus!" gumamnya. Sementara itu, Nathan sedang meremas ujung kertas hasil ulangannya dengan sebal.

"Hei, kau kenapa Nathan?" bisik Dian.

"Sebal, dapat delapan puluh satu," gumam Nathan.

"Baiklah, ayo kita lanjutkan pelajaran hari ini, kalau ga suka, gapapa keluar saja, bapak iklas," ujar pak guru.

<>

Nathan mengernyit kala mendengar ucapan tidak masuk akal temannya.

"Apaan deh? Kenapa harus aku?" tanya Nathan membuka suara kemudian memutar bola matanya malas.

"Agar aku bisa tanya banyak hal!" jawab Lia. Lia kemudian membuka buku matematikanya, memperlihatkan hasil tugasnya yang rata rata di bawah nilai 7.

Our 'Cerpen'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang