Abim kini sedang terduduk dihadapan komputer miliknya, apa yang ia lakukan sejak dua jam lalu hingga kini, yang pasti kegiatan itu tidak membuatnya beranjak sedikit pun dari posisinya.
Bibirnya terus menggumamkan beberapa kata untuk disusun menjadi sebuah lagu. Ya tentu saja sedaritadi ia sedang menulis sebuah lagu, hobi yang diam-diam ditekuninya sejak satu tahun lalu.
"Abimanyu turun!"
Karena menggunakan headphone, Abim tidak mendengar teriakan ibunya yang memanggil sedaritadi. Beruntung salah satu Pembantu yang ada di rumah itu mengirim pesan pada tuan mudanya.
Bi Fanny
| Den, turun dipanggil nyonya
| kalo ndk nanti nyonya ke atasAbim terperanjat sehingga langsung melepas headphone nya dan bergegas turun. Sebenarnya bisa saja Abim membiarkan sang ibu masuk kedalam kamarnya, hanya saja ketika ia tidak sedang melakukan kegiatannya yang sekarang.
Entahlah, Abim hanya merasa takut jika orangtuanya tahu kalau ia lebih menekuni dunia musik daripada fashion atau busines.
Sebenarnya ibu dan ayahnya tidak pernah melarang secara terang-terangan, tapi Abim tahu kalau ibu dan ayahnya itu pasti lebih setuju jika Abim terjun ke dunia fashion atau busines.
"kenapa Mam?" tanya Abim yang kini berdiri didepan CL-- ibunya yang sedang mengeluarkan sejumlah uang. "nanti malem ajak Alin ke pameran pusat kota" ucap ibunya sambil memberikan lima lembar uang berwarna merah.
"ngapain sih Mam? aku lagi kesel sama dia, males ah!" tolak Abim, tangannya langsung mengembalikan uang yang tadi CL berikan. "kasian dia Bim, tadi mami liat dia lagi nangis di balkon kamarnya" ucap CL.
"tetep aja dia itu ngeselin Mam! udah, Abim gak mau"
"sampe kamu gagal bawa Alin kesana, pesenan mobil baru Mami batalin"
Abim membulatkan matanya lalu membalikan badannya kembali menghadap CL, tangannya dengan cepat mengambil uang yang tadi ia kembalikan. "gak akan gagal Mi! Abim janji!" ucap Abim tegas, takut mobil yang selama ini ia impikan batal dipesan.
Abim masuk kembali kedalam kamarnya lalu membuka ponsel yang menampilkan layar kunci berisikan potret dirinya dengan Alin.
Sebenarnya Abim awalnya menolak karena memang ia sedang kesal dengan gadis yang ada pada layar kunci ponselnya itu, namun setelah ibunya bilang Alin menangis, hatinya jadi tergerak untuk menghibur gadis itu.
Karena ia gengsi, jadi ia menolak perintah ibunya yang kedua kali karena tahu kalau ibunya pasti mengancam, walau tak mengira yang menjadi ancaman adalah mobil impiannya.
Konyol memang, tapi ia benar-benar gengsi ketika harus terlihat peduli pada sahabatnya.
>>_____<<
"hey, how was your day?" seorang gadis yang mengenakan setelan formal bertanya pada Abim. "day? saturday" jawab Abim asal, karena sejujurnya ia tidak terlalu mengerti dengan ucapan gadis itu, lebih tepatnya malas meladeni.
"kamu masih belum ikut english club?" tanya Jennifer-- kakak perempuan Abimanyu. Abim yang ditanya seperti itu hanya menghela nafasnya pelan, merasa sangat kesal. "belum dan gak akan" Abim menjawab dengan tidak minat.
"kamu gak malu apa? di masa sekarang ini Bahasa Inggris itu perlu Abimanyu" Jennifer mulai mendesak Abimanyu agar adiknya itu belajar Bahasa Inggris. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan niat Jennifer, hanya saja caranya yang terlalu memaksa dan menekan membuat Abim malah menjadi malas.
"Jennifer, stop it" tegur CL yang sedang membicarakan model baru untuk produk yang akan ia keluarkan bersama suaminya. "i got it!" timpal Jennifer dengan nada malas.
Abim meninggalkan meja makan dengan membawa piring bekas ia makan, meletakannya di tempat pencucian piring tentu saja, setelah itu ia pergi ke kamar dan mengecek ponselnya yang menunjukan pukul tujuh malam.
Abim masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum mengajak Alin pergi ke pameran di pusat kota.
Beberapa saat kemudian ia telah siap dengan pakaian santai namun rapi. Abim berkaca sebentar untuk merapikan rambutnya lalu berpamitan pada ayah dan ibunya untuk pergi ke rumah Alin.
"Mam, ke rumah Alin dulu"
"iya, bawa mobil takut kenapa-napa" titah CL diangguki Abim. Abim mengeluarkan mobilnya dari garasi dan langsung menaruhnya didepan rumah Alin.
tok... tok... tok...
"bentar!"
"eh bang" sapa Ayunda saat melihat Abim, gadis itu melihat kebelakang tubuh Abim dan menemukan sebuah mobil. "cuma berjarak tiga rumah dan kalau dihitung kayaknya cuma beberapa meter, ngapain bawa mobil bang?" tanya Ayunda sambil mempersilahkan Abim masuk.
Abim sudah tidak kaget lagi dengan ucapan Ayunda yang selalu mengandung angka dan hidup gadis itu yang penuh dengan matematika, mengingat mereka lumayan sering bertemu jadi Abim sudah terbiasa.
"Haris pulang"
"eh Bim! mau kemana rapi gitu?" tanya Haris yang baru saja datang. "mau ngajak Alin pergi, tolong panggilin boleh bang?" jawab Abim seraya meminta bantuan pada Haris.
"tunggu sini, kalo haus ambil ke belakang aja Bim"
"iya bang"
"dek, ada Abim nyariin!"
"KAK HARIS!"
>> TO BE CONTINUED <<
KAMU SEDANG MEMBACA
[T1] BOY FRIEND WITHOUT A SPACE
De TodoAbim sama Alin itu beneran cuma sahabat kok, kelakuannya aja nggak jauh beda, sama-sama kurang waras gitu deh. "cewe lo kegatelan!" -Alin "lo ngebosenin! makanya cowo lo lari ke cewe gue!" -Abim "berarti lo juga ngebosenin, orang cewe lo sama cowo...