4.

2.3K 128 1
                                    

Manusia dengan usahanya

Happy reading!
=====

Plak

"Allisya!" Pekik Zhafira kesal.

Kakinya baru saja berpijak di samping gadis itu, tapi Allisya dengan tampang datarnya langsung menggeplak lengannya sampai merah. Sangat wajar bukan kalau Zhafira tidak bisa menahan jeritannya?

"Gue benci sama lo."

Zhafira berdecak keras. Belum habis rasa kesalnya karena kelakuan Zayn pagi ini, kini Allisya malah menambah rasa kesal itu dengan tingkah dan ucapan menjengkelkannya.

"Lo kenapasih?"

Allisya mencebik. "Li kinipisih," cibirnya.

"Gue geplak balik ya!" Ancam Zhafira, mengangkat tangannya.

"Sini kalau berani!" Tantang Allisya. "Gue kesal banget, karena lo gue dapat siraman kalbu dari Zayn," adunya.

Mereka berdua saling memberi pelototannya masing-masing, seakan berlomba bola mata siapa yang mampu melotot sempurna.

"Mata lo kurang keluar Al. Lo juga Zha."

Kedua gadis itu menoleh. Berdecih bersamaan, kemudian melenggang menyusuri koridor sekolah menuju kelas mereka.

"Eneg!" Komentar Zhafira di sela langkahnya yang di buat cepat.

Allisya mengangguk. "Bikin mata sepet aja pagi-pagi," timpalnya setuju.

Zhafira tersentak. Sesuatu terlintas di kepalanya. Gadis itu menghentikan langkahnya.

"Ares!" Panggil Zhafira, setelah memutar tubuhnya menghadap cowok itu.

"Apaan?"

Bruk

Dalam sepersekian detik, Zhafira berhasil melayangkan salah satu sepatunya, menandai bagian paling tengah dahi Ares.

Sorakan kemenangan tidak luput dari bibirnya. Zhafira senang. Dendamnya yang muncul beberapa saat lalu, terbalaskan secepat ini.

"ZHAFIRA!" Teriak Ares setelah terdiam, meresapi rasa sakit di dahinya.

Zhafira berkacak pinggang, dagunya terangkat penuh keangkuhan. Dia diam di tempatnya, menunggu Ares sampai ke hadapannya.

"Lo!"

"Gue apa hah!" Bentak Zhafira lebih galak dari sebelumnya.

Brak

Ares meletakkan sepatu Zhafira kasar, tepat di hadapan kaki gadis itu. Ekspresi Ares terlihat menyeramkan, bahkan Allisya berani bertaruh, kalau ini adalah pertama kalinya Ares berekspresi demikian.

"Anjing!"

Tawa hambar Zhafira mengudara. Dia menggeleng tidak percaya. Ares menyebutnya Anjing? Yang benar saja. Mata Ares pasti bermasalah.

"YA! SAEKKIA!" Balas Zhafira berteriak.

Mereka beruntung, karena hari masih terlalu pagi saat keduanya memutuskan adu mulut. Yang datang pagi, hanya segelintir siswa rajin yang jiwanya tidak terlalu kepo.

Critical Point (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang