1

139 6 0
                                    

Aku seorang gadis yang sudah 18 tahun tinggal disebuah panti asuhan kecil disudut kota Seoul. Aku tak pernah tahu siapa orang tuaku dan dimana keluargaku.

Menurut cerita ibu panti aku dititipkan dipanti itu saat usiaku 2 tahun oleh seorang pria tua tanpa pesan dan penjelasan apapun. Hanya sebuah nama yang melekat pada diriku saat itu, Bae Ji Hyun. Maka dari itu aku tak pernah berusaha mencari tahu siapa orang tuaku. Dipanti itu aku tumbuh tanpa kekurangan kasih sayang.

Ibu panti dan pengurus panti serta anak panti lainnya saling menyayangi sehingga kami selalu menguatkan satu sama lain. Ada 4 anak panti yang seusiaku. Aku, Kim Namjoon, Park Jimin dan Min Yoongi.

Kami berempat tumbuh bersama di panti itu. Setelah berusia 20 tahun Jimin dan Yoongi meninggalkan panti tepatnya setahun sebelum aku. Mereka mengadu nasip ke pusat kota Seoul untuk kehidupan yang lebih baik. Dan setahun berikutnya aku dan Namjoon juga memutuskan untuk mengikuti jejak Jimin dan Yoongi.

Aku dan Namjoon berangkat dengan uang yang kami pinjam dari Yoongi dan Jimin. Kami berempat merasakan kerasnya hidup ditengah hingar bingar kota Seoul. Kami bekerja apa saja agar bisa bertahan hidup.

Mulai dari seorang pencuci piring, pengantar makanan, pelayan café bahkan seorang penyapu jalanan dan taman kota. 4 tahun sudah aku mennjalani kerasnya dunia di kota Seoul. Sesekali ada telepon dari panti yang kehabisan dana untuk makan anak-anak panti karena donatur telat mengirim donaturnya bahkan terkadang ada yang bulan itu berhenti memberi donatur tanpa memberi kabar.

Karena belakangan ini beberapa donatur memutus sumbangannya maka terpaksa kami bekerja paruh waktu disebuah club malam agar anak-anak panti bisa makan walau dengan menu yang sederhana.

Pagi hari aku dan Jimin bekerja disebuah restoran cepat saji dan dimalam hari bekerja di sebuah club malam. Yoongi bekerja sebagai pengantar makanan dan bekerja sebagai sopir taxi online dimalam harinya. Namjoon bekerja sebagai petugas keamanan disebuah Toserba. Semua kami lakukan demi anak-anak dipanti.

"Ji Hyun ah, bisakah kau antar ini ke meja 12??" Tanya Jimin

"Nee, aku akan mengantarnya" jawabku

Pagi ini seperti biasa aku memulai pagi dengan bekerja di sebuah restoran cepat saji bersama Jimin. Hari tu pengunjung lumayan banyak karena ini adalah hari sabtu. Dan itu membuatku sangat lelah.

Setelah restoran ini tutup aku dan Jimin segera ke club. Dan tentu saja malam itu club sesak dengan manusia penikmat dunia malam. Aku bekerja sebagai waiters dan Jimin bekerja sebagai Bartander.

Jimin selalu mengawasiku, dia menghawatirkanku jika ada pelanggan berlaku tak pantas. Beberapa kali pelanggan yang berniat tak pantas padaku dan Jimin menolongku.

Malam itu club hampir tutup tapi ada sepasang tamu yang memaksa masuk. Dan manager menyuruhku melayani mereka..

"Hya, tamu itu akan membuatku pulang lebih larut" batinku

"Bawakan aku wine terbaik yang ada disini" kata pria itu sambil lekat memandang wajahku dan aku merasa sangat aneh

"Nee Tuan" jawabku dan segera ku minta wine terbaik kepada Jimin

Ku dengar sepasang tamu itu bertengkar hebat sesaat setelah aku meninggalkan mereka. Si wanita ditampar sampai jatuh tersungkur disofa.

"Jimin ah, lihatlah para orang kaya hanya bisa mengabiskan uang untuk minum dan bermain wanita saja" kataku

"Haishh.. Bukan urusanmu. Layani saja mereka" jawab Jimin

Segera kuantar pesanan pria itu. Dan saat aku mengantarnya si wanita sedang menciumi bibir si pria yang sudah menamparnya tadi.

"Ahh...wanita itu sungguh sangat murahan. Demi uang dia rela melakukan hal menjijikan itu" gumamku lagi

Setelah 2 jam menunggu tamu itu tak kunjung pulang dan aku pun memeriksa mereka. Ternyata si wanita sudah pergi dan si pria tergeletak mabuk berat.

"Dasar wanita jalang, setalah kau ambil semua uangku kau meninggalkanku sendiri seperti ini" gumamnya dalam kondisi tak sadar

"Tuan...kau mendengarku??" tanyaku berulang kali

"Jimin ah, kita harus bagaimana?? Dia sangat mabuk dan kita tak mungkin meninggalkannya disini" kataku

"Periksa ponselnya dan hubungi nomor yang paling sering dia hubungi" pinta Jimin
"Nee" kataku

Kucari ponsel Tuan itu disemua saku baju dan celananya. Aku menemukan ponselnya disaku celana yang tertindih tubuhnya. Kubalikan tubuh pria itu sekuat tenagaku.

Kupilih nomor diponselnya yang sering dihubungi. Kontak yang sering dihubungi tertulis Taehyung Hyung dan segera kutekan call.

In Call

"Nee Jungkook ah, ada apa menelpon selarut ini??" tanyanya diujung telepon

"Ahh maaf Tuan, pemilik ponsel ini sedang mabuk di club tempatku bekerja. Kami akan tutup sekarang bisakah anda menjemputnya??" kataku

"Haish, masih saja seperti ini kau Jung. Noona panggilkan saja taksi akan ku kirim alamat apartemennya" jawabnya dan langsung menutup teleponnya

End Call

"Hya...bagaimana pria ini akan turun dari taxi nanti" gumamku sambil memandang lekat wajah tampan pria yang ternyata bernama Jungkook itu.

"Apa ada yang mengangkat teleponnya??" Tanya Jimin

"Ahh nee, dia menyuruhku memesankan taxi dan dia sudah mengirim alamatnya" jawabku

"Orang kaya memang seperti itu, seenaknya sendiri walau temannya kesusahan seperti ini" kata Jimin

"Apa dia akan baik-baik saja jika kita memesankan taxi dan membiarkannya pulang sendiri??" gumamku

"Ji Hyun ah, turuti saja perintah temannya itu dan segeralah pulang. Aku akan mampir apotik sebentar karena Yoongi memintaku membelikan obat alergi" kata Jimin sambil berlalu keluar

Aku tak tega membiarkan pria ini pulang sendiri, setelah memesan taxi aku mengantarnya ke alamat yang disampaikan temannya itu.

Tak ku sangka dia tinggal disebuah apartemen mewah dilantai 16. Aku bersusah payah memapahnya masuk dan keluar lift hingga sampai didepan pintu masuk rumahnya aku kebingungan tak tahu passwordnya.

Segera kutelpon lagi nomor yang tadi kuhubungi dan dia memberi tahuku password pintu itu. Segera kutekan angka-angka itu dan terbukalah pintunya.

Ku papah lagi pria itu masuk dan kubaringkan diranjangnya. Saat aku hendak keluar tanganku ditarik oleh pria itu dan aku terjatuh kepelukannya. Aku mencoba melepaskan diri dengan memukul lengan pria itu.

"Heii tuan,,,lepaskan aku" kataku sambil menepuk pipinya

"Tetaplah seperti ini sebentar saja" gumamnya

Makin lama tubuhku semakin panas dalam pelukannya. Ku coba mengecek suhu tubuhnya dengan punggung tanganku. Ternyata dia sedang demam. Aku mencoba membangunkannya lagi

"Kau demam tuan, bangunlah" kataku yang masih dalam peluknya

Kemudian pelukannya semakin melemah hingga akhirnya terlepas. Aku berlari kedapur mengambil air dan terpaksa membuka lemarinya untuk mencari handuk.

Ku lihat lemarinya berisi banyak baju wanita dan juga sepatu-sepatu mewah tersusun disana. Setelah menemukannya aku mengopres dahinya. Kutinggalkan dia untuk mencari obat turun panas.

Aku mencoba mencari kesemua sudut tapi tak ketemu.

"Tuan, apa tak ada obat demam dirumahmu?? Aku saja yang miskin selalu menyediakan obat dirumah" gumamku

"Siapa sebenarnya dirimu?? Kenapa kau kembali setelah dengan kejam meninggalkanku??" jawabnya dengan mata yang masih tertutup

"Ahh kau sudah bangun Tuan, apa kita kerumah sakit saja??" tanyaku

"Tidak usah, aku baik-baik saja. Pergilah, kau membuatku berhalusinasi. Kenapa wajah yang kulihat wajah wanita it uterus" pintanya

Aku segera pulang dengan perasaan yang sangat hawatir dan aku merasa bingung dengan gumamannya itu. Dia bergumam seakan aku mengingatkannya pada seseorang.

****

MY BELOVED JEON JUNGKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang