Langkahnya begitu ringan tatkala dia menapaki lorong sekolah yang sudah begitu ramai.
Tak lupa earphone abu abu yang selalu dia kenakan menempel indah di kedua telinganya, menutup rapat dan menghalangi berbagai suara dan cibiran yang tiada habisnya.
Sudah biasa baginya mendapat tatapan sinis dan mencemooh dari berbagai siswa yang sudah lebih dulu berada di area sekolah sedari tadi, karena langkahnya yang arogan, wajahnya yang dingin tanpa ekspresi dan tidak sedikitpun menunjukan tanda tanda akan membalas berbagai sapaan basa basi dari setiap pasang mata yang bertatap secara langsung di hadapanya.
Kaki jenjangnya menuju mading dimana dia akan melihat daftar kelas yang akan dia tempati nanti, hatinya gundah, tanganya tak bisa diam barang sedetikpun karena gelisah. Hatinya terus merapalkan doa agar dia bisa mendapat kelas yang sama seperti kelas sebelumnya, meskipun kelas sebelumnya cukup berisik namun mereka tak pernah sedikitpun mengganggunya. Itulah yang menyebabkan dia nyaman. Namun sekarang hatinya gelisah takut, takut jika nanti dia mendapat kelas yang berbeda dan bersama dengan anak yang rusuh.
Mading sudah terlihat sepi karena waktu sudah menunjukan pukul 07.30 dimana 15 menit lagi bel masuk akan berbunyi, namun gadis ini masih terlihat santai. Kedua matanya sibuk meneliti dimana asma nya terdaftar Pianika Harmoni kelas 11 IPA 2. Badanya terlihat melemas, wajahnya memucat, pikiranya berkecamuk banyak yang dia takutkan namun ketika ada sekelompok lelaki datang menghampiri mading secepat mungkin dia mengubah ekspresinya menjadi dingin dan tak terbaca.
Pian berjalan memasuki kelas, tatapanya meneliti seluruh penjuru kelas yang mejanya sudah terisi penuh, hanya tersisa satu bangku kosong dan sudah ada yang menempati. Namun dia tidak perduli dan malas untuk mencari meja alhasil dia melangkah dan duduk di bangku tersebut.
Tatapan seluruh siswa tertuju kepadanya, ada yang menatap sinis, ada yang menatap heran dan ada yang melongo sebab tak menyangka bahwa mereka satu kelas dengan gadis bisu begitu mereka memanggilnya.
"Woah gila guys, mimpi apa gua semalam ya. Kedatangan tamu bisu dikelas" Teriak salah satu siswa yang menyebabkan kelas riuh, Pian masih saja diam dan pura pura tak mendengar, mungkin setelah ini mereka akan memanggilnya gadis tuli juga batin Pian.
Pian merasakan sebuah tarikan pada earphone nya, dia menoleh kesamping dan mendapati seorang cowo tengah menarik narik earphone nya, Pian hanya menoleh dan menatapnya tanda bertanya.
"Gua Allegra, panggil aja Al. Ga usah perduliin mereka, mereka emang agak gila. Yang tadi itu Banu temen gua. Lo pasti tau The Dream kan, band gua yang paling terkenal di seantero sekolah" Lelaki itu berkata dengan bangga sedang yang diajak bicara tidak memdengar sedikitpun dan sudah sibuk dengan bukunya.
Al mendengus kesal kemudian dia memperhatikan Pian dari samping "Cantik" kata Al yang terdengar jelas di telinga Pian, namun Pian adalah Pian dia bukan gadis lain yang gila akan pujian dan akan malu malu dan merasa bangga. Dirinya tetap diam dan tanpa ekspresi.
***
Bel masuk sudah berbunyi, biasanya hari pertama masuk sekolah setelah kenaikan kelas adalah pengenalan guru dan siswa, tak ada mata pelajaran dan kelas terasa sangat membosankan bagi seorang Al. Dia menoleh ke arah samping memperhatikan Pian yang sedari tadi sibuk melamun, ya Al tau pandangan Pian memang seperti sedang memperhatikan yang lain namun tatapan matanya terlihat sangat kosong, Al juga merasa sangat kesal karena sedari tadi Pian tidak menoleh sedikitpun ke arahnya, bagaimana bisa seorang Al tidak dilihat sedikitpun oleh seorang gadis disebelahnya. Padahal biasanya banyak gadis yang dengan terang terangan menunjukan rasa suka dan kagumnya, bahkan sampai membuat Al jengah dan muak dengan celotehan caper mereka. Dan Al sekarang merasa tertantang untuk membuat seorang Pian suka kepadanya,katakanlah Al gila namun ini pertama kalinya dia merasa diabaikan oleh gadis yang rumornya bisu ini. Al mulai mengusik Pian, Al terus saja mengajak Pian berbicara dan bercerita namun yang diajak tidak sedikitpun memberikan respon dirinya merasa sedang berbicara dengan patung sekarang.
"Psttt Pian" bisik Al
"Pipi gua bosen sumpah dari pagi kenalan mulu, udah kenal juga anjir" Al masih sibuk ngedumel sembari memainkan bolpoin nya, karena merasa Pian tak kunjung menanggapinya Al menarik rambut Pian dan mendapat respon tatapan tajam dari Pian, Al terkekeh bukanya takut dia malah menikmati wajah kalem nan judes milik Pian. Menurutnya itu terlihat sangat menggemaskan, tak sampai di situ Al juga terus menyenggol lengan Pian yang sedang menulis entah apa membuat Pian sangat terusik.
"Lo bisa diem ga?" Ucap pian sembari menatapnya tajam. Al tertegun kalimat Pian memang singkat namun suaranya terus terngiang di telinganya sangat merdu.
"Lo bisa ngomong Pi?" Tanya Al yang masih sedikit terkejut, namun dia kembali di abaikan oleh Pian.
"Ck, didiemin lagi anjir" batin Al, namun dia tidak kehabisan akal untuk mengganggu Pian, ia melihat earphone Pian yang menggantung dilehernya dan menariknya. Sedang sang pemilik kembali menatap tajam dan menampis tangan Al.
"Gausah ganggu gue bisa?" Tegas Pian
"Sayangnya gue ngga bisa, lo jangan abaikan gue bisa?" Tanya Al balik. Pian menghela nafasnya kesal.
"Mau lo apasih?"
"Temenin gue cerita, lo diem aja dari tadi, bosen gue. Rumah lo dimana sih? Gue anterin mau kaga?" Kata Al
"Lo berisik" balas Pian kemudian dia memakai earphone nya.
"Lo biasanya denger lagu apaan? Ntar gue nyanyiin dah khusus buat lo. Lo tau band gue kan? Ya masa kaga tau yakan" masih tidak menyerah Al terus berusaha mengajak Pian berbicara namun nihil Pian sama sekali tidak mendengarnya. Al yang penasaran kemudian mendekatan telinganya ke arah Pian namun belum sempat kepalanya mendekat sebuah tepukan membuatnya mengurungkan niat.
"Lo ngapain deket deket sama si bisu?" Itu Banu teman terdekat Al yang termasuk dari anggota band The Dream.
"Apaan dah, gue lagi duduk diem gini. Dan dia ngga bisu asal lo tau" sangkal Al
"Dih emang lo pernah denger dia ngomong?"
"Tadi aja dia ngomong sama gue, biasalah dia maunya ngomong sama orang cakep kek gue"
"Halu lo, kantin kuy laper neh"
"Gas lah, yang lain pasti dah nunggu"
Mereka berdua meninggalkan kelas dengan Pian yang masih setia duduk dengan earphone yang menempel indah dikepalanya.
***
Jam berakhirnya sekolah tinggal menunggu menit, seorang ketua kelas yang baru saja dipilih hari ini mengumumkan persiapan yang harus mereka bawa untuk mata pelajaran hari selanjutnya karena mulai besok KBM akan dimulai.
Besok adalah kelas bahasa indonesia dan untuk bab pertama adalah musikalisasi puisi, sang guru tadi berpesan kepada ketua kelas untuk membagi siswa menjadi berkelompok dua orang cewe dan cowo. Untuk pembaca puisi dan pengiring musik.
Semua siswa berebut dan banyak yang berkumpul dimeja Al. Merekaa ingin satu kelompok dengan Al karena mereka tau Al sangat mahir dalam membawakan alat musik.
Pian merasa oksigen disekitarnya menguap, dadanya terasa sangat sesak namun ekspresinya ia buat sebiasa mungkin, tanganya terkepal guna menahan sesak dia ingin segera pergi dari sana. Al melirik ke arah Pian dia melihat tangan Pian yang terkepal ia sepertinya menyadari Pian tidak nyaman dikerubungi seperti ini jadi dia membuat keputusan.
"Karena gue sebangku sama Pian, jadi gue sekelompok sama Pian. Bel udah mau bunyi mending lo semua minggir" Al berdiri dari bangkunya kemudian dia menarik Pian keluar dari kelasnya karena bel benar benar berbunyi setelah itu. Pian berusaha untuk menetralkan deru nafasnya, dan menghilangkan sesak didadanya dia memejamkan mata dan mulai mengatur nafasnya dengan tenang. Sebelum akhirnya dia menghempaskan tanganya dari Al.
"Gue bisa jalan sendiri" Pian meninggalkan Al, Al sudah akan menyusulnya sebelum Pian berbalik dan memberinya peringatan.
"Satu lagi, gue ngga bisa tampil besok jadi jangan libatkan gue untuk sekelompok sama lo karna gue ngga bisa, dan jangan ikuti gue" Pian pergi meninggalkan Al yang menahan rasa kesalnya.Al menonjok tembok yang ada disebelahnya.
"Argghhh, sialan. Dia ada masalah apasih sama gue. Bikin penasaran aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pianika
No FicciónTerkadang orang yang paling kita sayangi adalah orang yang paling banyak menciptakan luka dalam hidup kita - Pianika Hermonie Lakeshwara Maaf jika suatu saat, gue buat lo kecewa - Allegra Jagat Dirgantara Diantara dua insan yang sedang berbunga, sel...