01. London, Inggris

142 27 10
                                    

Happy Reading!

Setelah 4 tahun.

Ratusan orang dari berbagai wilayah berdatangan menuju sebuah gedung bertingkat dua. Letak gedung itu teramat jauh dari aktivitas jalan raya sehingga suasananya sunyi dan tenang. Meskipun begitu, di dalam gedung masih ada suara-suara merdu yang dihasilkan oleh beberapa alat musik klasik semacam biola serta piano.

Sedangkan orang-orang yang berdatangan, kebanyakan dari mereka menggunakan kendaraan roda empat. Pakaian yang digunakan tak sembarang sandang, laki-laki di sana memakai jas serta kemeja dengan motif rumit di beberapa bagian. Perempuannya pun menggunakan gaun yang dihiasi manik-manik, bahkan tak jarang mutiara asli turut menghiasi telinga serta jari manis mereka.

Keadaan ini semakin memperlihatkan bahwa kegiatan di gedung itu bukan acara biasa, bahkan jika dilihat dari para tamu yang datang pun sudah menjelaskan status mereka di masyarakat.

"Kayak negeri dongeng."

Sedari tadi, di taman dengan pencahayaan remang-remang yang kondisinya luput dari pengawasan orang lain, Kairys memperhatikan tamu ayah beserta bundanya dengan lamat-lamat. Dari mulai keluar dari mobil, bergandengan tangan dengan saudara mereka lalu menghilang ditelan kerumunan merupakan aktivitas Kairys sejak satu jam yang lalu.

Sebagai anak kandung dari Chandra Tarasanica yang berprofesi sebagai polisi dengan pangkat Jenderal, ini adalah hal yang tak sepatutnya Kairys lakukan karena dianggap kurang sopan. Sejujurnya, Kairys tadi hanya ingin menghirup udara segar di luar daripada harus berdesakan dengan orang asing atau memperkenalkan diri sebagai putri tunggal keluarga Tarasanica.

Tetapi gadis itu keterusan, hingga rasanya malas untuk kembali memasuki gedung berwarna putih gading di belakangnya.

Toh, kakinya juga masih sakit karena tak sengaja terpleset di tangga menuju taman. Mengingat kejadian tadi membuat Kairys jadi melirik memar di mata kakinya, warnanya merah keunguan dan sangat kontras dengan warna kulit Kairys. Sepatu hak tinggi yang baru dibelikan oleh bundanya jadi sia-sia sekarang, tergeletak malang di samping kaki Kairys.

Gadis itu mengambil sebelah sepatunya. Dipikir-pikir lagi, bunda barunya amat pandai memilihkan warna beserta bahan untuk sepatu Kairys. Perpaduan antara warna rose quartz serta serenity yang dipoles dengan mencampurkan mutiara kecil di beberapa titik saja sudah sangat indah, apalagi bahan yang dipakai merupakan kaca.

Tangan Kairys menempatkan sepatu itu di bawah cahaya lampu, lalu berdecak kagum. Kurang indah apalagi sepatu ini?

"Kenapa diangkat tinggi-tinggi? Kamu mau pamer sama tamu kalau sepatumu indah?"

Kairys menoleh, kemudian segera meletakkan sepatu itu di samping kakinya lagi.

"Oh, h-halo, Kak Joshua."

Joshua tersenyum lebar saat sang adik menyapanya penuh kecanggungan, lalu duduk di bangku yang sama dengan Kairys. Keduanya menempatkan diri pada masing-masing tepi bangku, Joshua maupun Kairys juga sama-sama tak mempermasalahkan seberapa tidak masuk akalnya jarak di antara mereka.

Kedua kakak beradik dengan selisih umur enam tahun itu masih saling mencerna bahwa mereka kini satu keluarga.

"Kamu mau minum?"

Joshua menyodorkan segelas minuman berwarna merah yang tadi dia ambil dari pelayan. Berharap adiknya itu mau menerima tawaran darinya, tetapi malah Kairys menggeleng seraya mengusap tengkuk.

"Enggak dulu deh, akhir-akhir ini perut kananku sering nyeri."

Wajah Joshua berubah cemas. "Sekarang juga sakit? Jangan bilang kalau ginjalmu bermasalah lagi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HALF || SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang