Ribuan siswa menerjang bagai ombak menghantam karang saat pintu aula megah Graha Cakrawala SMA Bima Sakti Indonesia terbuka lebar. Mulai dari siswa kelas satu hingga kelas tiga berbondong-bondong menyeruak masuk seperti debu berterbangan. Dua orang guru kini mengarahkan anak didiknya melalui microphone wireless yang tersambung pada pengeras suara, menggema di seluruh penjuru gedung.
"Silakan untuk siswa kelas satu mengisi kursi podium tingkat satu, untuk siswa kelas dua mengisi podium tingkat dua, dan untuk siswa kelas tiga mengisi kursi lantai dasar yang sudah disiapkan."
Suara wanita itu memecah keramaian para siswa. Duduk rapi bergerombol sesuai kelas masing-masing. Mereka semua sangat antusias mengikuti acara tahunan untuk melihat siapa orang yang menjadi presiden dan wakil presiden sekolah SMA Bima Sakti Indonesia di tahun ini. Serta melihat siapa tiga siswa berprestasi yang beruntung mendapat beasiswa penuh untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri maupun di dalam negeri.
"Hadirin dimohon untuk tenang." Kini suara berat guru laki-laki berperawakan cukup gemuk dengan kumis tebal di atas bibir mulai menginterupsi. Seperti sebuah sengatan listrik, ribuan siswa di ruangan itu menurut akan perintah. Meninggalkan keheningan pada bangunan gedung dengan luas lebih dari 3800m2.
Pandangan para siswa menyapu ke arah puluhan guru yang telah berjejer rapi di depan sana. Sekaligus terarah pada layar besar terpampang nyata di panggung utama. Papan latar putih besar menampilkan logo sekolah SMA Bima Sakti begitu tampak terang dan angkuh.
"Baik, sebelumnya kami ingin mengucapkan selamat untuk siswa kelas tiga yang sudah menjalankan ujian dan dinyatakan lulus seratus persen."
Suara riuh tepuk tangan menggelegar memenuhi gedung Graha Cakrawala.
"Kami juga ingin mengucapkan selamat untuk siswa kelas satu dan dua yang telah melaksanakan ujian akhir dengan sangat baik."
Suara riuh tepuk tangan kembali mengisi ruangan itu.
"Dan tak lupa kami berucap terima kasih yang luar biasa kepada siswa berprestasi di bidang non akademik dalam menyabet medali emas kemenangan di kancah Nasional."
Kini suara riuh pikuk dengan teriakan bising menyeruak dari mulut banyak orang sebagai bentuk apresiasi. Bahkan banyak dari mereka berdiri untuk melihat bintang sekolah yang namanya sudah tersohor ke mana-mana.
"Baik, di sini kami sudah memiliki tiga nama untuk siswa berprestasi dari kelas tiga yang berhak mendapatkan beasiswa penuh berkuliah di kampus pilihannya. Akumulasi nilai ini dihitung melalui rata-rata dari nilai rapor, nilai ujian kelulusan, ujian bahasa Inggris, prestasi lomba, sekaligus tujuh ujian lanjutan yang sudah kita laksanakan satu bulan lalu."
"Mari kita saksikan bersama-sama."
Suara gema dari soundtrack seperti embusan angin mengarahkan sudut-sudut lampu lighting menyorot ke arah panggung utama. Meredupkan barisan tribun untuk menyita atensi semua orang hanya fokus menuju layar besar di hadapan mereka. Beberapa di antaranya bahkan menahan napas saat angka sepuluh detik berjalan mundur.
"Yap! Selamat untuk Alister Bagaskara, Alzan Bachtiar, dan Shella Rahayu Putri," heboh sang MC perempuan setelah layar memunculkan nama beserta foto dari ketiga siswa berprestasi tersebut.
Suara riuh pikuk serta siulan bangga menggetarkan Gedung Cakrawala. Terutama pada barisan siswa yang satu kelas dengan ketiga orang itu.
"Silakan untuk ketiga nama yang kami sebutkan untuk maju ke atas panggung untuk menerima piagam serta ucapan selamat dari kepala sekolah."
Seluruh pasang tangan memberikan tepukan mengiringi ketiga orang peraih beasiswa. Banyak dari mereka sudah menduga dua nama pertama yang keluar. Karena kedua orang yang namanya disebutkan adalah mantan presiden dan wakil presiden sekolah tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna
Teen Fiction"Apakah terlahir menjadi anak kedua merupakan sebuah kutukan? Katakan padaku, bagaimana caranya agar diakui Papa-Mama." Aruna "Dari awal, seharusnya gue memang gak perlu repot-repot untuk dilahirkan." Athaya Fhalefi Buana "Don't judge a book by its...